Menuju konten utama

Memanfaatkan Piala Dunia 2018 untuk Mencari Suaka

Para pengungsi kerap menyamar sebagai penonton Piala Dunia Rusia untuk mencari suaka di negara-negara Uni Eropa.

Memanfaatkan Piala Dunia 2018 untuk Mencari Suaka
Bendera spanduk dengan logo Piala Dunia 2018 mewarnai kawasan Gereja Katedral St. Basil di Moskow, Rusia, Senin, 4 Juni 2018. AP Photo / Pavel Golovkin

tirto.id - Gelaran Piala Dunia menjadi hajatan besar yang paling dinanti oleh kalangan pecinta bola sejagad. Terlebih jika negaranya ikut berlaga. Sebagai tuan rumah turnamen empat tahunan kali ini, Rusia tentu sudah mempersiapkan segalanya dari venue hingga keamanan. Maklum, negeri beruang merah itu bakal dibanjiri turis penggemar bola dari berbagai negara.

Pejabat lokal memperkirakan 1,5 juta turis akan berbondong-bondong membanjiri Rusia, sementara perusahaan konsultan memprediksi hanya 500.000 turis saja yang datang.

Setiap turis diperkirakan bakal menghabiskan uang sekitar 5.000 sampai 8.000 dolar untuk makanan, akomodasi, suvenir, hiburan dan lainnya selama di Rusia, dikutip dari Russia Beyond. Belum lagi para turis asing yang bakal berkontribusi pada pertumbuhan bisnis hotel dan restoran, baik di kota besar maupun di daerah.

Namun, di tengah euforia para penggemar bola yang hadir di Rusia, ada pula para imigran yang memanfaatkan momen Piala Dunia untuk mencari suaka ke Eropa.

Dilaporkan Reuters pada Juni (20/6) lalu, para pencari suaka dari Maroko, Nigeria, Cina dan lainnya mencoba memasuki Eropa dengan cara menyamar sebagai penggemar bola yang hendak menonton Piala Dunia dengan memanfaatkan fitur bebas visa.

Dengan membeli tiket menonton laga Piala Dunia dan mendapat kartu identitas penggemar (Fan ID) sebagai ganti dari visa yang dikeluarkan otoritas Moskow, mereka memasuki Rusia dan berjalan mendekati perbatasan Finlandia, Norwegia, atau Belarusia yang berbatasan dekat Polandia. Tentu apa yang dilakukan para imigran ini masuk kategori ilegal.

Sebelum Piala Dunia bergulir, pada 8 Juni Rusia bahkan menahan empat warga Maroko dengan tiket pertandingan Maroko melawan Iran di St Petersburg. Menurut pihak berwenang, orang-orang Maroko ini memang mengakui bahwa mereka melanggar hukum dan tujuan mereka memang tidak untuk melihat Piala Dunia, tetapi menyeberang ke Finlandia.

Meski usaha dari para imigran untuk mencari suaka ke Eropa dengan menyamar sebagai penonton Piala Dunia menyalahi aturan resmi, mereka tidak dapat dideportasi ke negara asalnya. Sebaliknya, aplikasi suaka sedang dipertimbangkan untuk dijajal oleh pemerintah Rusia.

Finlandia yang bertetangga dengan Rusia pun repot. Sejak Piala Dunia digulirkan, sudah ada lima pencari suaka berkewarganegaraan Nigeria, Maroko dan Cina yang menyeberang ke Finlandia melalui Rusia. Menurut penjaga perbatasan Finlandia, modus mereka sama: memakai tiket Piala Dunia.

"Kami telah siap untuk ini dan tahu bahwa seseorang dapat memasuki Rusia tanpa visa. Tetapi juga menjadi kejutan bahwa itu (imigran gelap) dimulai tepat pada awal turnamen," ucap Marko Saareks, kepala risiko dan analisis di penjaga perbatasan Finlandia.

Seorang pria asal Cina misalnya, mendarat di ibukota Finlandia, Helsinki dengan berbekal berkas penonton Piala Dunia setelah sebelumnya terbang ke Rusia. Pihak pemerintah Rusia sejak 16 Juni lalu sudah mencegat sekitar 10 warga negara Afrika dan Asia saat kedapatan mencoba menyeberang ke Finlandia dan Norwegia. Dari tangannya ditemukan tiket Piala Dunia.

Dilaporkan The Telegraph, pada 18 Juni tiga warga Senegal ditahan petugas setelah berusaha menyeberang ke Finlandia. Pada hari yang sama, timnas Senegal berlaga di Piala Dunia. Kepolisian Rusia kemudian memberikan perhatian ekstra kepada para penggemar bola dari Senegal dengan memeriksa penginapan mereka dan membawa anjing pelacak.

Tapi mengapa para imigran rela memilih Rusia sebagai gerbang masuk ke negara-negara Eropa?

Ada beberapa alasan yang ujungnya bermuara pada pertimbangan biaya dan keamanan. Rute Rusia-Finlandia adalah jalan terbaik dibanding cara ekstrem lainnya seperti membayar para penyelundup dan menyeberangi Laut Tengah dengan kondisi perahu yang acapkali penuh sesak. Belum lagi resiko perahu terbalik akibat dihantam ombak besar dan badai.

Rusia menjadi rute populer para pengungsi Suriah untuk mencapai Uni Eropa sejak tahun 2014. Celahnya adalah perbatasan Kutub Utara dan Norwegia yang dapat dilalui dengan bersepeda tanpa perlu dokumen.

Banyak pengungsi melarikan diri dari perang Suriah dengan melakukan perjalanan ke kota Nickel, Rusia, dan kemudian mengayuh sepeda sejauh 10 mil melintasi perbatasan. Biayanya murah dan tantangannya 'hanya' suhu di bawah nol derajat.

Lebih dari 5.500 pengungsi memakai rute tersebut sebelum Norwegia mendeportasi para pengungsi pesepeda tanpa dokumen kembali ke Rusia pada awal 2016.

Selain itu diketahui perbatasan darat antara Belarusia dan Rusia juga dapat dilintasi tanpa pemeriksaan. Sedangkan negara seperti Polandia, yang dapat dicapai melalui Belarusia, bersama 26 negara Uni Eropa lainnya juga masuk dalam keanggotaan kawasan Schengen, sehingga tidak ada kebijakan paspor dan kontrol perbatasan negara yang berlaku antar anggota.

Beberapa celah tersebut semakin lebar terbuka dengan diterapkannya regulasi Fan ID yang memungkinkan para turis asing penonton Piala Dunia tidak perlu mengurus visa alias bebas berkeliaran di kota-kota di Rusia sepanjang turnamen. Fan ID juga berlaku di negara Belarusia, yang biasanya jadi sebagai tempat transit sebelum menuju Rusia.

Infografik Nonton Piala Dunia Untuk mencari suaka

Tentu regulasi yang bersifat sementara ini sangat memudahkan para turis penggemar bola, sekaligus mengundang pengungsi untuk mencari suaka ke Eropa. Svetlana Gannushkina, aktivis HAM imigran, melihat penerapan Fan ID akan memicu gelombang pengungsi baru.

"Orang akan menggunakan kesempatan untuk menggunakan hak mereka untuk mencari suaka," kata Gannushkina. "Mereka tahu ada tempat yang bisa mengantar Anda secara manusiawi."

Pejabat perbatasan di Belarusia sampai 21 Juni lalu sudah menghentikan empat orang Maroko dan sejumlah orang Pakistan ketika mereka mencoba memasuki Uni Eropa secara ilegal lewat perbatasan Lithuania dan Polandia. Dilansir dari NDTV, modusnya sama: mereka masuk ke Belarusia dengan dalih hendak menonton Piala Dunia.

Nasib para warga Maroko di Belarusia terancam denda, deportasi hingga larangan memasuki wilayah negara tersebut selama lima tahun. Sementara beberapa imigran yang sampai di Finlandia memilih mengajukan permohonan suaka.

Selain memberi kemudahan bagi para turis penggemar bola, sistem Fan ID di Piala Dunia juga diberlakukan sebagai langkah pengamanan tambahan. Dengan Fan ID, kepolisian Rusia bisa melakukan pemeriksaan latar belakang pemohon Fan ID.

Nyatanya tidak semua pemohon Fan ID selalu disetujui. Hampir 500 orang ditolak menjelang Piala Dunia Rusia bergulir kemarin.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Politik
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf