Menuju konten utama

Film Baru Shah Rukh Khan Dilarang di Pakistan

Film terbaru aktor kenamaan Shah Rukh Khan dilarang pemutarannya di Pakistan. Aksi larang-melarang penayangan film ini telah berlangsung sejak lama di antara kedua negara.

Film Baru Shah Rukh Khan Dilarang di Pakistan
Aktor Bollywood Shah Rukh Khan berbicara saat konferensi pers di Madame Tussauds di London, Inggris. (13 April 2016). (REUTERS / Hannah McKay)

tirto.id - Pakistan baru-baru ini melarang film terbaru Bollywood yang dibintangi superstar Shah Rukh Khan berjudul Raees, demikian yang diungkapkan pihak distributor film di Pakistan. Film yang juga dibintangi aktor Pakistan Mahira Khan tersebut sedianya akan ditayangkan di seluruh Pakistan pada 2 Februari.

Terkait keputusan itu, Badan Pusat Sertifikasi Film (Central Board of Film Certification/CBFC) belum mengeluarkan pernyataan resmi alasan pelarangan film tersebut. Namun, seorang pejabat CBFC kepada BBC mengungkapkan salah satu alasannya.

Film horor kriminal tersebut, menurut pernyataannya, menggambarkan Muslim sebagai penjahat dan teroris. "Beberapa adegan juga menyinggung kelompok tertentu," tambah pejabat itu.

Hal itu didukung dengan keberatan Muslim Syiah di India soal pelibatan prosesi keagamaan tahunan Syiah yang tampak dalam trailer film saat resmi dirilis pada Desember lalu.

Jalan cerita Raees berpusat pada karakter Raees Alam, bos mafia Muslim yang membangun sebuah industri alkohol di negara bagian India barat, Gujarat, tempat konsumsi dan penjualan minuman keras dilarang.

Seorang pejabat dari Ever Ready Pictures, yang memiliki hak distribusi di Pakistan, mengatakan bahwa film ini menjadi pertimbangan CBFC pada Jumat (3/2/2017) lalu. Namun, mereka diberitahu pada Senin (6/2/2017) bahwa dewan telah memutuskan untuk melarang film ini.

Menanggapi adanya pelarangan itu, Nadim Mandviwala, yang memiliki Attrium Cinemas, menuturkan bahwa Raees adalah film besar sehingga pembatasan itu akan berdampak buruk terhadap bisnis. "Namun jika pemerintah berpikir [film itu] dapat memicu kerusuhan agama, mungkin [pelarangan] itu adalah keputusan yang tepat," paparnya.

Akan tetapi, sutradara film Pakistan Jami Mehmood justru mengkritisi keputusan itu. "Orang-orang seharusnya toleran terhadap pandangan orang lain. Kita harus menonton film India dengan sudut pandang orang India dalam pikiran kita, seperti film Iran ditonton di Amerika Serikat."

Untuk diketahui, Pakistan telah memberlakukan larangan parsial mengimpor film-film India setelah pada 1965 terjadi perang antara kedua negara dan benar-benar melarang impor pada 1971 setelah perang Bangladesh.

Langkah ini menyebabkan penurunan bertahap dari industri film Pakistan sehingga membawa perkembangan budaya menonton ke bioskop menuju akhir.

Namun pada 2007, Pakistan mencabut larangan tersebut. Film-film India kemudian menjadi sangat populer di Pakistan dan akhir-akhir ini membantu penyebaran bioskop multipleks di kota-kota besar.

Pada September tahun lalu, bagaimanapun, Pakistan Film Exhibitors' Association (PFEA) memberlakukan larangan sepihak pada pemutaran film-film India setelah India Motion Picture Producers' Association (IMPPA) membatasi aktor-aktor Pakistan dari proyek film India.

Langkah ini diikuti serangan militan di sebuah kamp militer India di Kashmir India. Larangan PFEA ini kemudian dicabut pada Desember tahun lalu. Dan pada Februari tahun ini pemerintah mengizinkan dua film produksi Bollywood - Kaabil dan Ae Dil Hai Mushkil - untuk ditayangkan.

Baca juga artikel terkait BOLLYWOOD atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Film
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari