tirto.id - Dalam 4 hari terakhir, penambahan kasus konfirmasi Covid-19 selalu di atas 6.000. Dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih mengancam, langkah untuk tidak berkerumun dan selalu menerapkan protokol kesehatan 3M jadi kunci.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, pada 7 Juni 2021, terdapat tambahan 6.993 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di seluruh Indonesia, diikuti 6.294 kasus pada 8 Juni, 7.725 kasus pada 9 Juni, dan 8.892 kasus pada 10 Juni.
Pada Kamis (10/6/2021), terdapat total 1.885.942 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi, dengan 104.655 di antaranya adalah kasus aktif. Sementara itu, tercatat 1.728.914 orang dinyatakan sembuh, sedangkan 52.373 orang meninggal karena pengaruh Covid-19.
Dalam rilis Satgas Covid-19 yang diterima Tirto.id, perkembangan jumlah ini menunjukkan bahwa Covid-19 masih mengancam. Oleh karenanya yang dibutuhkan adalah sama-sama saling menjaga satu sama lain.
Meskipun sebagian masyarakat sudah divaksinasi, mematuhi protokol memakai masker, selalu ingat untuk mencuci tangan, dan menjaga jarak 1-2 meter agar tidak tertular menjadi hal standar yang dapat dilakukan dalam pandemi Covid-19. Apalagi jika melihat data kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia dalam 3 pekan usai libur Idulfitri 2021 mencapai 53,4 persen.
Lonjakan Kasus Covid-19 dalam 3 Pekan Usai Idulfitri
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, jika kenaikan kasus ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020, angka yang didapat memang lebih rendah. Pasalnya, 3 pekan usai Idulfitri tahun lalu, terdapat kenaikan kasus Covid-19 secara nasional hingga 80,5 persen.
Pada 2020, jika dikelompokkan berdasarkan provinsi, maka kenaikan kasus Covid-19 tertinggi ada di Jawa Timur (naik 535 persen), diikuti Sulawesi Selatan (naik 293 persen), Kalimantan Selatan (naik 113,8 persen), Jawa Tengah (44,2 persen), dan DKI Jakarta (naik 38,4 persen).
Sementara itu, pada tahun ini terdapat 5 provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi dalam rentang 3 minggu usai periode Idulfitri 2021, yaitu Jawa Tengah (naik 120 persen), Kepulauan Riau (naik 82 persen), Sumatera Barat (naik 73 persen), DKI Jakarta (naik 63 persen), dan Jawa Barat (naik 23 persen).
"Kenaikan [kasus Covid-19] di tingkat provinsi pada tahun ini tidak sebesar tahun lalu. Jika tahun lalu kenaikan di tingkat provinsi dapat mencapai hingga 500 persen, pada tahun ini kenaikan paling tinggi hanya sekitar 120 persen," kata Wiku dalam konferensi pers yang tayang di kanal Youtube BNPB pada Rabu (9/6/2021).
Meskipun demikian, Wiku menyatakan pentingnya melihat keadaan di tingkat kabupaten/kota. Dalam data, kenaikan di beberapa kabupaten/kota terjadi secara signifikan. Kabupaten/kota inilah yang berkontribusi besar dalam naiknya kasus di kelima provinsi di atas.
Sebagai contoh, di Jawa Tengah dengan kenaikan tertinggi (naik 120 persen), 5 kabupaten/kota dengan kenaikan tertinggi adalah Kudus (naik 7.594 persen), Jepara (naik 685 persen), Sragen (naik 338 persen), Kota Semarang (naik 193 persen), dan Semarang (naik 94 persen).
Demikian pula dengan Kepulauan Riau yang dalam data provinsi mengalami kenaikan kasus Covid-19 hingga 82 persen. Wilayah dengan kontribusi terbesar Kota Batam (naik 257 persen), diikuti Karimun (naik 116 persen), Natuna (naik 100 persen), Bintan (naik 81 persen), dan Tanjung Pinang (naik 13 persen).
Di Provinsi Sumatera Barat, wilayah dengan persentase kenaikan kasus Covid-19 tertinggi adalah Pasaman Barat (naik 157 persen), Agam (naik 151 persen), Solok (128 persen), Dharmasraya (125 persen), dan Kota Padang (75 persen).
Sementara itu, di Provinsi DKI Jakarta yang punya kenaikan hingga 63 persen, kontribusi datang dari Jakarta Selatan (naik 92 persen), Jakarta Timur (67 persen), Jakarta Pusat (57 persen), Jakarta Utara (naik 43 persen), dan Jakarta Barat (naik 42 persen).
Di Provinsi Jawa Barat kontribusi terbesar dari Ciamis (naik 700 persen), diikuti Bandung (261 persen, Cianjur 188 persen, Karawang 152 persen, dan Cirebon (naik 115 persen).
"Untuk dapat melihat kondisi secara detail maka [kita] harus melihat keadaan hingga tingkat kabupaten/kota. Jangan sampai terlambat hingga situasinya menjadi kritis dan tidak terkendali. Mohon kepada seluruh bupati dan wali kota untuk segera memperbaiki penanganan Covid-19 di daerah masing-masing," terang Wiku dikutip Antara.
"Fokus penanganannya adalah dengan menurunkan kasus Covid-19 sesegera mungkin dan menekan agar tidak terjadi penularan. Apabila di kabupaten/kota ini menurun, maka kasus nasional akan menurun pula secara signifikan," tambahnya.
Editor: Iswara N Raditya