tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan karena gempa berkekuatan 6,9 SR yang terjadi pada Jumat (15/12/2017) bertambah. Hingga Sabtu (16/12/2017) pukul 14.00 WIB, terdapat 3 korban meninggal dunia dan 7 orang luka-luka.
Tiga korban meninggal dunia adalah Aminah (80) warga Kelurahan Kauman, Kota Pekalongan, Jawa Tengah; Dede Lutfi (62) warga Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat; dan Fatimah (34) warga Desa Argosari Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta.
Aminah dan Dede Lutfi meninggal akibat tertimpa tembok rumah yang roboh, sedangkan Fatimah meninggal dunia karena terjatuh saat lari keluar rumah. Fatimah sempat dibawa ke RS Mitra Sehat namun nyawanya tak tertolong.
Selain itu, 228 rumah rusak berat, 152 rumah rusak sedang, 97 rumah rusak ringan, dan 473 rumah rusak yang belum diklasifikasikan ke dalam rusak berat, sedang dan ringan. Sejumlah sekolah, rumah sakit, dan kantor pemerintah juga mengalami kerusakan.
"Kerusakan bangunan yang paling banyak terdapat di Tasikmalaya, Ciamis dan Pangandaran yang memang paling dekat dengan pusat gempa," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Sabtu (16/12/2017).
Menurut keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gempa pertama terjadi pada pukul 23:47:57 WIB di 43 km barat daya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat berkekuatan 7,3 SR. Gempa pertama terjadi pada kedalaman 105 km di Samudera Hindia.
Gempa kedua mengguncang satu detik kemudian yakni pada pukul 23:47:58 dengan kekuatan 6,9 SR. Titik pusat gempa terjadi di 11 Barat Daya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada kedalaman 107 km di Samudera Hindia.
"Masyarakat yang rumahnya rusak mengungsi di tenda, rumah kerabatnya, balai desa atau bangunan lainnya. Bantuan terus disalurkan kepada korban," kata Sutopo.
Kepala BNPB telah melaporkan perkembangan penanganan dampak gempa kepada Presiden RI. Saat ini Kepala BNPB dan tim reaksi cepat BNPB telah berada di Tasikmalaya untuk mendampingi BPBD dalam penanganan darurat.
Hingga saat ini sudah terjadi 19 kali gempa susulan dengan intensitas gempa yang lebih kecil. Kekuatan gempa terus menurun.
"Memang daerah selatan Jawa Barat merupakan daerah rawan gempa yang berasal dari pertemuan lempeng Hindia Australia dan Eurasia. Gempa dapat terjadi kapan saja,"ujar Sutopo.
Ia menambahkan, secara umum aktivitas masyarakat telah kembali normal dan petugas gabungan terus melakukan penanganan darurat.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra