tirto.id - Wakil Ketua DPR, Fadli Zon menilai anjloknya nilai tukar rupiah menjadi Rp 14.800 per dolar AS per pukul 7.00 WIB pagi tadi merupakan sebuah hal yang membahayakan. Menurutnya, ini berpotensi menjadi krisis moneter seperti 1997-1998.
"Saya masih ingat rupiah di kisaran 2.200 terus merosot sampai dengan RP6.000 dan kemudian pernah mencapai angka terburuk yaitu Rp18.000 dan kemudian di sekitaran Rp14.000 lagi," kata Fadli, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (31/8/2018).
Menurut Fadli Zon, anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika lantaran pemerintah tidak membuat kebijakan intervensi secara tepat, tapi justru melakukan impor barang dalam jumlah besar yang dapat mengakibatkan nilai mata uang terus menurun.
"Impor di tengah rupiah melemah ada impor beras, gula dan entah saya kira untuk apa ya. Beras kita bahkan sebetulnya sudah banyak di gudang-gudang sudah penuh gudang-gudang itu kemudian masih mau impor lagi di tengah petani mau panen dan sedang panen," kata Fadli.
Wakil Ketua DPP Gerindra ini pun meminta pemerintah tak lagi menjadikan alasan kondisi ekonomi global sebagai pembenaran turunnya nilai tukar rupiah. Sebab, menurutnya, banyak negara seperti India dan Filipina tetap bisa mempertahankan perekonomian dan nilai mata uangnya di tengah kondisi ekonomi global saat ini.
"Alasan itu klasik ya, anak lulusan SD juga bisa ngomong begitu. Jadi justru apologi menurut saya yang tidakk bisa kita terima ya," kata Fadli.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sebesar Rp14.734 pada Kamis (30/8/2018) menjadi Rp14.800 pagi ini. Kondisi ini diduga akibat perang dagang antara Amerika dan Cina serta beberapa negara lainnya. Termasuk turunnya nilai mata uang Turki, Lira.
Sementara dari sisi domestik, turunnya nilai rupiah dipengaruhi oleh pelebaran defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) serta tingkat inflasi yang diprediksi masih akan meningkat.
Pada kuartal II 2018 posisi neraca modal dan pembiayaan sebesar 4,01 miliar dolar AS turun dari kuartal II 2017 sebesar 5,52 miliar dolar AS.
Mengenai kondisi ini, Menko Perekonomian Sri Mulyani menyatakan akan mengawasi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yantina Debora