tirto.id - Bagi beberapa keluarga, sunat atau khitan merupakan ritual agama yang harus dilakukan untuk anak laki-laki. Dalam dunia medis prosedur ini merupakan hal yang umum dilakukan, meskipun tidak wajib. Faktor agama, budaya, dan sosial lebih berperan dalam keputusan melakukan sunat. Terlebih, banyak orang yang percaya sunat perlu dilakukan sebagai alasan kesehatan dan kebersihan.
Di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam umumnya melakukan sunat pada anak laki-laki pada usia dini. Namun, tak jarang juga orang tua yang memutuskan untuk melakukan prosedur ini ketika usia anak masih sangat dini. Sunat pada bayi bukan tidak mungkin dilakukan, hanya saja diperlukan rekomendasi dari dokter.
Para ahli berpendapat, bayi yang baru lahir, diperbolehkan melakukan sunat. Namun, usia yang paling umum untuk sunat neonatal adalah 10 hari setelah bayi lahir. Pada bayi yang lahir prematur, memiliki penyakit saat lahir, atau memiliki masalah dalam pembekuan darah, tentu tidak disarankan untuk melakukan prosedur ini, karena meningkatkan risiko terjadinya pendarahan serius. Bayi akan direkomendasikan untuk melakukan sunat setelah kondisinya kesehatannya cukup stabil.
Risiko dan Efek Samping Sunat Neonatal
American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan, manfaat medis sunat pada bayi lebih besar dibanding risiko yang dihasilkan. Hal ini yang membuat para ahli merekomendasikan sunat neonatal. Bayi yang melakukan prosedur ini memiliki risiko infeksi saluran kemih, yakni kondisi kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak usia dini. Sunat neonatal juga memberikan perlindungan dari kanker penis, meskipun kondisi ini sangat jarang. Selain itu, sunat juga terbukti dapat mengurangi risiko penularan HIV.
Efek samping dari sunat neonatal lebih kepada luka dan rasa sakit setelah prosedur. Dalam hal ini orang tua harus memperhatikan si kecil agar luka bekas prosedur tidak menjadi infeksi. Dilansir Healthy Children, dalam sunat neonatal, bayi mungkin mengalami pendarahan dan pembengkakan meskipun kasus semacam ini jarang.
Proses Sunat
Dilansir Healthline, proses sunat biasanya akan memakan waktu sekitar 10 hingga 20 menit. Prosedur ini dilakukan dengan pengangkatan kulit yang menutupi ujung penis. Setelah itu, penis akan ditutup dengan salep, seperti antibiotik topikal, atau petroleum jelly, lalu dibungkus longgar dengan kain kasa. Selama prosesnya, bayi akan diberikan anestesi lokal atau jenis anestesi lain yang direkomendasikan oleh dokter.
Proses Penyembuhan
Biasanya membutuhkan tujuh hingga sepuluh hari untuk menyembuhkan luka sunat. Ujung penis cenderung sakit pada awalnya dan mungkin terlihat merah, bengkak, atau memar. Dilansir dari Mayo Clinic, setelah prosedur bayi mungkin mengeluarkan sejumlah kecil cairan kuning di ujung penis, namun hal tersebut merupakan hal yang normal.
Bayi biasanya akan rewel ketika efek anestesi habis. Hal yang perlu dilakukan orang tua adalah memeluknya dengan lembut dan berhati-hati agar tidak menekan penis. Perawatan yang tidak boleh terlewatkan yakni mengganti perban setiap penggantian popok dan mengoleskan petroleum gel di bagian ujung penis.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dipna Videlia Putsanra