tirto.id - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai salah satu destinasi wisata terbesar di Indonesia setelah Bali, memiliki persoalan klasik yang belum terpecahkan hingga kini, yakni rata-rata lama kunjungan wisatawan kurang dari dua hari.
Persoalan itu disampaikan oleh Cyrillus Harinowo selaku Ketua Panitia pada acara Seminar Pengembangan Industri Pariwisata di Gunung Kidul, di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Jumat (18/11/2016).
“Ada yang berpendapat masa tinggal ini bisa ditingkatkan jika pembangunan bandara baru di Kulon Progo bisa diselesaikan pada 2019 mendatang,” ujar Cyrillus saat memberikan sambutan.
Namun Cyrillus memberikan catatan, masa kunjungan yang rendah ini juga masih dipengaruhi oleh relatif sedikitnya atraksi yang bisa menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di Yogyakarta.
Oleh karena itulah, kata Cyrillus, sembari menunggu Bandara Internasional Kulon Progo dibangun, ia menyarankan agar semua pihak, para stakeholder yang terkait erat dengan isu pengembangan pariwisata, terutama di Kabupaten Gunung Kidul, DIY seyogyanya membuat perencanaan matang.
Ia menyebut, lapangan golf di Cangkringan, Kabupaten Sleman misalnya perlu diimbangi dengan adanya lapangan golf dan resort di bagian selatan Yogyakarta yakni di wilayah Gunung Kidul yang juga tak kalah menarik.
“Wilayah yang sangat potensial untuk menjadi venue adalah Kabupaten Gunung Kidul, yang memiliki banyak pantai indah,” kata Cyrillus.
Dengan potensi wisata yang besar itu, ia berharap investor bersedia berinvestasi mengembangkan Gunung Kidul bersama-sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat. Investor bisa ikut berperan aktif dalam membangun infrastruktur, seperti hotel, resort, lapangan golf, restoran, dan lain-lain. Sementara masyarakat daerah setempat bisa mengembangkan homestay dan rumah wisata.
Bila rencana itu terwujud, Cyrillus yakin, Gunung Kidul akan menjadi "Nusa Dua"-nya Yogyakarta.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh