tirto.id - Tingkat inflasi Jepang pada Juni lalu tinggi karena berada di atas target 2 persen bank sentral yakni 3,3 persen. Dengan demikian, indeks inflasi ini telah bertahan selama 15 bulan berturut-turut.
Reuters melaporkan bahwa data menunjukkan bahwa tekanan harga yang disebabkan oleh komoditas yang berkepanjangan mungkin telah mencapai puncaknya.
Namun, pertumbuhan harga jasa yang melambat di bulan lalu menyebabkan para pembuat kebijakan merasa bahwa tekanan upah belum cukup kuat untuk menjamin perubahan dalam waktu dekat.
Sementara itu, para analisis ekonomi menjelaskan bahwa data di atas akan meningkatkan peluang Bank of Japan (BOJ) untuk menaikkan perkiraan inflasi tahun ini.
Proyeksi itu akan dirilis oleh BOJ pada minggu depan. Hal ini dapat mengurangi tekanan pada bank sentral untuk segera mulai mengurangi stimulus moneternya secara bertahap.
"Inflasi yang didorong oleh biaya akhir yang mulai mencapai puncaknya. Kita mungkin akan melihat inflasi melambat dalam beberapa bulan mendatang, yang akan memungkinkan BOJ untuk mempertahankan kebijakan yang stabil untuk saat ini," kata Toru Suehiro, kepala ekonom di Daiwa Securities.
"Meskipun harga-harga jasa mungkin akan naik tahun depan, harga-harga barang akan tetap lemah. Inflasi dapat berkisar di sekitar 1 persen tahun depan," ujarnya.
Indeks harga konsumen inti nasional (IHK) Jepang, yang tidak termasuk biaya makanan segar, naik 3,3 persen di bulan Juni dari tahun sebelumnya, sesuai dengan perkiraan median pasar dan berakselerasi dari kenaikan 3,2 persen di bulan Mei.
Kenaikan tagihan listrik menambah kenaikan harga makanan dan kebutuhan sehari-hari, sehingga menambah beban rumah tangga.
Namun sebuah indeks yang menghilangkan biaya makanan segar dan bahan bakar, yang diawasi secara ketat oleh BOJ sebagai pengukur tren inflasi yang lebih baik, naik 4,2 persen di bulan Juni dari tahun sebelumnya, lebih lambat dari kenaikan 4,3 persen di bulan Mei.
Ini adalah perlambatan pertama sejak Januari 2022 yang menandakan bahwa laju kenaikan yang cepat yang terlihat dalam beberapa bulan terakhir, yang didorong oleh serentetan kenaikan harga oleh perusahaan, mulai berkurang.
Fakta-fakta Inflasi Jepang
Jepang telah menjadi negara yang lebih dari dua dekade mengalami deflasi dan pertumbuhan upah yang stagnan sejak meledaknya gelembung aset di negara itu pada awal 90an. Sehingga, beberapa fakta mengenai inflasi yang dialami Jepang menarik untuk diikuti. Berikut ini adalah sejumlah fakta inflasi Jepang:
1. Inflasi teringgi dalam 4 Dekade
Inflasi yang dialami oleh Jepang sejak Januari 2022 adalah fenomena ekonomi yang cukup luar biasa bagi negara itu. Pasalnya, tingkat inflasi pada Januari 2023 yang mencapai 4,2 persen adalah tingkat inflasi terparah yang menghantam Jepang sejak September 1981.
2. Inflasi masih terkendali
Melansir Aljazeera, inflasi Jepang, meskipun berada di level tertinggi selama empat dekade dan di atas target jangka panjang BOJ sebesar 2%, tidak separah di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris.
3. Pemerintah Jepang proyeksikan inflasi di bawah 2 persen pada 2024
Nikkei Asia menulis, pemerintah Jepang perkirakan inflasi akan mencapai 1,9 persen pada tahun fiscal 2024. Ini berarti akan di atas target inflasi BOJ yang menargetkan 2 persen.
4. Pasar Asia Pasifik jatuh
CNBC melaporkan pasar Asia Pasifik jatuh pada hari ini, Jumat (21/7/2023) karena para investor menganalisis angka-angka indeks harga konsumen Jepang untuk bulan Juni.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto