Menuju konten utama

Geliat DANA di Bawah Dominasi Gopay dan OVO

Resmi diluncurkan pada 2018, popularitas dompet digital DANA melesat, hanya kalah dari Gopay dan OVO.

Geliat DANA di Bawah Dominasi Gopay dan OVO
Tampilam kode QR pada aplikasi dompet digital DANA. ANTARA News/Arindra Meodia

tirto.id - Beberapa tahun terakhir ini, perang super app antara Gojek dan Grab berjalan sangat sengit hingga ke produk turunannya seperti dompet digital atau biasa disebut e-wallet. Gojek punya Gopay dan Grab punya OVO.

Padahal, dompet digital atau uang elektronik berbasis server di Indonesia tidak hanya Gopay dan OVO. Menurut Bank Indonesia, jumlah merek dompet digital di Tanah Air saat ini sudah mencapai 37 merek. Selain Gopay dan OVO, salah satu dari 37 merek tersebut yang tampak paling gencar mempromosikan diri adalah Dompet Digital Indonesia (DANA).

Meski baru resmi diluncurkan pada 2018, kehadiran DANA cukup menggebrak. Penyedia dompet digital ini mampu naik satu peringkat, menembus tiga besar aplikasi dompet digital dengan pengguna aktif bulanan terbanyak di Indonesia pada kuartal II/2019 ini, setidaknya menurut riset perusahaan aggregator belanja onlineiPrice Group. Posisi mereka hanya kalah di bawah Gopay dan OVO di Google Play dan iOS.

Tak hanya itu, DANA yang dikelola oleh PT Espay Debit Indonesia Koe ini juga menjadi aplikasi dompet digital di Indonesia yang paling banyak diunduh ketiga, setelah Gopay dan OVO per kuartal II/2019.

"Sebagai pendatang baru aplikasi dompet digital di Indonesia, DANA langsung menunjukan kegigihannya untuk menjadi pioneer aplikasi dompet digital di Indonesia," sebut iPrice Group dalam penelitiannya itu.

Survei iPrice Group tersebut hampir senada dengan laporan Daily Social berjudul "Fintech Report 2018," yang menunjukkan bahwa DANA berada di posisi empat besar layanan dompet digital pada tahun lalu.

Disokong Alibaba dan Emtek Group

Prospek dompet digital di Indonesia memang sangat besar. Indikatornya terlihat dari transaksi uang elektronik yang terus tumbuh setiap tahunnya. Data dari Bank Indonesia, rata-rata nilai dan volume transaksi naik 90 persen per tahun dalam lima tahun terakhir ini.

Tren itu juga berlanjut ke tahun ini. Sepanjang Januari-Juni, volume transaksi uang elektronik tercatat 2,26 miliar naik 80 persen dari periode yang sama tahun lalu. Adapun, dari sisi nilai, naik 171 persen menjadi Rp56 triliun.

Melihat derasnya arus uang elektronik itu, tidak mengherankan jika penyedia dompet digital berlomba-lomba untuk menjadi penyedia dompet digital nomor satu di Indonesia, tak terkecuali DANA.

"[DANA] Growth-nya sangat bagus. Oleh karenanya, kami ingin menjadi pemain e-wallet nomor satu di Indonesia pada 2019," klaim CEO DANA Vince Iswara dikutip dari Liputan6. Lantas bagaimana peluangnya ?

DANA memiliki pemodal yang cukup kuat, termasuk Emtek Group milik konglomerat asal Jakarta Eddy Kusnadi Sariaatmadja. Bos televisi swasta dari SCTV dan Indosiar ini merupakan orang terkaya ke-26 di Indonesia, versi Forbes. Menurut Forbes, harta kekayaan Eddy Kusnadi Sariaatmadja saat ini ditaksir sudah menembus USD1 miliar.

Selain Emtek Group, DANA juga disokong Ant Financial, perusahaan asal Cina yang menjadi operator aplikasi pembayaran digital bernama Alipay dan milik salah satu miliarder terkaya di dunia, Jack Ma.

Dengan dua kekuatan besar itu, peluang DANA untuk 'menggoyang' dominasi Gopay dan OVO terbuka lebar. Apalagi, Ant Financial memiliki pengalaman yang mumpuni untuk membawa DANA menjadi operator dompet digital terbesar di Indonesia.

Sebagai catatan, Alipay adalah platform pembayaran digital terbesar di Cina saat ini. Nilai valuasi Ant Financial sendiri ditaksir sudah menembus USD150 miliar dan menjadi salah satu perusahaan keuangan paling bernilai di dunia.

"(Ant Financial) ia adalah perusahaan tekfin (teknologi finansial) yang diposisikan paling unik di dunia,” kata Ben Zhou, Managing Director of Warburg Pincus yang juga turut menanamkan modalnya di Ant Financial, dilansir dari Reuters.

Infografik Dompet Digital Indonesia

Infografik Dompet Digital Indonesia. tirto.id/Sabit

Namun demikian, ambisi DANA menjadi nomor satu di Indonesia tidaklah mudah. Menurut Pengamat Ekonomi Digital dari Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi, DANA belum memiliki layanan yang memiliki basis pengguna sekuat Gopay dan OVO.

Basis pelayanan kuat yang dimaksud adalah terkait pelayanan transportasi dan pesan antar makanan. Menurut Fithra, dominasi Gopay dan OVO sulit terbendung karena kedua layanan tersebut memiliki basis pengguna yang besar dan loyal.

"Hingga saat ini, saya belum melihat basis pengguna yang kuat di DANA. Untuk menggeser Gopay dan OVO, mereka perlu menciptakan inovasi baru yang dicari-cari orang, layaknya transportasi online, dan ini perlu waktu," katanya kepada Tirto.

Fithra menilai layanan transportasi online dan pesan antar makanan untuk saat ini menjadi faktor kunci untuk bersaing dengan dompet digital lainnya. Maka tak heran jika kemudian Linkaja—dompet digital BUMN—baru-baru ini mendekati Go-Jek untuk menjadi salah satu alat pembayaran di aplikasi Gojek, selain Gopay.

Apa yang dikatakan Fithra ada benarnya. Menurut hasil riset Snapcart, jenis transaksi digital yang sering dipakai a.l. transaksi retail (28 persen), transportasi online (27 persen), pesan makanan (20 persen), e-commerce (15 persen) dan bayar tagihan (7 persen).

"Data ini menunjukkan uang elektronik untuk transaksi harian seperti pengiriman makanan cepat saji, transportasi, dan belanja telah semakin populer di kalangan konsumen Indonesia," tutur peneliti Snapchart Indonesia Eko Wicaksono dikutip dari Kompas.

Selain itu, fitur atau layanan yang ada di DANA juga memang belum sebanyak Gopay dan OVO. Jumlah fitur DANA baru 16 fitur, atau lebih sedikit ketimbang fitur di Gojek+Gopay sebanyak 25 fitur, atau Grab+OVO sebanyak 22 fitur.

Baca juga artikel terkait UANG ELEKTRONIK atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara