tirto.id - Hadits puasa untuk Allah SWT perlu diketahui oleh umat Islam, baik sebagai pedoman, dasar pelaksanaan, atau pengingat ibadahnya. Lantas, bagaimana makna dan tafsir hadits qudsi “puasa itu untuk-Ku”?
Sebelum membahas tentang hadits tersebut, puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib yang ditunaikan orang beragama Islam selama bulan Ramadhan. Kewajiban ini tertera dalam firman Allah SWT, yakni melalui surah Al-Baqarah ayat 185.
Umat Muslim yang menjalankan ibadah ini akan mendapatkan pahala-pahala beserta keutamaan tertentu langsung dari Allah SWT. Berikut ini penjelasan hadits qudsi tentang puasa untuk Allah SWT dan maknanya.
Bacaan Hadits Qudsi Pahala Puasa untuk Allah dan Artinya
Terdapat berbagai macam hadits maupun dalil yang menyebutkan tentang puasa Ramadhan yang bersifat wajib. Salah satunya Hadits Riwayat Muslim, di mana Nabi Muhammad SAW bersabda sebagai berikut.
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Bacaan latinnya:
"Kullu amalibni aadama yudha'aful hasanatu 'asyru amtsalihaa ilaa sab'imiati dhi'fin. Qalallahu 'azza wajalla: Illasshauma fainnahu lii wa anaa ajzii bihii"
Artinya:
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman [yang artinya]: Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya,” (H.R. Muslim)
Makna dan Tafsir Hadits Qudsi “Puasa itu Untuk-Ku”
Hadits qudsi puasa itu untukku (Allah SWT) menjelaskan bahwa pahala puasa akan memperoleh pahala langsung dari Allah. Dia yang akan membalas ganjaran amal puasa tersebut berdasarkan kabijaksanaan-Nya.
Para ulama berupaya menafsirkan alasan kenapa balasan pahala puasa demikian besar, melebihi pahala ibadah-ibadah lainnya sebagai berikut:
Pertama, ibadah puasa bersih dari unsur riya. Sebab, berbeda dari ibadah lainnya yang bisa dilihat mata, ibadah puasa merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Allah SWT.
Di depan manusia, seseorang bisa saja menyatakan bahwa ia berpuasa, padahal ketika sendiri, ia mungkin makan dan minum (tidak ada yang tahu, kecuali dirinya dan Allah SWT). Hal ini disampaikan oleh Imam Al-Baidhawi, salah seorang ulama mazhab Syafii yang hidup di antara abad ke-13 hingga 14.
Kedua, dari sisi bahasa Arab, ibadah puasa disandarkan langsung pada Allah SWT. Hal itu menunjukkan kemuliaan dan keagungan ibadah puasa.
Berapa pahala puasa Ramadhan? Untuk menjawab pertanyaan ini, terdapat salah satu hadits tentang pahala puasa yang diterjemahkan sebagai berikut.
"Orang yang berpuasa itu meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena taat pada perintahKu Allah. Puasa adalah untukku (Allah) dan Aku akan memberikan balasannya, sedang sesuatu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat gandanya." (H.R. Imam Bukhari)
Hadits pahala puasa Ramadhan di atas menerangkan bahwa kebaikan (puasa) yang dijalankan oleh seorang Muslim akan diberikan ganjaran pahala sepuluh kali lipat. Ketentuan ini berlaku pula bagi berbagai bentuk kebaikan lainnya.
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yuda Prinada