Menuju konten utama

Harga Maguire Memang Tak Masuk Akal, tapi Ia Dibutuhkan MU

MU kebobolan 54 gol di Premier League musim 2018-2019 karena lini pertahanan tampil jauh dari harapan. Maguire pun diharapkan jadi pembeda.

Harga Maguire Memang Tak Masuk Akal, tapi Ia Dibutuhkan MU
Selebrasi Gol Harry Maguire pada pertandingan babak 8 besar Piala Dunia 2018 antara Timnas Swedia vs Timnas Inggris di Samara Arena, Samara, Rusia, Sabtu (07/07/2018). AP Photo/Francisco Seco

tirto.id - Harry Maguire resmi menjadi pemain Manchester United sekaligus resmi menjadi bek termahal di dunia. Mantan pemain Leicester City itu diboyong ke Old Trafford dengan harga mencapai 80 juta paun, lima juta paun lebih mahal dari harga Virgil van Dijk (75 juta paun) kala pindah dari Southampton ke Liverpool pada Januari 2018.

Maguire sudah menjadi incaran Manchester United sejak lama. Bahkan, jauh hari sebelum Ole Gunnar Solskjaer mendesak Ed Woodward, wakil ketua eksekutif United, untuk mendatangkannya, Jose Mourinho, pelatih United sebelumnya, juga ngebet mendatangkan pemain internasional Inggris itu pada awal musim 2018-2019.

Kala itu, Mourinho mengeluh kepada Woodward bahwa United akan mengalami bencana jika tidak mendatangkan bek baru. Maguire jadi prioritas Mourinho, sedangkan Toby Alderweireld dan Jerome Boteng jadi pilihan cadangan. Namun keinginan Mourinho ditolak mentah-mentah Woodward.

Mou pun kesal. Ia kemudian memperlihatkan protesnya saat United bertanding melawan Tottenham Hotspur, pada 28 Agustus 2018.

"Ketika musim dimulai, Mourinho mencoba menekankan keingiannya mendatangkan bek lebih jauh lagi dengan nekat memainkan Ander Herrera sebagai bek kanan saat melawan Tottenham Hotspur," tulis Paul Hirst, jurnalis The Times.

Hasilnya mudah ditebak: United kalah 0-3 dari Spurs.

Keinginan Solskjaer untuk mendatangkan Maguire tak kalah kuat daripada Mourinho. Karena harga Maguire kelewat mahal, Solskjaer sebenarnya ditawari tiga pilihan lain: Toby Alderweireld dari Tottenham Hotspur, Kalidou Koulibaly dari Napoli, serta Nathan Ake dari Bounermouth. Namun, tulis The Athletic, "Solskjaer sangat berkomitmen terhadap Maguire."

Alhasil, karena Solskjaer mendapatkan dukungan dari Sir Alex Ferguson serta Mike Phelan, Woodward pun tak bisa menolak. Namun yang jadi pertanyaan, mengapa Mourinho dan Solskjaer, dua pelatih yang berbeda pendekatan, sama-sama menginginkan Maguire?

Pertahanan adalah Kunci

Musim lalu, Manchester United kebobolan 54 kali dalam 38 pertandingan di Premier League. Dibandingkan dengan tim enam besar lainnya, rekor kebobolan United itu paling jelek. Secara keseluruhan, United pun nangkring di peringkat-10 dalam soal tim paling sedikit kebobolan.

Catatan tersebut adalah yang paling buruk bagi United di era Premier League. Berdasarkan hitung-hitungan Sky Sports, United sebelumnya paling banter hanya kebobolan 45 kali pada musim 1999-2000 dan 2001-2002.

Penyebabnya bermacam-macam: blunder taktik pelatih, organisasi bertahan yang buruk, kinerja penjaga gawang yang tak cakap, hingga rapuhnya para pemain bertahan. Namun saat dilihat secara mendalam, kinerja pertahanan United jelas paling pantas menjadi kambing hitam.

James Curran, lewat salah satu analisisnya di Total Football Analysis, paham mengapa Mourinho saat itu ngotot mendatangkan bek anyar. Penyebabnya, bek-bek United terlalu sering membuat kesalahan mendasar dalam dua laga awal musim.

Menurut Curran, ada dua kesalahan mendasar yang dilakukan bek-bek United saat kalah 3-2

dari Brighton pada pekan ke-2 dan kalah 0-3 dari Tottenham Hotspur pada pekan ke-3. Pertama, mereka mudah "kehilangan" pemain yang dijaga; Kedua, sering gagal menerapkan jebakan offside karena koordinasi yang buruk di lini belakang. Tak heran, United kebobolan 7 gol hanya dalam 3 pertandingan awal liga.

Pendapat Curran diamini Gary Neville, mantan full-back kanan Manchester United. Namun soal buruknya kinerja lini belakang United itu, Neville punya penjelasan yang lebih menarik.

Saat United kalah 3-2 dari Brighton, misalnya, Neville menulis di Sky Sports, "Apa yang kita lihat dari Lindelof dan Bailly hari ini ialah dua bek tengah yang tidak memiliki rasa percaya diri atau memang hanya mempunyai kemampuan biasa saja... Bagiku, mereka seperti bek yang inferior. Jika mereka punya partner seperti John Terry, Jaap Stam, Rio Ferndinand, atau Nemanja Vidic, mereka mungkin akan baik-baik saja."

Pendapat Neville tepat sasaran. Ironisnya, bukan cuma Lindelof dan Bailly saja yang sebetulnya inferior. Bek-bek tengah United lainnya, seperti Phil Jones, Chris Smalling, hingga Marcos Rojo, ternyata juga mirip keduanya.

Maka, meskipun Mourinho terus mengotak-atik komposisi dua bek tengah United--kadang bahkan sampai memainkan tiga bek sejajar--, hasilnya sama saja: hingga Mourinho dipecat pada Desember 2018, United sudah kebobolan 30 gol dalam 17 laga.

Jonathan Wilson, analis sepakbola Inggris, sempat memberi saran buat Mou jauh hari sebelum ia dipecat. Wilson menyarankan Mou menerapkan permainan lebih menyerang buat mengakali buruknya kinerja lini belakang United. Alasan Wilson masuk akal, United punya pemain-pemain bagus untuk tampil menyerang.

Namun saat tampil menyerang di bawah asuhan Solskjaer, masalah lini pertahanan United ternyata lebih kompleks. Solskjaer ingin menerapkan counter-pressing, tapi bek-bek United mudah dieksploitasi lawan. Solskjaer ingin United menguasai pertandingan, tapi bek-bek United kesulitan untuk membangun serangan dari lini belakang. United akhirnya kesulitan melakukan serangan secara "utuh" dan gawang mereka tetap kebobolan 24 gol dalam 21 laga.

Untuk semua itu, Harry Maguire lantas menjadi bidikan Setan Merah: ia bisa memimpin garis pertahanan timnya, juga mempunyai kemampuan bertahan dan menyerang yang sama bagusnya.

Bek Tengah Komplet

Tony Cascarino, kolumnis The Times, menyebut Maguire merupakan perpaduan antara Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic, duet bek tengah terbaik yang pernah dimiliki United. Seperti Ferdinand, tulis Cascarino, "Maguire tak pernah terlihat bingung... percaya diri saat membawa bola dan kemampuannya dalam mengumpan terus mengalami meningkat setiap saat."

Pada sisi lain, Maguire juga tampak seperti Vidic. Selain pintar mengorganisasi pertahanan timnya dan punya jiwa pemimpin, Maguire juga sangat tangguh saat berada di dalam kotak penalti.

Pendapat Cascarino itu setidaknya bisa dibuktikan lewat catatan statistik. Di Premier League musim lalu, Maguire sukses melakukan 21 kali dribel, 151 kali menang duel udara, dan 820 kali berhasil mengumpan ke daerah lawan.

Sementara itu, catatan statistik bek-bek tengah Manchester United berada jauh di belakang Maguire. Victor Lindelof, misalnya. Bek paling konsisten milik United itu hanya sukses 8 kali dribel, 61 kali menang duel udara, dan tak sampai 820 kali mengumpan ke daerah pertahanan lawan.

Dengan kemampuan seperti itu, apakah harga Maguire tergolong masuk akal?

Jonathan Wilson menyebut harga Maguire sebetulnya sulit dicerna akal sehat. Meski demikian, ia bisa mengerti mengapa United berani membayar semahal itu: Maguire menawarkan otoritas dan kontrol, dua hal yang sangat dibutuhkan lini belakang Setan Merah saat ini.

Baca juga artikel terkait BURSA TRANSFER PEMAIN atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Mufti Sholih