tirto.id - Hadist tentang Maulid Nabi Muhammad SAW berisi tentang bagaimana umat Islam menyikapi hari lahir Rasulullah. Maulid Nabi adalah momen mengingat kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai utusan Allah dan teladan bagi umat manusia.
Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Nabi Muhammad adalah panutan umat Islam di seluruh dunia. Sebagian muslim akan menjadikan momentum Maulid Nabi untuk melakukan berbagai kegiatan untuk menghormati tanggal kelahiran beliau. Ada yang mengadakan kajian keislaman hingga melakukan tradisi budaya tertentu seperti perayaan Sekaten di Yogyakarta dan Surakarta.
Ketika mendengar Maulid Nabi, umat Islam setidaknya perlu mengenal sosok beliau dari beliau dilahirkan hingga keutamaan yang diberikan Allah padanya. Nabi Muhammad adalah manusia yang terbebas dari dosa (maksum) dan memiliki akhlak mulia.
Ayat Al Quran dan Hadits tentang Maulid Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad dilahirkan di Mekkah. Sang ibu, Siti Aminah, melahirkan beliau dengan dibantu ibu dari Abdurrahman bin Auf. Proses kelahiran dilakukan pada rumah yang berada di Syi'ib Bani Hasyim, atau pendapat lain mengatakan di rumah dekat Shafa.
Selama ini Nabi Muhammad diketahui lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Penetapan bulan kelahiran tersebut tidak ada keraguan di antara para ulama. Kendati demikian, tanggal kelahiran beliau terdapat perbedaan pendapat antara 2, 8, 9, 10, 12, 17, atau 22 Rabiul Awal.
Kepastian waktu kelahiran beliau juga sudah disepakati terkait tahunnya. Nabi Muhammad lahir pada tahun Gajah atau bertepatan dengan 571 Masehi. Dengan demikian, informasi kelahiran beliau yang telah disepakati ulama yaitu pada bulan Rabi'ul Awal Tahun Gajah/571 M.
Salah satu dalil tentang Kelahiran Nabi Muhammad SAW, seperti disebutkan dalam sebuah hadits. Ada pun hari kelahiran beliau adalah Senin. Abu Qatadah radhiyallahu anhu mengatakan, Nabi Muhammad pernah ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau menjawab, “Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim, no. 1162)
Beberapa dalil Maulid Nabi, mulai dari ayat Al Quran tentang Maulid Nabi, dan hadits tentang perayaan maulid nabi Muhammad SAW di antaranya sebagai berikut:
1. Surah Yunus ayat 58
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَArtinya: Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad SAW) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira. (QS. Yunus:58)
2. Surah Al Anbiya' ayat 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَArtinya: Kami tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’:107)
3. Surah Al Hajj Ayat 32
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِArtinya: "Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati." (QS. Al Hajj: 32)
4. Surah Ali Imran Ayat 164
لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍArtinya: "Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur'an) dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imran: 164)
5. Surah Al Ahzab Ayat 21
لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًاArtinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al Ahzab: 21)
6. Surah Al Ahzab Ayat 21
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًاArtinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS. Al Ahzab: 56)
7. Hadits Memperingati Maulid
Dari Abi Qatadah al-Anshari RA sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah menjawab: "Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim).Siapa yang Mencetuskan Peringatan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW?
Ada bermacam versi yang mengenai pencetus peringatan tradisi merayakan Maulid Nabi. Ada yang meyakini peringatan maulid Nabi telah berlangsung pada zaman Shalahuddin Al Al Ayyubi (1193 M).
Shalahuddin menganjurkan perayaan ini untuk membangkitkan semangat kaum muslimin. Saat itu umat Islam sedang mengalami fase perang melawan tentara salib.
Menurut laman NU, catatan Sayyid Al Bakr mengemukakan jika pelopor kegiatan maulid yaitu Al Mudzhaffar Abu Said. Dia adalah raja di Irbil, Baghdad. Sampai saat ini perayaan Maulid Nabi tetap berlangsung meski ada pula sebagian umat Islam yang kontra dengan aktivitas ini.
Versi lainnya seperti dimuat dalam buku *Sejarah Maulid Nabi* karya Ahmad Tsauri (2015), disebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi sudah dilakukan sejak tahun kedua Hijriah. Referensi ini merujuk pada kitab *Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa* karangan Nuruddin Ali, yang mengisahkan peran besar seorang wanita bernama Khaizuran atau Jurasyiyah binti ‘Atha.
Khaizuran, istri Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas dan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi serta Harun al-Rasyid, memainkan peran kunci dalam menyebarluaskan peringatan Maulid Nabi SAW. Pada tahun 170 H (786 M), Khaizuran datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk setempat untuk mengadakan perayaan Maulid di Masjid Nabawi. Ia kemudian melakukan hal yang sama di Mekah, memerintahkan penduduk untuk merayakan Maulid di rumah-rumah.
Pengaruh besar Khaizuran dalam mempopulerkan peringatan ini menjadi bukti penting bahwa perayaan Maulid Nabi berakar dari upaya untuk menjaga teladan dan ajaran Rasulullah SAW. Tanggal 12 Rabiul Awwal, yang diyakini sebagai hari kelahiran Nabi SAW, dipilih sebagai momen istimewa untuk mengenang kehidupan dan kepemimpinan beliau.
Melalui tradisi ini, umat Islam di seluruh dunia terus diingatkan akan pentingnya meneladani Nabi Muhammad SAW dalam segala aspek kehidupan.
Hukum Memperingati Maulid Nabi
Terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama tentang hukum memperingati Maulid Nabi, yang pertama membolehkan, bahkan menjadi hal yang sunnah. Kedua tidak memperbolehkan, karena dianggap bid'ah.
Dikutip dari laman NU Online, hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW menurut empat mazhab memiliki pandangan yang beragam.
Mayoritas ulama dari Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali membolehkan, bahkan menganjurkan peringatan Maulid Nabi. Mereka memandangnya sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap Nabi.
Syekh Ahmad Ibnu Abidin (Hanafi) menyebut Maulid sebagai bid'ah yang terpuji, sementara Ibnul Haj (Maliki) menganjurkan untuk meningkatkan ibadah pada 12 Rabiul Awwal. Imam Jalaluddin Assuyuthi (Syafi’i) menilainya sebagai bid’ah hasanah yang mendatangkan pahala, dan Ibnul Jauzi (Hanbali) menyebut Maulid membawa kabar baik bagi umat.
Namun, sebagian ulama Mazhab Maliki, seperti Syekh Tajuddin Al-Fakihani, menolak peringatan Maulid karena dianggap sebagai bid’ah tanpa dasar dalam Al-Qur'an dan Hadis.
Kesimpulannya, mayoritas ulama dari empat mazhab mendukung peringatan Maulid, sementara sebagian kecil menolaknya. Pendapat mayoritas ini didukung oleh ayat Al-Qur'an yang menganjurkan umat untuk bergembira atas rahmat Allah, yang diartikan sebagai kelahiran Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Qul bifadlil laahi wa birahmatihii fabizaalika falyaf rahuu huwa khairum mimmaa yajma'uun
Artinya, "Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus: 58).
Ibnu Abbas menafsiri kata “fadhlullah” dengan ilmu Allah, dan “rahmatihi” dengan Rasulullah. Artinya, kita diperintahkan untuk berbahagia atas adanya “rahmatihi”, yaitu Rasulullah. Sedangkan, inti dari peringatan maulid Nabi adalah ungkapan bahagia atas kelahiran baginda Rasulullah.
Bahkan, Ibnu Taimiyyah mengakui adanya pahala besar bagi orang yang memperingati Maulid dengan niat yang baik.
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Dhita Koesno