tirto.id - Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon membantah pernyataan Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari yang menyamakan taktik Prabowo Subianto dengan Donald Trump untuk meraih dukungan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Menurur Fadli, Prabowo tak pernah menebar ketakutan di tengah masyarakat. Ketua Umum Gerindra itu disebut Fadli hanya mengingatkan bahwa saat ini negara sedang menghadapi banyak masalah.
"Itu saya kira salah paham Indo Barometer, yang seharusnya tidak boleh salah paham seperti itu. Yang disampaikan Pak Prabowo adalah persoalan-persoalan kebangsaan yang harus dihadapi, tentang kemiskinan, korupsi, macam-macam, ketimpangan, impor," ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Apa yang disampaikan Qodari merujuk pada pernyataan Prabowo yang belakangan menuai kontroversi. Pada akhir Maret lalu, Prabowo sempat menuding banyak elite yang goblok, bermental maling, dan tidak setia pada rakyat.
Selain itu, video rekaman pidato Prabowo yang diunggah akun media sosial resmi Gerindra juga menuai polemik. Di video itu, Prabowo menyebut ramalan Indonesia akan bubar pada 2030.
"Pak Prabowo itu bicara apa adanya, dan bicara apa adanya itu kadang-kadang menyakitkan. Mungkin itu yang dianggap menakutkan, bagi kekuasaan yang gagal iya. Tapi bagi rakyat itu yang dirasa, merasa terwakili dengan apa yang disampaikan Prabowo," kata Fadli.Tetapi, menurut Qodari, pernyataan Prabowo justru terkesan sedang menyebarkan ketakutan dan pesimisme. Topik-topik yang diangkat Prabowo juga menjadi senjata kampanye Trump pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016.
"Kalau kita lihat di Amerika ternyata pesimisme dan ketakutan itu dibeli oleh rakyat Amerika sehingga mereka memilih Donald Trump. Kalau kemudian ketakutan dan pesimisme ini dikembangkan dan mempengaruhi mayoritas rakyat Indonesia, maka kecenderungannya [mayoritas pemilih] akan memilih Pak Prabowo dan bukan Pak Jokowi," kata Qodari di Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto