Menuju konten utama

Grab Digitalisasi Ekonomi Sampai ke Perbatasan Indonesia

Grab Indonesia menekankan bahwa manfaat dan dampak ekosistem ekonomi digital harus dirasakan semua orang.

Grab Digitalisasi Ekonomi Sampai ke Perbatasan Indonesia
Ilustrasi Pasar Tradisional. Foto/Grab Indonesia

tirto.id - Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah Indonesia bersinggungan dengan banyak negara. Di darat, perbatasan Indonesia dengan Malaysia, Timor-Leste, dan Papua Nugini mencapai 3092,8 km. Sedangkan di laut, termasuk lewat 92 pulau kecil terdepan, wilayah Indonesia berbatasan dengan 10 negara.

Di wilayah perbatasan inilah Indonesia seharusnya tidak hanya menjaga kedaulatan dari ancaman negara lain, tetapi juga memberikan kesejahteraan kepada masyarakatnya. Sudah seharusnya wilayah perbatasan menjadi beranda, bukan halaman belakang. Tak mengherankan bila salah satu wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan Utara, Tarakan, menjadi sorotan.

Bisa dibilang, Tarakan adalah kota termuda di Indonesia. Padahal, pada 1942 tentara Jepang pertama kali datang ke Indonesia melalui Tarakan, berbekal identitas sebagai penguasa Cina.

Meski sempat tak diperhatikan cukup lama, Tarakan tumbuh dan berkembang pesat beberapa tahun belakangan. Perkembangan yang paling kelihatan adalah aspek Sumber Daya Manusia (SDM). Indeks Pertumbuhan Manusia di Tarakan mencapai angka 76,09 (2019), meningkat 0,4 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, angka pengangguran terbuka juga menurun pada 2019.

Hal yang paling ditingkatkan untuk mengembangkan SDM Tarakan adalah penetrasi internet dan literasi digital dari pemerintah dan para pelaku bisnis. Menurut laporan East Ventures, Kalimantan Utara berada pada urutan 14 (dari 34 provinsi) dalam hal Digital Competitiveness Index tahun ini, sekalipun dalam situasi pandemi.

Yayan Nuryana, Manager Enterprise, Government, Business, Rumah BUMN Telkom Tarakan--sebuah organisasi yang bertujuan untuk membantu percepatan transformasi digital UMKM--menyebut pandemi berdampak buruk terhadap sektor UMKM lokal. Menurutnya, situasi ini memaksa banyak usaha kecil dan individu untuk menyesuaikan diri dan keluar dari zona nyaman, mencoba hal baru, termasuk untuk go-digital guna mempertahankan kelangsungan bisnisnya.

“Bisnis yang telah masuk dalam ranah digital memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi pandemi dibandingkan dengan bisnis yang masih offline. Oleh karena itu, go-digital adalah salah satu solusi yang esensial untuk bertahan dan meraih lebih banyak peluang pendapatan, serta membantu perekonomian daerah dalam situasi seperti sekarang,” kata Yayan.

Peran Teknologi Grab dalam Pemerataan Akses Keuangan hingga ke Perbatasan Indonesia

Salah satu platform digital yang getol meng-grab wilayah perbatasan, sesuai namanya, adalah Grab. Dan lantaran Tarakan sudah melek digital, penetrasi superapps ini pun disambut dengan baik.

Mitra Grab

Mitra Grab. Foto/Grab Indonesia

Grab pertama kali masuk Tarakan pada 2017. Berbagai layanannya, seperti GrabBike, GrabExpress, dan GrabKios telah membuka banyak peluang baru bagi masyarakat Tarakan. Dampaknya pun terlihat nyata, sebagaimana disampaikan Walikota Tarakan, dr. Khairul, M.Kes.

“Pemerintah terus mengembangkan infrastruktur dan fasilitas untuk membantu pemberdayaan wirausahawan lokal kami, namun hal itu tidak dapat kami lakukan tanpa dukungan yang lebih luas, terutama dari sektor swasta, khususnya platform digital seperti Grab.”

Khairul yakin, kemajuan yang pesat akan terlihat lewat teknologi yang mendorong ekonomi digital. Kemajuan yang dimaksud adalah terbuka lebarnya kesempatan kerja dan masifnya pengentasan kemiskinan di daerah rural.

Hal yang Grab tawarkan buat kota kecil seperti Tarakan adalah akses menjangkau ekosistem ekonomi digital. Grab menyediakan platform yang menghubungkan para mitra pengemudi dan UMKM dengan konsumen. Pada tahun pertama, ratusan orang mendaftar menjadi mitra pengemudi dan mitra merchant serta agen Grab. Salah satunya Heirryah, 55 tahun, seorang ibu rumah tangga.

Menurut Heirryah, sejak menjadi mitra pengemudi Grab, dia mendapatkan jam kerja yang lebih fleksibel, sehingga bisa tetap mengurus keluarga dan membantu masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari.

“Tidak banyak kesempatan bagi perempuan untuk mencari pekerjaan yang fleksibel, terutama di kota kecil seperti Tarakan. Kebanyakan perempuan menjadi buruh, seperti menjadi pengupas udang, sementara beberapa orang beruntung yang memiliki modal dapat membeli sepeda motor dan bekerja sebagai ojek pangkalan untuk menjemput dan mengantar siswa ke sekolah. Namun, itu tidak memberikan penghasilan tetap, sedangkan itulah yang saya butuhkan,” beber Heirryah.

Awalnya, Heirryah tak berekspektasi apa-apa soal pekerjaannya di Grab. Seperti orang kebanyakan, ia menganggap bekerja di Grab sebagai sampingan belaka. “Namun, seiring berjalannya waktu, saya merasa bahwa Grab memberikan lebih banyak kesempatan kepada saya, dan saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan saya sebelumnya. Kini, saya dapat dengan mudah mengelola berbagai peran saya berkat fleksibilitas menjadi mitra pengemudi Grab,” lanjutnya.

Sebelum ada Grab, Heirryah sering kesulitan menggunakan transportasi umum karena daerah Tarakan memiliki banyak gang dan jalan yang naik turun, sulit dijangkau oleh kendaraan tanpa GPS. “Sekarang, saya juga bisa berkontribusi untuk komunitas saya dengan membantu orang mencapai tujuan dengan lebih mudah.”

Selain Heirryah, Yusuf, 32 tahun, juga mendapatkan manfaat serupa sebagai pengguna GrabKios. Yusuf memulai bisnis sampingannya dengan menjual pulsa seluler prabayar melalui GrabKios di Pasar Gusher, saat dirinya juga bekerja di sebuah toko kelontong. Kini, Yusuf telah tercatat sebagai mitra pengemudi Grab dan tetap menawarkan layanan isi ulang saldo GrabKios kepada sesama mitra pengemudi.

Usaha semacam itu sangat berpengaruh untuk daerah seperti Tarakan sebab mitra pengemudi harus memiliki jumlah uang yang cukup di dompet digital mereka saat menerima pesanan. GrabKios adalah cara mudah untuk memastikan saldo aman saat dibutuhkan.

“Sekira 3-4 rekan mitra pengemudi saya akan meminta saya untuk mengisi saldo OVO mereka. Jadi, saya mendapat tambahan pendapatan harian dari layanan ini sekaligus mengajari mereka untuk mengenal layanan pembayaran digital. D Tarakan, masyarakat masih banyak yang belum mengenal dan terbiasa menggunakan layanan semacam ini,” papar Yusuf.

Manfaat digitalisasi finansial juga dialami oleh Hendra, 55 tahun, pedagang baju anak di pasar malam keliling. Hendra menyampaikan, masih banyak masyarakat Tarakan dan sekitarnya yang tidak punya rekening bank. “Kalaupun ada, perjalanan ke bank bisa 2-3 jam, saking jauhnya,” curhat Hendra.

Kenyataan itulah yang membuat Hendra tertarik menjadi agen GrabKios. Tujuannya, “Supaya bisa bantu mereka kirim uang dan bayar-bayar tagihan.” Hingga sekarang, banyak orang di berbagai kota dekat perbatasan Indonesia yang juga menjadi agen GrabKios dan ambil bagian membantu transaksi keuangan masyarakat sekitar.

GrabKios tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Tarakan, melainkan juga membantu kegiatan sosial. Kamal Sirojudin, 40 tahun, menjelaskan hal tersebut. “Saya pernah melakukan penggalangan dana untuk korban bencana banjir di Kalimantan, dan banyak sekali yang melakukan transfer via layanan GrabKios, karena tidak memiliki rekening bank. Itu tentu memudahkan kami dan masyarakat luas yang ingin membantu sesama,” katanya.

Mitra Grab

Mitra Grab. Foto/Grab Indonesia

Senada dengan hal tersebut, Bank Dunia menyatakan bahwa permintaan domestik di Indonesia masih lebih lemah dibandingkan sebelum krisis, yakni sekitar 2,8 persen di bawah level pada tahun 2019. Itulah yang membuat kisah-kisah di atas menawarkan masa depan yang lebih cerah bagi kota-kota kecil seperti Tarakan.

Halim Wijaya, Director of East Indonesia, Grab Indonesia, menekankan bahwa manfaat dan dampak ekosistem ekonomi digital harus dirasakan semua orang, termasuk masyarakat di Indonesia Timur. Bagaimanapun, perkembangan digital sangat penting bagi perputaran ekonomi.

Menurutnya, Tarakan memiliki potensi besar yang dapat diberdayakan melalui ekonomi digital, tetapi belum diketahui khalayak . “Melalui misi GrabForGood yang bertujuan untuk memberikan dampak sosial lewat teknologi, kami ingin membangun platform inklusif yang menghadirkan banyak peluang penghasilan baru. Ini adalah komitmen kami untuk menciptakan perubahan positif dalam jangka panjang bagi masyarakat di seluruh Indonesia,” katanya.

Grab percaya, dengan menghadirkan platform yang dapat memberikan peluang untuk memiliki penghasilan, pihaknya dapat menciptakan efek yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal untuk mengambil manfaat dari ekosistem ekonomi digital.

Itu semua menunjukkan bahwa teknologi digital memiliki peran besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menghadirkan lapangan kerja baru yang belum pernah ada sebelumnya. Selain itu, kenyamanan dan kemudahan bagi masyarakat juga bisa dihadirkan melalui layanan-layanan Grab yang benar-benar meng-grab seluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali wilayah perbatasan seperti Tarakan.

Suatu hari, bukan tidak mungkin Tarakan bakal menjadi beranda terdepan yang mencerminkan kesejahteraan kehidupan masyarakat Indonesia. Melihat berbagai kemajuan yang dirasakan kota itu saat ini, kita boleh percaya, harapan di atas bukan sekadar harapan lagi.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis