tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat energi fosil masih menjadi penyumbang utama pembangkit listrik di Indonesia. Sumbangan energi fosil dari seluruh pembangkit listrik Indonesia mencapai 60.485 MW setara 85,31 persen dari total kapasitas terpasang nasional.
Di posisi pertama ada batu bara yang menjadi sumber listrik utama di Indonesia. Jumlah kapasitas pembangkit listrik terpasang dari PLTU misalnya mencapai 35.216 MW setara 49,67 persen dari total kapasitas nasional 70.900 MW.
“Kita tidak atau belum bisa keluar dari ketergantungan baru bara. Batu bara hingga Mei 2020 masih mendominasi stok pembangkit,” ucap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM Rida Mulyana dalam konferensi pers virtual, Kamis (31/7/2020).
Setelah PLTU, porsi terbesar pembangkit yang menyumbang listrik Indonesia adalah berbasis bahan bakar gas. PLTG per Mei 2020 menyumbang 20.488 MW setara 28,90 persen dari kapasitas terpasang nasional. Selanjutnya ada PTLD yang berbasis BBM dengan 4.781 MW setara 6,74 persen dari kapasitas terpasang.
Selebihnya kelompok Energi Baru Terbarukan (EBT) baru mencapai 10.426 setara 14,71 persen dari total kapasitas terpasang. Lebih rinci, penyumbang EBT adalah pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebanyak 2.131 MW, lalu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 6.095 MW, dan sisa 2.200 MW gabungan dari berbagai EBT.
Indonesia Corruption Watch (ICW) sempat melakukan penelusuran terhadap individu di balik PLTU. Hasilnya sejumlah elite kaya atau oligarki berada di balik pembangkit listrik fosil di samping fakta bahwa PLTU memiliki dampak negatif pada lingkungan seperti kesehatan dan kerusakan lingkungan akibat pertambangan batu bara.
ICW mencatat kehadiran PLTU ini tidak bisa dipisahkan dari industri batu bara. Pasalnya penggunaan terbesar batu bara saat ini adalah untuk PLTU yang notabene masih mendominasi jumlah pembangkit.
ICW telah menelusuri 20 proyek PLTU dari seluruh Indonesia. Hasilnya 10 orang terkaya se-Indonesia berada di balik proyek pembangkit listrik. 12 orang di balik pembangkit juga terafiliasi dengan perusahaan di negara surga pajak. Lalu 3 orang pejabat publik aktif yang terafiliasi dengan proyek PLTU.
Dari sejumlah proyek PLTU, ICW juga mencatat kehadirannya tak lepas dari praktik-praktik korupsi. Sedikitnya dua kasus korupsi yang berkaitan dengan PLTU telah ditangani aparat penegak hukum.
“PLTU telah menjadi bancakan oleh banyak pihak. Hasil penelusuran ICW menunjukkan bahwa di balik proyek pembangkit listrik, terdapat orang-orang dengan kekayaan luar biasa,” ucap Peneliti ICW Egi Primayogha, Senin (13/7/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz