tirto.id - Menjelang Lebaran, pengeluaran umumnya meningkat. Uang Tunjangan Hari Raya (THR) bagi sebagian orang mungkin tidak cukup menutup kebutuhan mudik atau belanja kebutuhan Idul Fitri. Alhasil, pinjam uang dijadikan sebagai salah satu solusi.
Hadi (32) adalah satu di antaranya. Pria asal Yogyakarta ini membutuhkan tambahan uang untuk persiapan mudik nanti. Namun, pria yang bekerja di Jakarta Selatan ini belum memutuskan pinjaman mana yang akan dipilih. "Saya sebenarnya kepikiran ke Pegadaian. Soalnya, sudah pernah. Namun, pinjaman online ini juga menarik," tuturnya kepada Tirto.
Layanan peminjaman uang secara daring melalui perusahaan fintech memang tengah naik daun. Namun, mencari dana cepat dari lembaga keuangan, seperti perbankan atau pegadaian, dapat pula menjadi alternatif. Lantas, mana yang paling oke?
Dari perbankan, kredit tanpa agunan (KTA) adalah salah satu produk yang ditawarkan bagi masyarakat yang memerlukan dana cepat. Nilai pinjaman yang bisa ditarik juga cukup besar, bisa sampai Rp300 juta.
Jangka waktu pinjaman mulai dari 12 bulan hingga 60 bulan. Suku bunga KTA dimulai dari 0,95 persen per bulan hingga dapat mencapai hingga 2,5 persen (flat). Namun, proses KTA belum tentu cepat, paling lama bisa 14-21 hari.
Meski begitu, animo masyarakat dalam mengajukan KTA tetaplah tinggi. Menurut BRI, tren pengajuan KTA saat Ramadan umumnya meningkat ketimbang hari-hari biasanya. Untuk itu, layanan KTA terus ditingkatkan.
"Tahun ini kita full menggunakan BRISpot untuk percepatan proses, jadi kita mendigitalisasi semua proses," kata Handayani, Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) dikutip dari Kompas.
BRISpot adalah aplikasi internal tenaga pemasar mikro BRI guna mempercepat proses prakarsa kredit dan efisiensi dalam memasarkan produk pinjaman BRI. Dengan BRISpot, pengajuan kredit bisa dipangkas dari waktu dua hari menjadi hitungan jam.
Kartu kredit juga bisa digunakan masyarakat untuk membayar segala persiapan untuk mudik atau menyambut Hari Raya Lebaran. Apalagi, penyedia kartu kredit juga saat ini banyak menawarkan promo-promo menarik.
BCA, misalnya, meluncurkan promo khusus Ramadan, mulai dari promo makanan, fashion, hingga travel. Dengan kartu kredit, kebutuhan untuk mudik dan persiapan Lebaran bisa dengan mudah diatasi.
Masyarakat juga bisa memilih pegadaian sebagai alternatif. Tentunya, besaran pinjaman yang diambil akan disesuaikan dengan nilai barang yang digadaikan. Semakin bernilai, uang yang didapatkan juga lebih besar.
Barang-barang yang bisa digadaikan seperti perhiasan yang terbuat dari emas dan permata, kendaraan bermotor, elektronik, barang gudang, kendaraan bermotor, hingga barang-barang elektronik.
Untuk bunga, PT Pegadaian menawarkan bunga kredit sebesar 0,75 persen per 15 hari. Untuk tenornya, sekitar empat bulan. Namun, harus diingat, apabila pinjaman tidak dilunasi, barang yang digadaikan bakal dilelang atau dijual Pegadaian.
Jenis pinjaman lainnya adalah pinjaman daring. Pinjaman jenis ini memang sedang populer. Prosesnya yang cepat, mudah, dan bisa dilakukan langsung dari ponsel pintar masing-masing kerap membuat pinjaman ini jadi idola.
Sayang, suku bunga pinjaman ini cukup tinggi ketimbang pinjaman lainnya, yakni mulai dari 0,8 persen per hari atau 24 persen per bulan. Tenor cicilan juga terbilang singkat hanya 30 hari. Limit pinjaman juga paling besar hanya Rp10 jutaan.
Meski begitu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (APFI) justru optimistis permintaan pinjaman daring pada Ramadan 2019 ini meningkat signifikan ketimbang tahun lalu. "Kami sangat optimistis. Kalau kita bandingkan dengan tahun lalu, kenaikannya signifikan untuk Ramadan tahun ini," ujar Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas AFPI Tumbur Pardede dikutip dari Antara.
Solusi Selain Berutang
Dengan berbagai produk pinjaman yang ada saat ini, bisa dikatakan mencari pinjaman jadi sangat mudah. Namun harus diingat, pinjaman tanpa perencanaan yang matang bisa membuat orang terbelit utang berkepanjangan.
Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning Budi Raharjo tak memungkiri bahwa pengeluaran saat Ramadan kerap meningkat setiap tahunnya. Hanya saja, ia berpesan agar masyarakat harus tetap berhati-hati dan bijak dalam mengatur keuangan.
"Setelah Lebaran kan akan ada pengeluaran untuk berkurban. Lalu untuk orang tua, ada biaya anak sekolah. Lalu biaya asuransi yang sifatnya tahunan, dan pengeluaran-pengeluaran besar rutin lainnya," katanya kepada Tirto.
Apabila pengeluaran-pengeluaran besar rutin itu tidak diantisipasi, tak menutup kemungkinan peminjam akan kembali mencari pinjaman untuk menutupi pengeluaran tersebut. Ujungnya, cicilan utang membengkak.
Menurut Budi, pengeluaran saat Ramadan sebenarnya bisa dikategorikan sebagai pengeluaran besar rutin mengingat polanya selalu sama setiap tahun. Dengan kata lain, bisa dikalkulasikan jauh-jauh hari, sehingga tak perlu berutang.
Jika sudah dikalkulasikan namun ternyata masih ada pengeluaran yang harus ditutupi, maka solusi yang paling baik adalah dengan mengurangi pos pengeluaran, terutama yang sifatnya konsumtif.
Misal, apabila sebelumnya biasa mudik naik pesawat, namun karena harga tiket melambung, maka masyarakat dapat menggunakan moda transportasi lainnya yang lebih murah. Bisa juga mengurangi durasi saat berlibur di kampung halaman.
"Kalau terpaksa tetap harus berutang, carilah yang bunganya paling rendah, dan kalau bisa durasinya paling lama itu 2-3 bulan. Jangan lebih. Namun tetap, saran saya kalau bisa hindari berutang," kata Budi.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara