tirto.id - Epidemiolog dari Griffth University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan tetap adanya potensi peningkatan kasus Covid-19 pascamudik 2022.
Karena menurut dia, Indonesia masih memiliki populasi rawan atau kelompok yang belum memiliki imunitas cukup terhadap virus menular tersebut.
“Dan jumlahnya itu kurang lebih 20 persen baik itu belum divaksin, atau memang belum bisa divaksin, enggan divaksin. Termasuk juga yang mengalami penurunan efektivitas dari imunitas baik setelah terinfeksi maupun setelah divaksinasi,” tutur Dicky dalam keterangan videonya yang dikutip pada Selasa (19/4/2022).
Lanjut dia, dengan jumlah proporsi kurang lebih 20 persen itu bila merujuk populasi Indonesia yang mendekati angka 300 juta, ini sudah sangat signifikan. Bahkan melebihi jumlah penduduk Singapura, Kamboja, Laos, dan beberapa negara kecil di The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) atau Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
“Dan ini tentu juga membawa kerawanan sendiri. Terutama di daerah perifer, daerah yang cakupan vaksinasinya belum memadai,” ucap Dicky.
Panel Ahli World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia tersebut menambahkan, bukan hanya di luar Jawa saja, tetapi sebagian dari Pulau Jawa ini khususnya daerah-daerah yang bukan termasuk wilayah aglomerasi. “Artinya, dengan adanya potensi itu, kita harus melakukan mitigasi,” kata Dicky.
Dia menyebut Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk memproteksi potensi peningkatan kasus Covid-19 pascamudik 2022, sebelum sampai ke kelompok rawan. Antara lain dari sisi percepatan atau akselarasi vaksinasi serta diuntungkan karena usia muda mendominasi jumlah penduduk negeri ini.
“Nah oleh karena itu, perlu sekali mitigasi,” ujar Dicky.
Bukan hanya bicara masalah mudik atau masalah arus balik, lebih lanjut dia, tetapi sebelum Indonesia mencapai setidaknya 90 persen dari total penduduk telah terproteksi dengan minimal dua dosis vaksin Covid-19. Bahkan setidaknya lebih dari 50 persen terproteksi dengan tiga dosis vaksin Covid-19. “Maka upaya mitigasi menjadi sangat penting,” tutur Dicky.
Dia menyebut karena Indonesia saat ini sudah menginjak masa tahun ketiga dari pandemi virus corona, alhasil kelompok rawan itu mengerucut pada kelompok yang makin rawan. Yaitu lanjut usia (lansia), komorbid yang belum bisa atau belum mau divaksinasi, serta anak-anak di bawah 5 tahun.
“Mereka itulah yang ketika terpapar, ketika kita abai melakukan mitigasi, mereka akan bisa berkontribusi pada beban di faskes [fasilitas kesehatan] maupun dalam bentuk fatalitas,” beber Dicky.
Kemudian dia mengatakan bahwa dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar ini, ledakan sekecil apapun itu bisa berdampak signifikan dari sisi besarnya penduduk. Oleh karena itu, mitigasi dari mulai yang saat ini dilakukan menjadi sangat penting, seperti memastikan orang yang mudik memiliki proteksi dan resiko kecil untuk membawa atau memaparkan virus corona.
“Termasuk di daerah, dengan cara memastikan juga ketika penduduknya datang sebelum menjalani arus balik, beri proteksi tambahan dengan booster [dosis lanjutan vaksin Covid-19] ataupun dosis kedua ketika dia belum mendapatkan,” sambung Dicky.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri