tirto.id - Tim penyelamat Filipina terus melakukan upaya pencarian korban gempa bumi bermagnituo 6,1 di Filipina.
Sejauh ini, korban tewas yang sudah ditemukan 11 orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Sementaralebih dari 100 lainnya luka-luka.
Menurut laporan dari Aljazeera, gempa bumi yang terjadi pada Senin (23/4/2019) malam itu mengguncang wilayah barat laut dari ibu kota Manila, tepatnya di provinsi Pampanga, kota Castillejo yang mengalami kehancuran paling parah. Sekitar dari 400 gempa susulan yang terjadi sejak gempa pertama terjadi.
Puluhan penyelamat di Porac menggunakan crane dan jackhammer untuk mengangkat reruntuhan beton dari bangunan pasar berlantai 4. Diperkirakan, masih ada 30 orang yang belum ditemukan.
Diwartakan oleh BBC, Bandara Internasional Clark mengalami kerusakan besar dan tujuh orang mengalami luka.
Puluhan wisatawan masih terdampar di bandara karena seluruh penerbangan masih ditutup oleh pemerintah.
Petugas penyelamat juga berupaya untuk masuk ke dusun-dusun terpencil yang tidak mendapat aliran listrik dan jalur komunikasi terputus akibat gempa.
Gempa bumi yang terjadi di Filipina merusak beberapa gereja yang sudah berabad-abad berdiri. Pastor Roland Moralej yang tinggal di Porac mengatakan menara lonceng Santo Catherine dari Aleksandria abad ke-18 runtuh akibat gempa.
“Itu adalah satu-satunya bagian yang tersisa dari gereja tua. Nilai historisnya sekarang hilang, tapi kami berharap gereja akan dibangun kembali,” katanya sebagaimana dilansir Aljazeera.
Filipina pernah mengalami gempa yang sangat kuat pada Juli 1990 di pulau utara Luzon berkekuatan 7,8 skala rithcher dan menewaskan lebih dari 2.400 orang.
Gempa besar terakhir yang melanda Filipina yaitu pada Oktober 2013 dengan berkekuatan 7,1 skala richter dan menewaskan hampir 200 orang.
Diketahui Filipina termasuk bagian dari "Cincin Api" Pasifik. Sebuah busur aktivitas seismik intens yang rawan dengan gempa bumi.
Editor: Yandri Daniel Damaledo