tirto.id - Maskapai Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesar 99,1 juta dolar AS selama Kuartal I 2017. Nilai itu setara dengan kerugian mencapai Rp1,32 triliun (kurs Rp13.327 per dolar AS).
Direktur Utama Garuda Indonesia, Pahala Nugraha Mansury mengatakan kerugian maskapai penerbangan plat merah itu dipicu oleh sejumlah faktor.
Menurut dia, salah satunya ialah kenaikan biaya operasi sebesa 21,3 persen, terutama harga bahan bakar yang melonjak 54 persen dari 189,8 juta dolar AS pada Kuartal I 2016 menjadi 292,3 juta dolar AS dalam periode sama 2017.
"Penyebab net loss (rugi bersih) 99,1 juta dolar AS karena dalam satu tahun kemarin peningkatan pengeluaran untuk bahan bakar," kata Pahala dalam paparan kinerja keuangan Garuda Kuartal I 2017 di Jakarta, Jumat (28/4/2017) seperti dilaporkan Antara.
Selain itu, dia menambahkan biaya lainnya juga menyumbang kurang baiknya kinerja Kuartal I 2017 tersebut, di antaranya pengeluaran pelayanan di pesawat (inflight service) dan sistem reservasi, peningkatan jumlah penumpang dan lain-lain sebesar 16,3 persen, yakni dari 403,4 juta dolar AS di Kuartal I 2016 menjadi 469,1 juta dolar AS pada Kuartal I 2017.
Adapun, pengeluaran yang disumbang dari rental pesawat naik 4,2 persen, yaitu dari 246,9 juta dolar AS pada Kuartal I 2016 menjadi 257,4 juta dolar AS pada Kuartal I 2017.
"Tapi yang paling berpengaruh itu karena bahan bakar karena komposisinya 20 sampai 25 persen dari total konsumsi," kata Pahala.
Dia menambahkan total pengeluaran Garuda pada Kuartal I 2017, yaitu 1,02 miliar dolar AS atau meningkat 21,3 persen dari periode sama tahun lalu, yaitu 840,1 juta dolar AS.
"Tren industri penerbangan dunia yang cenderung menurun selama lima tahun terakhir ini serta daya beli masyarakat yang melemah di awal tahun ini, berdampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan yang terus tertekan," kata Pahala.
Untuk itu, menurut Pahala, Garuda Indonesia akan melakukan lima langkah strategis agar tidak terus merugi.
Kelimanya ialah optimalisasi biaya penerbangan, optimalisasi rute, mendayagunakan anak perusahaan, memangkas biaya secara signifikan dan mensinergikan sistem manajemen pendapatan.
"Kondisi kinerja keuangan perusahaan pada kuartal I 2017 dapat dikatakan masih jauh dari target yang telah ditetapkan, sehingga perlu dilakukan berbagai terobosan guna menghasilkan pertumbuhan positif yang berkesinambungan, berkelanjutan dan solid," kata dia.
Meskipun merugi, Pahala menuturkan Garuda mencatatkan pertumbuhan angkutan penumpang hingga 8,4 persen, dengan peningkatan pertumbuhan internasional 26,1 persen, dibandingkan Kuartal I 2016.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom