tirto.id - Sejumlah helikopter serang dan pasukan khusus dikerahkan Filipina pada Kamis (25/5/2017) waktu setempat guna mengusir para pemberontak yang punya hubungan dengan ISIS dari Kota Marawi yang terkepung.
Seperti dilaporkan Antara, pasukan darat yang dikerahkan tersebut bersembunyi di balik tembok serta kendaraan lapis baja dan baku tembak dengan petempur kelompok Maute. Mereka menembaki posisi-posisi yang diduduki oleh militan yang telah menggenggam Kota Marawi di Pulau Mindanao selama dua hari.
Helikopter-helikopter mengitari kota tersebut, menghujani posisi Maute dengan tembakan senapan mesin dalam upaya merebut kembali Marawi, kota mayoritas muslim berpenduduk 200.000 orang tempat para petempur membakar dan menduduki satu sekolah, satu penjara, serta satu katedral dan menyandera selusinan orang.
"Pasukan kami melakukan operasi di daerah yang diyakini masih diduduki dan dirundung para teroris," kata kepala satuan tugas untuk misi tersebut, Brigadir Jenderal Rolly Bautista sebagaimana dikutip Reuters.
Pertarungan dengan kelompok Maute, yang berjanji setia kepada ISIS, mulai terjadi pada Selasa (23/5/2017) dalam sebuah serangan gagal oleh pasukan keamanan di salah satu tempat persembunyian kelompok itu.
Sebanyak delapan belas pemberontak tewas pada Kamis (25/5/20170 menurut militer.
Presiden Rodrigo Duterte pada Selasa menyampaikan ancaman untuk memberlakukan darurat militer di Mindanao, pulau terbesar kedua di negara itu, menghentikan penyebaran Islam radikal.
"Jika ada pembangkangan terbuka, Anda akan mati," kata Duterte.
ISIS mengklaim bertanggung jawab atas aktivitas Maute melalui kantor berita Amaq pada Rabu (24/5/2017).
Menurut juru bicara kepresidenan Ernesto Abbella, sebagaimana dikutip Aljazeera, darurat militer itu akan berlaku selama 60 hari ke depan. Pengumuman itu disampaikan Ernesto dari Rusia pada hari Selasa lalu saat Duterte melakukan kunjungan resmi selama empat hari di negeri itu.
“Presiden telah mengumumkan darurat militer untuk seluruh pulau Mindanao", kata Abella. "Hal ini dimungkinkan atas dasar adanya pemberontakan," tambahnya.
Karena kejadian di dalam negeri Filipina, Duterte memutuskan untuk memotong jadwal kunjungannya di Rusia. "Presiden merasa bahwa dia dibutuhkan di Manila sesegera mungkin," kata Ernesto.
Duterte bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa malam sampai dengan Kamis seperti yang direncanakan, menurut media pemerintah Rusia.
Presiden Duterte mengatakan, pada hari Rabu, darurat militer bisa bertahan setahun karena dia bersumpah akan menindak tegas pemberontak seperti diktator Ferdinand Marcos akhir.
"Jika butuh waktu setahun untuk melakukannya, jika selesai dalam waktu satu bulan, maka saya akan bahagia," kata Duterte dalam sebuah video yang diposkan oleh pemerintah secara online.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari