tirto.id - Gempa susulan di Laut Maluku masih terus terjadi hingga sore, hari ini. Guncangan susulan itu muncul usai gempa kuat dengan Magnitudo 7,1 terjadi pada pukul pukul 00.17 WITA, Jumat 15 November 2019.
Pusat gempa M7,1 tersebut berada di laut, pada jarak 134 km arah Barat Laut Kota Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, dengan kedalaman 73 kilometer.
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), setelah guncangan kuat yang sempat memicu peringatan dini potensi tsunami (sudah dicabut) itu, terjadi 110 gempa susulan. Jumlah itu adalah data per pukul 15.00 WITA.
Dari 110 gempa susulan di laut Maluku itu, 44 di antaranya berkekuatan di bawah Magnitudo 4. Sementara 53 gempa susulan yang lain muncul dengan kekuatan Magnitudo 4 sampai 5. Sisanya, 13 gempa susulan terjadi dengan magnitudo di atas 5
Sesuai dengan data BMKG, di antara 110 kali gempa susulan tersebut, hanya 7 yang guncangannya dirasakan pada hari ini.
Sebelumnya, BMKG juga menginformasikan bahwa sampai pukul 11.00 WITA hari ini, baru terjadi 94 gempa bumi susulan. Merujuk pada data ini, sejak jam 11.00 sampai 15.00 WITA, terdapat 16 gempa susulan di Laut Maluku Utara.
Update : Hingga hari ini (15/11) pukul 15.00 WITA telah terjadi 110 gempabumi susulan di Laut Maluku. Sebanyak 7 di antaranya adalah gempabumi yang dirasakan.#GempaBumi#GempaMaluku#Gempapic.twitter.com/KGGQHdjBw3
— Humas_BMKG (@InfoHumasBMKG) November 15, 2019
Penyebab Gempa Maluku Magnitudo 7,1
BMKG telah merilis analisis yang menjelaskan penyebab gempa M7,1 di laut Maluku Utara yang sempat memicu guncangan kuat di berbagai daerah pada Jumat dini hari, hingga Manado (IV-V MMI), Ternate dan Gorontalo (III-IV MMI).
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menjelaskan gempa M7,1 tersebut termasuk jenis dangkal. Kesimpulan itu berdasarkan data lokasi lokasi episenter dan kedalaman hiposenter gempa tersebut.
"[Gempa ini] Ini akibat adanya deformasi atau penyesaran dalam Lempeng Laut Maluku," kata Rahmat dalam keterangan tertulisnya.
Menurut dia, gempa itu memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Ini artinya gempa dibangkitkan oleh sesar naik.
Sementara, hasil analisis yang dirilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, gempa M7,1 itu kemungkinan berasosiasi dengan subduksi di Punggungan Mayu. Perkiraan itu didasarkan pada data lokasi kedalaman pusat gempa.
Dampak Gempa Maluku M7,1
Gempa M7,1 yang berpusat di laut Maluku memicu kerusakan bangunan di Kota Ternate. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menginformasikan terdapat 19 bangunan yang rusak. Informasi itu sesuai dengan data laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate.
Bangunan yang rusak di Kota Ternate terdiri atas 15 rumah, 3 gereja dan 1 sekolah. Rumah yang rusak ringan tercatat berada di Kelurahan Lelewi (9 unit), Mayau (5 unit) dan Bido (1 unit).
Adapun gereja yang mengalami kerusakan masing-masing 1 unit di Lelewi, Mayau dan Bido. Ketiga wilayah itu berada di Kecamatan Batang Dua, yang lokasinya di sebuah pulau kecil.
“Di samping bangunan rusak, BPBD mencatat dua orang mengalami luka ringan akibat tertimpa material bangunan. Kedua korban berasal dari Kelurahan Mayau dan Kelurahan Lelewi,” ujar Agus dalam keterangan tertulisnya.
Editor: Agung DH