tirto.id -
Namun, jika program maritim dilanjutkan. Pergerakan kinerja tidak tampak secara nyata oleh masyarakat.
Maka, Jokowi memilih strategi lama, seperti apa yang digunakan presiden sebelum-sebelumnya, yaitu membangun infrastruktur berupa jalan yang secara nyata tampak dan bisa dirasakan masyarakat.
"Tol itu adalah fisik ya dan fisik itu bentuk kampanye visual paling efektif. Karena enggak banyak orang yang bisa lihat pelabuhan," kata dia kepada reporter Tirto, Minggu (17/2/2019).
Dalam empat tahun terakhir, Presiden Jokowi justru gencar membangun infrastruktur terutama jalan tol yakni Tol Trans Jawa yang sudah diselesaikan pada Desember 2018 lalu.
Sebelumnya dalam kampanye di tahun 2014, Jokowi-JK memiliki tujuan yaitu membangun Indonesia menjadi poros kemaritiman dunia. Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang sudah tentu butuh fasilitas penghubung antar pulau melalui pematangan fasilitas di jalur laut.
Ia mengatakan, strategi Jokowi dalam empat tahun terakhir berubah haluan. Bhima mengatakan, Jokowi tampak terjebak dalam tuntutan kampanye dalam pembentukan strategi pembangunan.
"Artinya dia [Jokowi] terjebak pada tuntutan untuk melakukan kampanye. Salah satunya dengan meresmikan beberapa kali jalan tol. Itu salah satunya karena ini hal-hal yang fisik ini bisa masyarakat langsung rasakan," jelas dia.
Ia mengatakan, strategi ini dari dulu merupakan pergerakan paling efektif untuk menarik pemilih di kalangan menengah. Terutama yang merasakan fasilitas tol. Namun, program ini membuat konsep strategi pembangunan Indonesia di era Jokowi tidak tercapai.
Bhima merinci, tujuan utama dalam membangun infrastruktur maritim adalah agar pemerintah bisa menekan biaya logistik untuk didistribusikan pada seluruh masyarakat Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke, strategi ini akan membuat disparitas harga terutama minyak, pangan dan kebutuhan pokok menjadi lebih tipis. Artinya harga yang dibayar masyarakat di Jakarta dan Papua bisa sama.
Namun, karena haluannya berubah, dan fasilitas maritim belum mumpuni terutama Tol Laut. Pengusaha logistik masih mengandalkan jalur darat yang biaya logistiknya paling mahal.
Hal ini juga tampak didukung pemerintah dengan difasilitasinya rute darat melalui Jalur Trans Jawa. Sehingga disparitas harga masih terjadi di Indonesia.
"Khususnya ini kelas menengah yang punya kendaraan pribadi. Tapi enggak nyambung urusannya sama tarif angkutan logistiknya yang turun," kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri