tirto.id - Tidak semua orang jeli memandang produk unik yang ada di toko retail serba ada macam Marks and Spencer atau Zara. Tetapi pelatih tim nasional Inggris Gareth Southgate membuka wawasan publik untuk belajar mengasah mata dalam melihat tumpukan beragam busana dengan desain yang hampir sama.
Pada Piala Dunia 2018, Southgate mengenakan Marks and Spencer Limited Edition Indigo Checked Slim Fit Waistcoat yang dijual dengan harga 35 Poundsterling atau setara dengan Rp664 ribu. Angka yang masih bisa dibilang wajar untuk sebuah baju formal.
Pilihan busana ini lantas jadi bahan berita. Pujian untuk Southgate bertambah. Ia tidak hanya dipandang sebagai pelatih timnas Inggris yang punya kualitas tetapi juga pelatih berpenampilan terbaik.
Penampilan Southgate bisa dinilai dari hal yang paling sederhana. Di akhir pertandingan, Southgate tidak terlihat berantakan. Bahkan tidak ada bekas keringat di kemeja biru mudanya. Banyak bergerak dalam pertandingan melawan Kolombia, hanya membuat dasi garis-garis Southgate jadi miring. Selebihnya? Ujung kemeja tetap ada di dalam celana, lengan baju tetap panjang dan terkancing di pergelangan tangan, waistcoat masih terpasang rapi dan memperlihatkan torso Southgate yang langsing.
Waistcoat kembali jadi barang laris di Marks and Spencer. Beberapa hari lalu, perusahaan asal Inggris ini menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan permintaan dan penjualan waistcoat sebanyak 35 persen setelah publik melihat Southgate memakai busana biru tua itu.
Bagi Marks and Spencer, peningkatan penjualan ini adalah kabar menyejukkan di tengah rencana untuk menutup total 100 gerai pada 2022. Sampai saat ini, perusahaan yang berdiri sejak 1884 itu telah menutup 22 gerai di Inggris. Tahun depan akan ada 14 gerai yang tutup. Hal serupa terjadi pada gerai di Indonesia. Label busana dan aksesori yang didirikan oleh Michael Marks dan Thomas Spencer ini telah mengalami kemerosotan selama 20 tahun terakhir. Beberapa pelanggan di Inggris memprediksi keterpurukan toko merupakan dampak harga barang terlalu mahal dan kurang mampu bersaing dengan toko online.
Salah satu cara yang masih ditempuh Marks and Spencer untuk mempertahankan eksistensi ialah menjadi partner resmi tim nasional sepakbola Inggris. Sejak tahun 2007, perusahaan yang pernah meraup laba lebih dari 1 miliar Poundsterling pada 1998 ini memasok seluruh kebutuhan suit bagi anggota dan pelatih timnas.
Tahun ini mereka melansir koleksi busana edisi spesial Piala Dunia yang menjual stelan jas seharga 264 Poundsterling. Sebelum pertandingan dimulai, Southgate mengenakan stelan jas dari koleksi ini. Marks and Spencer mengkategorikan koleksi Piala Dunia sebagai luxury collection. Meski demikian, setelan jas itu bukan yang termahal. Koleksi dengan harga paling tinggi ada pada seri Saville Row Inspired Suits yang dijual dengan harga 399 poundsterling.
London, Ibukota Fesyen Pria
Ya, pendapat itu tersemat untuk London. Salah satu sebabnya ialah kota tersebut punya Savile Row, kawasan tempat penjahit setelan beroperasi. Ini adalah tempat favorit bagi setiap pria Inggris yang hendak tampil gaya. Sejarah lokasi itu berawal pada tahun 1771 ketika Thomas Hawkes membuka toko dengan pelanggan Raja George III. Salah satu penjahit di Savile Row juga menjahit busana untuk Napoleon III.
Seratus tahun sebelum Savile Row terkenal, Britania Raya pernah punya Raja Charles II yang konon dikenal sebagai sosok fashionable. Fashion : The Devinitive History of Costume and Style (2012) mengisahkan, ketika Charles II kembali dari Prancis untuk mempimpin Inggris, ia memodifikasi busana orang-orang yang terlibat dalam persidangan di pengadilan. Pada tahun 1666 Charles II memperkenalkan penggunaan setelan coat, waistcoat, dan celana breeches.
Lambat laun, tipe busana tersebut terus dipertahankan dan penggunaannya kian meluas. Waistcoat digunakan untuk aktivitas olahraga dan berburu. Awalnya, rompi ini dibuat dengan lengan panjang dan diberi hiasan pada bagian depan. Di zaman barok dan neoklasik, hiasan pada waistcoat berbentuk bordiran bunga-bunga dan dibuat dari sutera atau linen. Ada pula waistcoat yang dihias dengan benang berwarna abu-abu.
Pada tahun 1720-an, hiasan waistcoat dijahit menggunakan benang katun putih. Pada masa ini, waistcoat diciptakan dalam berbagai varian warna. Hiasan diletakkan pada tepian potongan busana dan pada ujung kantung. Di zaman tersebut, Inggris ialah salah satu negara yang terkenal dengan kualitas bordiran waistcoat. Ragam motif pada kain waistcoat pun muncul.
Waistcoat berpotongan pendek dan tanpa lengan seperti yang tampak saat ini muncul pada era Macaroni, istilah untuk menunjuk perkumpulan yang kerap diadakan para pria sekembalinya mereka dari berlibur. Di perkumpulan itu, mereka memodifikasi gaya Inggris dengan hal-hal yang mereka temui ketika bepergian.
Satu yang disepakati dan dipertahankan sampai sekarang ialah London Cut. Ini adalah sebutan untuk setelan jas tanpa pengganjal bahu dengan potongan pas badan, serta celana berpotongan lurus yang panjangnya menutupi mata kaki. Cara paling gampang melihat London Cut ialah membayangkan tampilan James Bond. Agen mata-mata Inggris rekaan Ian Fleming ini menyiratkan kesan formal ketika ia mengenakan jas London Cut lengkap dengan waistcoat-nya.
Jerry Lauren, mantan Wakil Presiden Desain Busana Pria Polo Ralph Lauren pernah berkata bahwa waistcoat ialah salah satu cara pria untuk menunjukkan bahwa dirinya punya bakat dalam bergaya. Penggunaannya pun punya aturan tersendiri. The Idle Man pernah membuat panduan mengenakan waistcoat.
“Acara kantor yang menuntut kesan formal bisa memakai single breasted waistcoat dengan warna biru tua, abu-abu, hijau zaitun, atau merah marun. Bila datang ke acara yang belum diketahui pasti apakah acara formal atau tidak, anda bisa mengenakan waistcoat dengan warna senada dengan jas dan celana. Untuk acara informal, mengenakan waistcoat berwarna terang atau bermotif bisa jadi opsi. Kalau pilihan jatuh pada warna terang, kenakan waistcoat berkerah V. Apapun pilihannya, waistcoat harus pas badan,” tulisnya.
Gareth Southgate, pria yang berhasil menorehkan sejarah dengan membawa Inggris menang adu penalti dalam Piala Dunia untuk pertama kalinya, memberi contoh penggunaan waistcoat masa kini. Ia menyiratkan berbagai fungsi waistcoat: membuat orang tampil berkelas dan nyaman, memperlihatkan siluet tubuh, dan memberi kesan dada bidang.
Editor: Nuran Wibisono