tirto.id - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis 14 nama yang berpotensi menjadi calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang. Nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang juga maju di Pilpres 2014 dan 2019 masih terdaftar di sana.
Mantan Danjen Kopassus itu bersaing dengan sejumlah tokoh lain, seperti Kapolri Jenderal Tito Karnavian, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, Kepala BIN Budi Gunawan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hingga Sandiaga Salahuddin Uno.
Selain itu, terdapat juga nama kepala daerah yang disebut potensial sebagai capres pada Pilpres 2024, antara lain: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Prabowo, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Sementara yang berasal dari petinggi parpol, di antaranya: Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, dan politikus PDIP yang juga Menteri Koordinator Bidang PMK Puan Maharani.
LSI Denny JA memasukkan nama Prabowo karena beberapa kriteria. Pertama, tingkat pemilihnya diperkirakan mencapai lebih dari 25 persen di seluruh Indonesia. Kedua, dia mempunyai kendaraan politik karena menjabat sebagai pimpinan tertinggi di Gerindra. Ketiga, dia memang mempunyai potensi.
"Nama-nama ini memang masih punya potensi," kata peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar di kantornya, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (2/7/2019).
Dalam survei itu, nama Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden terpilih tidak dimasukkan. Alasannya, Ma'ruf memiliki kendala usia. Prabowo yang saat ini masih berusia 68 tahun, akan berusia 73 tahun pada 2024 mendatang. Ini berarti, ia masih bisa kembali nyapres andai memaksa maju.
Namun, Rully tidak yakin Prabowo akan menang mudah meski memiliki partai politik dan basis pemilih. Apalagi, dengan kekalahan di Pilpres 2019, Prabowo sudah mendera pahitnya kekalahan di pilpres sebanyak empat kali.
Pertama adalah saat dia digeser Wiranto dalam konvensi Partai Golkar untuk pencapresan. Kedua, saat bersanding dengan Megawati Soekarnoputri di Pilpres 2009. Ketiga, saat Pilpres 2014 melawan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Saat itu, Prabowo berpasangan dengan Hatta Radjasa dan keok.
"Secara kontestasi dan kajian amatan kami, seharusnya sudah tidak layak lagi untuk maju," kata Rully.
Sebab, kata Rully, "belum tentu juga [di pilpres] 2024 terulang lagi enggak angka itu? Karena kita belum tahu kontestasinya seperti apa. Karena, kan, tak ada petahana."
Sulit Bersaing dengan Kader Muda
Selain Prabowo, kebanyakan calon yang diprediksi LSI Denny JA adalah kepala daerah yang terbilang muda. Nama Sandiaga Uno juga mencuat. Karena itu, kata Rully, seharusnya Prabowo mencari kader muda sebagai pengganti dirinya untuk maju di Pilpres 2024.
"Pak Prabowo seharusnya sudah bisa meregenarasi politik dirinya menuju salah satu orang yang bisa maju ke the next capres, tapi apakah itu akan memiliki chance [kesempatan] yang sama kayak Prabowo, itu yang harusnya dibentuk sejak dini," kata Rully menambahkan.
Rully memprediksi, jika Sandiaga tak dirangkul Prabowo, dia bisa saja berpindah ke PAN. Jika Sandiaga ke PAN, kata Rully, dia akan menjadi lawan kuat buat Prabowo, bahkan bisa saja lebih unggul.
Soal potensi Sandiaga ini juga diakui Direktur Riset Charta Politika, Muslimin. Ia menyebut, Sandi sebagai sosok yang paling potensial untuk 2024.
"Pengaruh Sandi pada pemilu kemarin tidak bisa dinafikan, bahkan untuk kalangan tertentu justru Sandiaga lah yang mendongkrak suara," kata Muslimin kepada reporter Tirto, Rabu (3/7/2019).
Karena itu, Muslimin memandang sebaiknya Prabowo mundur dan memberikan tiket capres kepada kader muda yang lain. Dan Sandiaga merupakan calon kuat untuk itu. Bagi Muslimin, era Prabowo telah usai.
"Sebaiknya Prabowo memang memberikan kesempatan ke yang muda-muda. Apalagi proyeksi kepemimpinan ke depan yang akan bermunculan adalah kader-kader muda dan kepala-kepala daerah yang berprestasi," kata dia.
"Saya menilai momentum Prabowo sudah lewat. Kalaupun memaksakan diri untuk maju kembali di 2024, tetap akan sulit untuk menang," kata Muslimin.
Sebaliknya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menganggap Prabowo sudah mempunyai basis pemilih yang kuat. Namun, dia tidak mau berspekulasi soal langkah Prabowo di Pilpres 2024 karena masih terlalu jauh.
"Itu nanti tergantung Pak Prabowo. Masih terlalu jauh. Fokus kami sekarang masih yang lain," kata Ferry saat dikonfirmasi reporter Tirto.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Abdul Aziz