Menuju konten utama

Fenomena Glancing, Peluang Emas Gaet Audiens di Era Digital

Studi oleh Glance menyebut bahwa masyarakat Indonesia kini lebih suka jika informasi datang dan dihadirkan langsung di layar ponsel mereka.

Fenomena Glancing, Peluang Emas Gaet Audiens di Era Digital
Vasuta Agarwal, Chief Business Officer InMobi pada MMA Impact Indonesia 2024, Jumat (15/11/2024). tirto.id/Dwi Ayuningtyas

tirto.id - Masyarakat Indonesia menunjukkan perilaku digital yang dinamis. Ini seiring dengan fakta bahwa pengguna smartphone di Tanah Air meningkat hingga tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir, dengan total lebih dari 117 juta pengguna.

Salah satu fenomena yang muncuk karena adopsi teknologi ini adalah glancing, yakni perilaku untuk menengok atau melihat sekilas layar ponsel. Fenomena ini terdeteksi dari sebuah studi yang menyebut bahwa, 50 persen mengangkat ponsel pintar mereka secara spontan tanpa tujuan.

“Studi menunjukkan bahwa dalam sehari, saat konsumen memegang ponsel, hanya 50 persen dari perilaku itu yang benar-benar ditentukan sebelumnya. Artinya, 50 persen sisanya bersifat spontan dan eksploratif,” jelas Vasuta Agarwal, Chief Business Officer InMobi, pada acara MMA Impact Indonesia 2024 di Jakarta, Jumat (15/11/2024).

Penemuan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa ponsel pintar menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Ibu Pertiwi. Kebiasaan ini yang juga membuat pengguna ponsel menginginkan akses informasi yang mudah diakses dan relevan.

Masyarakat kini lebih suka jika informasi datang dan dihadirkan langsung di layar ponsel mereka. Bukan lagi mereka yang harus meluangkan waktu. Glancing memberikan kesempatan untuk tetap terinformasi, menikmati konten visual, dan menemukan hal-hal menarik dengan cepat hanya melalui tampilan layar kunci.

Fenomena ini kemudian dapat menciptakan peluang besar bagi brand untuk berinteraksi dengan audiens mereka secara langsung dan efektif. Akan tetapi, pemilik merek tetap harus menyaring dan menentukan informasi apa yang dihadirkan yang dapat memberikan dampak pada brand image perusahaan.

“Apa yang kami lihat dalam hal satu ketukan atau terkait dengan perhatian, kuncinya adalah bagaimana memastikan bahwa apa yang Anda lakukan dalam konten, mengarah pada dampak merek, hasil merek,” tegas Guy Kellaway, Communication Director Nestle Indonesia, pada Jumat.

Oleh karenanya, dalam studinya, Glance, menyampaikan untuk memanfaatkan fenomena ini dengan membangun konten berbasis momen. Hasil studi memaparkan bahwa konsumen di Indonesia menunjukkan ketertarikan yang tinggi pada acara olahraga, konser musik, dan peristiwa nasional.

“Jika And lihat di sini, acara-acara seperti Olimpiade, acara seputar konser musik, mendapat lebih dari 2 miliar ‘lirikan’ hanya dalam beberapa minggu. Momen besar lainnya adalah seputar acara nasional, seperti Pilkada,” pungkas Vasuta.

Selain momen, faktor lainnya yang menarik perhatian pengguna yang sedang glancing adalah konten visual dengan desain yang interaktif. Melalui desain yang menarik secara visual dan fitur-fitur sederhana seperti “swipe to learn more” atau “tap to engage,” brand dapat menciptakan interaksi yang menyenangkan dan efektif.

Pada akhirnya, keberhasilan dalam memanfaatkan fenomena glancing terletak pada kemampuan pemegang merek untuk menyajikan konten yang relevan, menarik, dan mudah diakses. Dengan memanfaatkan teknologi AI, brand dapat menyesuaikan konten yang disajikan sesuai dengan preferensi dan kebutuhan audiens.

(INFO KINI)

Penulis: Tim Media Servis