tirto.id -
"Tanpa Gus Dur bangsa ini sudah terpecah belah," kata Gatot dalam sambutannya di Sewindu Haul Gus Dur, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (22/12/2017).
Menurut Gatot, ide pluralisme Gus Dur yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin telah mampu menjembatani perbedaan di antara bangsa Indonesia.
"Salah satu pengabdian terbaik Gus Dur adalah membawa kemajuan Islam di Indonesia sebagai ketua PBNU yang menyebarkan Islam damai, sejuk dan toleran," kata Gatot.
Gatot membandingkan Indonesia saat ini dengan Suriah yang sedang bergejolak. Menurutnya, Suriah sebagai negara yang lebih kecil terpecah karena tidak bisa menjembatani perbedaan di antara masyarakatnya. Demikian pula dengan Yugoslavia dan Uni Soviet. Menurutnya, kedua negara itu pecah menjadi negara-negara baru karena perkara perbedaan agama, ekonomi dan bahasa.
Bagi Gatot, ide persatuan Gus Dur tersebut tidak lepas dari garis keturunannya sebagai anak dari KH Abdul Wahid Hasyim dan cucu dari KH Hasyim Asyari. Bapak dan kakek Gus Dur merupakan tokoh pemersatu bangsa dan pahlawan kemerdekaan Indonesia.
Kata Gatot, KH Abdul Wahid Hasyim demi mempersatukan bangsa rela menurunkan egonya mengubah sila pertama dari tujuh kata menjadi empat kata. Sedangkan KH Hasyim Asyari merupakan pencetus resolusi jihad yang mampu menggelorakan semangat kaum santri untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Tanpa beliau mencetuskan resolusi jihad sekutu dan Belanda yang membonceng tidak akan bisa dipukul mundur," kata Gatot.
Lantaran itu demi meneladani Gus Dur, Gatot mengajak kepada seluruh umat Islam agar bersama-sama turut menjaga peringatan Natal 2017.
"'Mari umat Islam di manapun mari bersama wujudkan persatuan amankan gereja yang merayakan Natal. Tunjukkan pada dunia bahwa mereka patut mencontoh Indonesia dalam hal yang diajarkan Gus Dur: mencintai kedamaian," pungkas Gatot.
Hadir pula dalam Sewindu Haul Gus Dur malam ini sejumlah tokoh lainnya, yakni Wagub Jatim Syaifullah Yusuf, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Bupati Trenggalek Emil Dardak, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, KH Musthofa Bisri, dan Mahfud MD.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Agung DH