Menuju konten utama

Gojek-Grab Perang Tarif, Pengemudi Mati di Tengah-Tengah

Tarif Go-Ride kini turun jadi Rp1.200 per kilometer.

Gojek-Grab Perang Tarif, Pengemudi Mati di Tengah-Tengah
Helm seorang supir ojek online (GoJek) nampak dari belakang saat melintasi Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, Minggu, (3/6/18). tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Menjelang Ramadan 2015, Go-Jek, aplikasi ride-sharing yang baru berumur sekitar enam bulan, meluncurkan program “Ceban Menjelang Ramadhan”. Melalui program itu, pengguna Go-Ride dapat diantarkan ke tujuannya masing-masing --tak lebih dari 25 kilometer-- hanya dengan ongkos Rp10 ribu. Strategi promosi tersebut sukses.

"Saking banyaknya orang yang menggunakan promo itu, Go-Jek meledak jadi layanan aplikasi no. 1 di Jakarta. Kami ikut kaget,” ujar pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim.

Secara umum, komponen tarif Go-Ride terdiri dari tarif dasar dan tarif per kilometer. Tarif dasar adalah tarif rata berbatas jarak tertentu. Pada 2015, jarak 0-6 kilometer dihargai Rp15 ribu. Kini, berdasarkan ujicoba aplikasi Go-Ride untuk bepergian dari kawasan Kemang Timur Raya ke berbagai variasi lokasi, tarif 0-5 kilometer dipatok Rp8 ribu. Sementara tarif per kilometer ialah tarif tambahan yang diberlakukan jika pengguna melebihi ketentuan jarak dari tarif dasar.

Naik-turun tarif Go-Jek merentang jauh hingga awal kemunculan aplikasi yang kini bertitel Unicorn. Tiga bulan selepas promo “Ceban Menjelang Ramadhan” digulirkan, Go-Ride mengubah tarifnya. Tepat pada September 2015, Go-Ride memberlakukan tarif sebesar Rp15 ribu untuk 6 kilometer pertama di jam-jam sibuk. Lebih dari 6 kilometer, pengguna dibebankan biaya sebesar Rp2.500 tiap tambahan kilometer. Di luar jam-jam sibuk, pengguna Go-Ride kena tarif rata sebesar Rp15 ribu untuk jarak maksimal 25 kilometer.

Di awal kemunculannya, Go-Ride mematok tarif per kilometer sebesar Rp4.000. Namun, seiring waktu, tarif Go-Ride per kilometer itu terus mengalami perubahan. Pada 2018, tarif per kilometer Go-Ride mengalami beberapa kali perubahan. Pada Juni 2018, tarif per kilometernya dipatok Rp2.200 hingga Rp3.300. Sejak November, tarifnya Rp1.200 per kilometer.

Salah satu alasan naik turunnya tarif Go-Jek adalah demi menjaga ritme permintaan dan penawaran pasar. Michael Say, Vice President Corporate Affair Go-Jek, menuturkan bahwa satu-satunya pesaing Go-Jek kini adalah Grab, dan mereka menawarkan tarif yang lebih kompetitif dibandingkan Go-Jek.

“Kalau (tarif Go-Jek) nggak disesuaikan (kondisi pasar) demand-nya nanti pindah,” ujar Say.

Perkataan Michael itu senada dengan ungkapan Nadiem Makarim pada medio 2015 lalu. Mengutip pemberitaan Viva Nadiem mengatakan, “menurunkan tarif adalah pilihan agar pengemudi juga mendapatkan order terus di tengah membludaknya pemesanan pada aplikasi kami.”

Infografik Perubahan tarif Go Ride

Tarif Murah Go-Jek Mengorbankan Pengemudi

Pada Agustus 2018, Channel News Asia melaporkan Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek, Nadiem Makarim, menyebut bahwa segala lini jasa yang dijalankan Go-Jek sangat dekat untuk memperoleh profit, kecuali lini transportasi. Secara tersirat, Nadiem nampaknya ingin mengatakan bahwa lini transportasi Go-Jek, yakni Go-Ride dan Go-Car, yang jadi citra perusahaan, berjalan dengan membakar uang.

Bagi para pengemudinya, Go-Ride memang dinilai kurang menguntungkan. Animin, seorang pengemudi Go-Jek, mengatakan dengan tegas bahwa dirinya lebih cepat dapat duit lewat Go-Food. Selain itu, poin ketika mengambil orderan Go-Food lebih besar ketimbang mengambil order Go-Ride, plus ada selisih bonus yang lebih besar di Go-Food.

"Jadi lebih untuk Go-Food," ujar Animin. “Bahkan, ada pengemudi Go-Jek yang cuma mau nerima order Go-Food."

Trisna, pengemudi Go-Jek lain, mengamini pernyataan Animin. Katanya, Go-Food menghasilkan poin yang lebih besar, yang berpengaruh pada pendapatan harian yang bisa dibawa pulang.

Dilansir dari laman resmi Go-Jek, poin bagi Go-Food memang lebih besar dibandingkan Go-Ride. Poin dasar Go-Food di hari Senin-Jumat ialah 1,5 poin. Pada Sabtu-Minggu poinnya jadi 2. Lalu, ada tambahan poin dari 1 hingga 1,5 untuk kondisi tertentu, misalnya mengambil order pada pukul 16.00-20.00 dan mengambil order Go-Food berharga lebih dari Rp200 ribu.

Poin maksimal yang bisa diperoleh dari mengambil sekali order Go-Food adalah 4, sementara poin maksimal sekali mengambil order Go-Ride hanya 2. Jika dikalkulasikan, poin-poin itu bisa dikonversi jadi uang hingga senilai Rp200.000 untuk 30 poin.

Fluktuasi tarif Go-Ride membuat pengemudi seperti Animin harus bersiasat. Karena tarif dasar kini berharga Rp8.000, Animin mengaku hanya suka mengambil order Go-Ride dengan jarak tak lebih dari 10 kilometer. Menurutnya, ini lebih menguntungkan. Dengan tarif dasar sebesar itu dan tarif per kilometer dipatok Rp1.200, mengantar penumpang dengan jarak lebih dari 10 kilometer lebih menguntungkan penumpang, bukan pengemudi seperti dirinya.

Hal senada disampaikan Fikri, pengemudi Go-Jek. Katanya, ia pun lebih suka dengan order Go-Ride jarak pendek. Hanya sekitar 5 kilometer.

Banyak pengemudi Go-Jek kini merasa menjadi pengemudi tak lagi semenggiurkan ketika layanan ini pertama kali muncul. Menurut mereka, di masa awal, pengemudi Go-Jek bisa mendapat Rp500 ribu per hari hanya dari Go-Ride. Kini, kata Animin, mengambil orderan Go-Ride dipilih karena butuh, bukan karena pendapatan. Repotnya pula, keluhan pengemudi kerap tak digubris.

"Demo-demo supaya tarif lebih layak ngga ngaruh. Kami cuma mitra, bukan karyawan Go-Jek. (Ibaratnya) kalau butuh ya silakan ambil, kalau gak butuh, ya gak usah diambil."

Baca juga artikel terkait GO-JEK atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Nuran Wibisono