tirto.id - Melalui program Bakti Sosial Kementerian Sosial (Kemensos), Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Mira Riyati Kurniasih, menyalurkan bantuan untuk masyarakat Desa Balla Satanetean, Sulawesi Barat, Selasa (24/9).
Bantuan pemberdayaan Kemensos menyerahkan 8 unit mesin jahit, 8 cross benang, dan 14 buah benang emas. Bantuan ini diberikan langsung kepada komunitas tenun Desa Balla Satanetean yang terbentuk pada Agustus lalu.
“Salah satu bantuan yang kami berikan adalah bantuan untuk tenun. Bukan membuat tenun, tetapi lebih kepada pengembangan dari produk-produk baru,” ujar Mira.
Bantuan pengembangan ini berlandaskan tenun sebagai pondasi ekonomi masyarakat desa. Dengan persentase penenun mencapai 80 persen dari perempuan desa, pengembangan produk menjadi kunci untuk meningkatkan hasil produksi tenun.
“Memang kita butuh bantuan modal itu, modal menjadi benang, mesin jahit,” tutur Arruan Lumiling, penenun di Desa Balla Satanetean.
Arruan menambahkan, para penenun di desa membutuhkan berbagai material pendukung untuk memaksimalkan produksi tenunnya. Meskipun tiap rumah memiliki tempat menenun beserta rumah untuk tenun, Arruan mengakui ruang tersebut masih terbatas, pasalnya penenun masih menghadapi kesulitan dalam menciptakan produk, selain kain tenun.
“Memang kami butuh bantuan modal itu, modal menjahit benang, mesin jahit. Kalau kami menjahit macam sarung, kami bayar lagi sama yang punya mesin,” ujar Arruan.
Keterbatasan penenun menjadi kegelisahan Arruan dan para penenun muda di Desa Balla Satanetean.Tak cukup sampai mesin jahit, Arruan menyampaikan pihaknya juga beraspirasi untuk menerima pemberdayaan lebih lanjut.
“Karena kami ini anak muda, saya secara pribadi bisa menjahit. Saya bisa menjahit baju, tapi saya perlu perjuangkan diri orang banyak, teman-teman yang lain. Kalau bisa ada pelatihan,” ungkap Arruan.
Menanggapi harapan itu, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial menyampaikan upaya lebih lanjut yang akan Kemensos wujudkan ke depannya mencakup pendampingan untuk memaksimalkan potensi tenun yang ada.
“Tentu kami lakukan pendampingan. Apa yang mereka butuhkan? Ternyata mereka butuhkan pelatihan. Mereka butuhkan skill untuk menjahit, tidak hanya dalam bentuk produk-produk lain, tetapi bisa dikembangkan. Bisa menjadi tas. Mungkin bisa menjadi sandal atau apa pun,” terang Mira.
Mira menambahkan bahwa pendampingan akan dilakukan mengingat tujuan kegiatan untuk menumbuhkan pola pikir masyarakat penenun.
Selanjutnya, Kemensos pun berharap masyarakat akan memanfaatkannya dengan maksimal untuk mengembangkan potensi yang ada sekaligus meningkatkan pendapatan.
“Kami berharap bantuan ini tidak hanya selesai sampai di sini. Tetapi, bisa berkembang, meningkatkan pendapatan mereka,” tandasnya.
Editor: Nuran Wibisono