tirto.id - Harga cabai hari ini di beberapa daerah terus melambung tinggi. Dalam dua hari terakhir di Kabupaten Gresik dan Jember harga cabai tembus Rp100 ribu hingga Rp120 ribu dan membuat sejumlah pedagang mencampur komposisi cabai untuk menekan harga.
Pencampuran komposisi terdiri atas cabai hijau dicampur cabai warna kekuning-kuningan, serta cabai merah yang kemudian dikemas satu kilogram dibanderol dengan harga dari Rp70 ribu hingga Rp90 ribu/kg.
Sebagaimana dikutip Antara, salah satu pedagang di Pasar Baru, Kabupaten Gresik, Yuris (40) mengatakan harga cabai rawit sangat bervariasi.
Harga cabai rawit mulai dari Rp110 ribu hingga paling mahal Rp120 ribu/kg. Sedangkan untuk harga cabai merah besar rata-rata Rp30 ribu perkilonya.
Sedangkan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Jember, harga cabai mencapai Rp120 ribu per kilogram dan merupakan harga tertinggi selama tiga bulan terakhir.
"Harga cabai rawit terus melonjak naik dan kami menjual cabai per bungkus Rp6 ribu dengan berat setengah ons karena harga cabai di pasar sudah menembus Rp120 ribu per kilogram," kata pedagang sayur keliling di Jember, Sutikno.
Menurutnya, harga cabai rawit sret (merah semua) memang mahal dibandingkan cabai rawit campuran (dicampur dengan cabai hijau kecil), sehingga pedagang juga mengurangi pembelian karena khawatir tidak laku di konsumen.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Drajat Irawan mengakui, beberapa daerah dilaporkan mengalami kenaikan untuk komoditas cabai, dan sampai saat ini pemerintah terus berupaya menstabilkan harga tersebut.
Kenaikan komoditas harga cabai terjadi pada seluruh jenis, mulai dari cabai rawit, besar, sampai keriting.
Penyebab Harga Cabai Mahal di Pasaran
Tingginya harga cabai di berbagai daerah di Jatim, selain adanya peningkatan permintaan juga dipicu tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir, sehingga sentra penghasil komoditas cabai rawit gagal panen dan ketersediaan berkurang.
"Selain curah hujan yang tinggi, di beberapa sentra yang berada di dataran tinggi berdasarkan laporan yang kami terima mengalami serangan hama dan penyakit," kata Drajat.
Beberapa daerah yang terkena serangan hama dan penyakit itu masing-masing Kediri, Blitar, Malang, Tuban, Mojokerto dan sebagian Banyuwangi.
Hama yang menyerang yakni seperti virus Gemini, Layu Fusarium, ditambah curah hujan yang mengakibatkan bunga dan buah rontok, ditambah adanya trip daun keriting dan serangan antraknosa serta lalat buah.
Memang, diakuinya bahwa cuaca yang ekstrem sulit diprediksi, sehingga diharapkan kondisi cuaca segera membaik agar potensi luas tanam cabai rawit dan cabai merah besar di Jawa Timur tidak semakin rusak.
Sementara itu, salah satu upaya yang dilakukan Pemprov Jatim adalah dengan melakukan koordinasi dan sinergi dinas terkait, pemerintah kabupaten/kota, serta asosiasi petani cabai yang ada di Jawa Timur.
“Produksi cabai sesuai dengan luas lahan perlu dimonitor, progresnya dipantau supaya antara luas lahan dengan kapasitas produksi serta distribusinya berjalan,” kata Drajat,
Untuk daerah yang terkena genangan air, kata dia, Pemprov Jatim berusaha memperbaiki saluran irigasi lahan tanaman cabai agar hasil tanaman cabai dan kapasitas produksinya bisa berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.
"Pemprov Jatim juga telah memberikan surat kepada pemerintah kabupaten/kota untuk terus melakukan monitoring dan melakukan upaya agar pengamanan panen cabai bisa berjalan dengan lancar," kata dia.