tirto.id - Ketua Umum Patriot Garuda Nusantara (PGN) Nuril Arifin, atau yang akrab dipanggil Gus Nuril, mengatakan bahwa ia datang langsung ke PBNU untuk menemani para anggota Banser dan ormas lainnya guna melindungi kantor PBNU dari aksi massa bela tauhid.
Ia menyindir bahwa yang ia lakukan berbeda dengan pemimpin "yang suka lari dan kabur-kaburan."
"Saya akan berada di samping adik-adik Banser, Pagar Nusa, dan Patriot Manguni untuk melibas mereka. Pengkhianat bangsa tidak layak hidup di NKRI. Baju atau satu rambut Banser jatuh, maka akan berhadapan dengan Nuril Arifin, ini bukan pemimpin yang suka lari dan kabur-kaburan," katanya.
Ia mengatakan itu ketika ditanya mengenai dirinya yang langsung datang dari Semarang ke PBNU pada Jumat (26/10/2018) siang.
Ia juga meminta pihak Kepolisian dan TNI untuk tegas menindak oknum yang membawa bendera bertuliskan kalimat tauhid. Karena, menurutnya, tindakan itu sudah melecehkan arti dari kalimat tauhid itu sendiri.
"Itu sangat kurang ajar. Kalimat tauhid ada di hati kami, dalam bentuk dzikir, dalam bentuk rahmatan lil alamin, bukan dikibar-kibaran untuk menipu orang yang tidak mengenal tentang agama, hanya sekedar dilaporkan kepada induk semangnya agar diberikan kontrak-kontrak dan bayaran yang lebih tinggi, atau agar membodohi rakyat seolah-olah ini adalah bendera tauhid," katanya.
"Tidak ada bendera tauhid. Tidak ada dasarnya. Yang ada adalah kalimat tauhid. Yang kami tancapkan di dalam dada kami. Kami sangat menyucikan. Mereka sama sekali tidak menggunakan akhlak, logika, etika, dan adab yang baik," lanjutnya.
Gus Nuril sore itu memang datang langsung ke PBNU dari Semarang karena ingin membantu menjaga kantor PBNU ketika mendengar kabar akan ada aksi massa terkait pembakaran bendera.
Gus Nuril dikenal juga sebagai salah satu sesepuh di Banser dan pernah memimpin Pasukan Berani Mati di era Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Maya Saputri