Menuju konten utama

Gabriel Garcia Marquez dan Kematian Karier Kepenulisannya

Karier kepenulisan Gabriel Garcia Marquez berhenti oleh demensia dan kemoterapi.

Gabriel Garcia Marquez dan Kematian Karier Kepenulisannya
Peraih Nobel Perdamaian Kolombia Gabriel Garcia Marquez berdiri di luar rumahnya pada ulang tahunnya yang ke 87 di Mexico City pada foto foto 6 Maret 2014. REUTERS / Edgard Garrido

tirto.id - Gabriel Garcia Marquez muncul dalam Google Doodle, hari ini, Selasa (6/3/2018) sebagai peringatan atas ulang tahun ke-91nya.

Penulis asal Kolumbia yang lahir pada 6 Maret 1927 ini termasuk salah satu penulis berpengaruh di dunia pada abad ke-20. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Cien Anos de Soledad (1967) dan One Hundred Years of Solitude. Karya-karya besarnya tersebut membawa Gabo, panggilan akrabnya, meraih Nobel Sastra di tahun 1982.

Bahkan, energi besarnya untuk menulis tidak padam oleh diagnosa kanker pada tahun 1999. Gabo masih sempat menulis memoar Vivir para contarla (2002; Living to Tell the Tale), yang berfokus pada 30 tahun usianya.

Pada tahun 2004, Gabo kembali menulis fiksi dengan melahirkan karya Memoria de mis putas tristes (Memories of My Melancholy Whores), sebuah novel tentang seorang pria kesepian yang akhirnya menemukan makna cinta saat dia menyewa seorang pelacur perawan untuk merayakan ulang tahunnya ke 90. Sepuluh tahun setelah menulis Memories of My Melancholy Whores, ia meninggal.

Gabo telah berjuang keras melawan kanker limfatik yang dideritanya sejak tahun1999. Pengobatan kanker diyakini telah mempercepat penurunan mentalnya.

Jaime García Márquez, Adik Gabo menyatakan bahwa kematian karier Gabo dimulai ketika ia menderita demensia.

"Dia memiliki masalah dengan ingatannya. [Demensia] ini membuat saya menangis karena merasa sangat kehilangan sosoknya," kata Jaime sebagaimana dilaporkan oleh The Guardian.

Demensia terjadi karena kerusakan sel otak yang menyebabkan komunikasi antar-sel menjadi terganggu. Akibatnya, fungsi otak menurun dan menyebabkan gangguan ingatan. Penyakit ini memiliki beberapa turunan, alzheimer merupakan tipe demensia yang paling sering diidap, menyusul demensia vaskular, demensia lewy body, demensia fronto temporal, dan demensia lainnya seperti parkinson, huntington, dan trauma kepala.

Tak hanya menyebabkan kehilangan memori, demensia juga menyulitkan penderita menjalankan aktivitas harian dan mengakibatkan disorientasi. Orang dengan demensia masih harus menerima kesulitan lainnya karena tak ada obat yang dapat menyembuhkan.

Jaime menuturkan bahwa penyakit itu juga yang telah menghancurkan keluarga mereka dan pengobatan kanker telah membuat Gabo menderita menjelang ajalnya.

"Kemoterapi menyelamatkan nyawanya, tapi juga menghancurkan banyak neuron dan pertahanan. Namun begitu, selera humor, sukacita dan antusiasme adalah tiga hal yang selalu ia miliki." lanjut Jaime.

Jaime mengatakan bahwa dia berusaha merahasiakan kondisi saudaranya, "karena ini adalah hidupnya dan dia selalu berusaha menyembunyikannya". Hingga kemudian, dia tergerak untuk berbicara terbuka karena spekulasi yang tidak tepat yang dia hadapi.

"Di kenyataannya ada banyak komentar, ada yang benar, tapi selalu penuh dengan detail yang tidak wajar. Terkadang Anda merasa mereka lebih baik mati, seolah kematiannya adalah sebuah berita bagus."

Sebelum meninggal, García Márquez tinggal di Meksiko. Selama hidup, García Márquez diasuh oleh kakeknya. Beliau adalah seorang tentara dan pahlawan gerakan liberal. Sang Kakeklah yang menanamkan kepada Gabo ketertarikan terhadap nilai-nilai humanis.

Baca juga artikel terkait GOOGLE DOODLE atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Humaniora
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani