tirto.id - Harga minyak dunia naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Hal itu didorong perbatasan China yang dibuka kembali sehingga meningkatkan prospek permintaan bahan bakar dan membayangi kekhawatiran resesi global.
Dikutip dari Antara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari terangkat 86 sen atau 1,2 persen, menjadi menetap pada 74,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret meningkat 1,08 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi ditutup pada 79,65 per barel di London ICE Futures Exchange.
Reli tersebut merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas untuk sentimen risiko yang didukung oleh pembukaan kembali importir minyak mentah terbesar dunia dan harapan untuk kenaikan suku bunga AS yang tidak terlalu agresif, dengan ekuitas meningkat dan dolar melemah.
"Pembukaan kembali ekonomi China secara bertahap akan memberikan dukungan harga tambahan dan tak terukur," kata Pialang Minyak PVM, Tamas Varga, dikutip Selasa (10/1/2023).
Reli tersebut mengikuti penurunan minggu lalu lebih dari 8,0 persen untuk kedua harga acuan minyak, penurunan mingguan terbesar mereka pada awal tahun sejak 2016.
Sementara itu, menurut sumber dan dokumen yang ditinjau oleh Reuters dalam perkembangan khusu minyak China menerbitkan kuota impor minyak mentah gelombang kedua 2023. Hal itu meningkatkan total untuk tahun ini sebesar 20 persen dari waktu yang sama tahun lalu.
Meskipun minyak naik pada Senin (9/1/2022), masih ada kekhawatiran arus besar wisatawan China dapat menyebabkan lonjakan infeksi COVID sementara kekhawatiran ekonomi yang lebih luas juga masih ada. Kekhawatiran itu tercermin dalam struktur pasar minyak. Baik kontrak jangka pendek Brent dan minyak mentah AS diperdagangkan dengan diskon hingga bulan depan, struktur yang dikenal sebagai "contango", yang biasanya menunjukkan sentimen "bearish".
Sementara itu, rumah tangga AS melihat inflasi jangka pendek yang lebih lemah dan mengharapkan pengeluaran yang lebih sedikit, bahkan ketika mereka memperkirakan pendapatan mereka terus meningkat, Federal Reserve New York mengatakan Senin (9/1) dalam Survei Ekspektasi Konsumen Desember.
Bank melaporkan responden survei bulanannya memperkirakan inflasi setahun dari sekarang sebesar 5,0 persen dari 5,2 persen pada November, untuk pembacaan terendah sejak Juli 2021.
"Data Fed New York akan mendukung harga minyak, karena menunjukkan bahwa inflasi telah memuncak," kata Phil Flynn, analis di grup Price Futures.
Editor: Intan Umbari Prihatin