tirto.id - Selama satu pekan ini, sudah sepuluh orang di Amerika Serikat tewas dalam penembakan massal, dengan tempat kejadian yang berbeda-beda.
Menurut laporan Arab News, penembakan massal yang merenggut nyawa sepuluh orang itu terjadi di Philadelphia, Baltimore dan Fort Worth, Amerika Serikat.
Kejadian tersebut terjadi dua hari berturut-turut. Di Baltimore, misalnya, tiga puluh orang diberondong senjata pada 3 Juli 2023. Korban mayoritas adalah anak-anak.
Penembakan massal di Baltimore menyebabkan dua korban tewas. Penembakan terjadi saat ada sebuah perayaan pesta.
Di hari yang sama, penembakan juga terjadi Philadelphia. Kali ini korban yang tewas lebih banyak, ada 5 orang yang tewas. Dua di antaranya adalah anak-anak.
Dua anak yang menjadi korban penembakan di Philadelphia berusia 2 tahun. Korban kedua berusia 13 tahun. Keduanya ditembak di kaki.
Pelaku yang melakukan penembakan massal tersebut mengenakan pelindung tubuh dan penutup wajah. Senjata yang digunakan bertipe AR-15.
Sehari setelah 7 orang tewas karena penembakan. Tiga orang lainnya lagi menjadi korban tewas penembakan massal di Fort Worth, pada 4 Juli 2023.
Penembakan massal di Fort Worth terjadi saat orang-orang merayakan sebuah festival Hari Kemerdekaan di Amerika Serikat.
Darurat Penembakan Massal di Amerika Serikat
Masyarakat di Amerika Serikat menuntut Presiden Joe Biden untuk segera mengesahkan undang-undang pengendalian senjata api, terkait penembakan massal yang tewaskan sepuluh orang dan 38 lainnya luka-luka itu.
Pasalnya, dengan bebasnya senjata api, korban penembakan massal terus berjatuhan. Menurut Arab News, sepanjang tahun 2023, sudah ada 340 kasus penembakan massal di Amerika Serikat.
Presiden Amerika Joe Biden turut mengutuk masalah tersebut. Ia juga memperbarui seruannya untuk memperketat undang-undang kepemilikan senjata api di Amerika.
"Bangsa kita sekali lagi mengalami gelombang penembakan yang tragis dan tidak masuk akal," kata Biden
Selain Biden, para pejabat di Philadelphia memohon kepada anggota parlemen negara bagian dan federal untuk bertindak.
"Kami memohon kepada Kongres untuk melindungi nyawa dan melakukan sesuatu terhadap masalah senjata api di Amerika," ujar Walikota Philadelphia Jim Kenney.
Tersangka dalam Penembakan Massal di Amerika
Polisi Philadelphia membeberkan identitas pelaku penembakan massal tersebut. Menurut polisi, tersangkanya adalah seorang pria berusia 40 tahun yang memiliki senapan semi-otomatis AR-15 dan pistol 9mm. Dia mengenakan pelindung tubuh dan masker ski.
Sementara polisi di Fort Worth mengatakan, sejauh ini belum ada penangkapan setelah tragedi penembakan di Como Fest.
Wali Kota Fort Worth Mattie Parker menyayangkan insiden penembakan massal ini. Ia percaya bahwa beberapa pelaku yang datang ke lingkungan ini hanya untuk membuat kekacauan.
Penembakan massal terakhir di Amerika terjadi tahun lalu di Chicago, tepatnya di Highland Park. Kasus tersebut membuat tujuh orang tewas dan 48 lainnya terluka.
Pelakunya merupakan seorang pria berusia 22 tahun. Kini sudah ditahan dengan dakwaan 117 kejahatan.
Penulis: Sulthoni
Editor: Alexander Haryanto