tirto.id - Kasus stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia, dengan angka prevalensi yang tinggi bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta. Pada 2023, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,5% dan ditargetkan berkurang menjadi 14% pada akhir 2024.
Sebagai upaya untuk turut serta menekan angka stunting, Departemen Biokimia & Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menggelar Pengabdian Masyarakat (Pengmas) di Posyandu RW 15, Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Pusat, Sabtu (7/9) lalu.
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dan pencegahan stunting pada anak-anak balita, dengan fokus pada ibu hamil dan menyusui,” bunyi keterangan yang diterima Tirto.id, Kamis (19/12).
Pihak Departemen Biokimia & Biologi Molekuler FKUI menerangkan, lokasi Pengmas dikenal sebagai daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, tingkat kemiskinan yang signifikan, dan keadaan lingkungan yang kumuh.
Dengan kondisi tersebut, memberikan edukasi mengenai malnutrisi dan stunting kepada masyarakat setempat dianggap sangat penting. Dengan edukasi yang tepat, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami dan menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga untuk mendukung perkembangan anak yang optimal.
Kegiatan Pengmas tersebut dihadiri oleh 50 orang peserta, terdiri atas 11 ibu hamil, 13 ibu menyusui, dan 26 ibu dengan balita. Rangkaian acara meliputi penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang, variasi makanan sehat, serta bahaya stunting terhadap kecerdasan anak. Pemeriksaan kesehatan juga dilakukan disertai pengukuran lingkar kepala, tinggi badan, dan berat badan pada anak-anak yang hadir.
Penyuluhan utama, "Bahaya Malnutrisi pada Tumbuh Kembang dan Kecerdasan Anak", disampaikan oleh Ria Andrienie, S.ST., M.Kes, mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI. Sementara untuk topik “Tubuh Sehat dengan Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil, Menyusui, dan Balita” disampaikan oleh dr. Hania Asmarani, M.Gizi.
“Malnutrisi dapat terlihat dari pertumbuhan yang terhambat dan berat badan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah dan mengganggu perkembangan otak. Oleh karena itu penting untuk orang tua untuk selalu memperhatikan perkembangan anak dan memastikan asupan gizi yang baik,” ungkap Ria.
dr. Hania memaparkan informasi mengenai asupan yang penting untuk 1000 hari pertama kehidupan anak. Mulai dari ASI eksklusif selama 5 bulan pertama dengan pendamping yang sehat berupa protein hewani. Sumber protein hewani contohnya dari hati ayam, ikan, telur atau daging ayam.
Koordinator kegiatan, drg. Dwirini Retno Gunarti, menyebut kegiatan Pengmas ini berjalan lancar dan diikuti dengan antusias oleh semua peserta. Saat persiapan dan pelaksanaan, tim posyandu dan pemuka masyarakat bekerja sama dengan baik, sehingga penerimaan masyarakatnya juga sangat baik.
“Kami berharap dengan penyuluhan secara rutin dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan memberikan kesadaran tentang pola makan sehat sehingga dapat menurunkan angka risiko stunting,” ujar. drg Dwirini
Selain penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan, peserta juga mendapatkan bantuan sembako. Kegiatan Pengmas ini terwujud berkat Hibah Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2024. Penyelenggara berharap, kegiatan yang mereka lakukan dapat memberikan dampak jangka panjang, terutama dalam mencegah stunting dan memastikan tumbuh kembang anak-anak di wilayah RW 15 Kelurahan Kayu Putih berlangsung secara optimal.
Editor: Zulkifli Songyanan