tirto.id - Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim merespons Pejabat Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudyaan soal kekurangan guru produktif di SMK.
Menurut Satriawan, salah satu penyebabnya karena insentif yang diberikan belum maksimal.
"Berikan insentif yang lebih kepada guru mata pelajaran produktif agar mereka itu tertarik menjadi guru," ujar dia saat ditemui di Jakarta Pusat, Senin (13/5/2019).
Sebab, menurut dia, SMK itu memiliki klasifikasi yang beragam dengan tingkat kualitas serta pembayaran upah yang tidak merata.
Hal ini, lanjut dia, dipicu mayoritas SMK swasta yang kemampuan finansialnya berbeda-beda.
"Bahkan banyak SMK yang kelas bawah. Bukan pemerintah yang menggajinya, yang SMK swasta kelas bawah digaji oleh yayasan. Sedangkan kemampuan yayasan berbeda-beda," ujar dia.
FSGI, kata dia, juga mengusulkan kepada Kemendikbud, agar memberdayakan guru-guru yang mengikuti pelatihan singkat ke-12 negara selama tiga minggu.
"Bagaimana kalau dimanfaatkan saja teman-teman [guru] yang berpresetasi ini untuk melatih guru, apalagi dengan skema zonasi nanti. Itu sumber daya yang kita punya sebenarnya," kata dia.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK Agus Sartono mengatakan ketersediaan guru produktif di Indonesia untuk mengajar, khususnya di SMK, masih sangat minim sekali.
"Pemerintah sejak tiga tahun terakhir fokus pada upaya revitalisasi pendidikan vokasi mencakup SMK dan poltek. Hanya persoalannya, SMK mengalami kekurangan guru produktif hingga 100 ribu lebih," kata Agus.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Zakki Amali