Menuju konten utama

Game Call of Duty Larang Nama Pengguna dan Konten Rasis

Infinity Ward berjanji mengeluarkan lebih banyak larangan untuk nama pengguna game Call of Duty yang rasis.

Game Call of Duty Larang Nama Pengguna dan Konten Rasis
Ilustrasi game "Call of Duty". ANTARA/twitter.com/callofduty

tirto.id - Pembuat game Call of Duty, Infinity Ward, menyatakan bahwa pihaknya akan melarang nama pengguna rasis bermain di game buatanya. Selain itu, pihaknya juga akan mengambil beberapa langkah untuk menyaring konten rasis dan melarang pemain melakukan itu.

"Tidak ada tempat untuk konten rasis di game kami. Ini adalah upaya yang kami mulai dengan rilis dan kami perlu melakukan pekerjaan yang lebih baik. Kami mengeluarkan ribuan larangan setiap harinya untuk nama yang rasis atau berorientasi pada kebencian," kata Infinity Ward dalam twitnya seperti diberitakan Antara, Kamis (4/6/2020).

Isu rasisme sedang menjadi perhatian global usai kasus kematian pria kulit hitam George Floyd yang dibunuh oleh perwira polisi Minneapolis bernama Derek Chauvin.

Kematian Floyd telah memicu demonstrasi di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Australia. Mereka menuntut keadilan terhadap pria kulit hitam yang meninggal dalam penahanan.

Orang-orang dari kota di seluruh dunia berbaris dalam solidaritas dengan demonstran di AS. Para politikus dan tokoh masyarakat bersatu untuk mengutuk pembunuhan George Floyd.

Kejadian tersebut juga membuat perusahaan game lain ikut menyatakan dukungan, donasi untuk Black Lives Matter, dan berjanji untuk mendorong diversifikasi di industri game.

Untuk itu, Infinity Ward berjanji mengeluarkan lebih banyak larangan untuk nama pengguna yang rasis.

Sikap ini dilakukan Infinity Ward usai mendapat laporan dari pengguna Reddit lewat video yang menunjukkan lusinan akun menggunakan kata-kata rasisme sebagai nama pengguna mereka untuk bermain game. Di sisi lain, kata-kata yang berbau rasial juga tidak diizinkan sebagai nama pengguna.

Sebelumnya, platform musik Bandcamp juga mengumumkan bahwa mereka akan menyumbangkan seluruh keuntungan mereka pada tanggal 17 Juni 2020 ke The NAACP Legal Defense Fund.

Keputusan itu terinspirasi oleh protes yang sedang berlangsung di seluruh dunia setelah kematian George Floyd dan kasus-kasus ketidakadilan rasial lainnya, demikian seperti dilansir NME.

Selain itu, donasi ini juga sekaligus untuk memperingati Juneteenth, atau yang biasa disebut Hari Kebebasan atau Hari Emansipasi di AS, yakni pengumuman penghapusan perbudakan orang Afrika-Amerika pada tahun 1865.

Co-founder Bandcamp, Ethan Diamond mengatakan bahwa pembunuhan yang terjadi pada George Floyd baru-baru ini dan kasus yang sudah-sudah seperti pada Tony McDade, Sean Reed, Breonna Taylor, Ahmaud Arbery adalah tragedi yang mengerikan.

“Kami mendukung orang-orang yang menuntut keadilan, kesetaraan, dan perubahan, dan orang-orang kulit berwarna di mana-mana yang hidup dengan rasisme setiap hari, termasuk banyak rekan karyawan dan seniman serta penggemar kami di komunitas Bandcamp,” ungkap Diamond.

Baca juga artikel terkait CALL OF DUTY

tirto.id - Teknologi
Sumber: Antara
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH