Menuju konten utama

Ekonom INDEF Ragukan Rupiah Kembali Menguat Hingga 2019

Kondisi ekspor yang belum mampu tumbuh optimal juga berkontribusi terhadap pertumbuhan rupiah saat ini.

Ekonom INDEF Ragukan Rupiah Kembali Menguat Hingga 2019
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, meragukan kemampuan rupiah untuk kembali menguat terhadap dolar AS. Pasalnya, dalam sepekan ini, nilai tukar rupiah diprediksi bakal bergerak pada kisaran 14.650 hingga 14.800 per dolar Amerika.

"Pelebaran defisit CAD membuat permintaan dolar sampai akhir tahun terus meningkat, khususnya untuk membiayai impor migas," ujar Bhima saat dihubungi Tirto, Senin (12/11/2018).

Kondisi ekspor yang belum mampu tumbuh optimal juga berkontribusi terhadap pertumbuhan rupiah saat ini. Karena itulah, defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun nanti diperkirakan akan berada di kisaran 2,9 hingga 3,0 persen.

"Akhir tahun kan orang pada jalan-jalan. itu penggunaan BBM kita bisa naik loh. Jadi dari situ. Wisatawan kan diharapkan bisa masuk karena devisa, tapi karena banyak bencana ya enggak terlalu tinggi," imbuhnya.

Memasuki tahun politik 2019, minat investor cenderung menurun karena lemahnya kepastian hukum. Menurut Bhima, investor kini memproyeksi laporan data neraca perdagangan Oktober 2018 yang kemungkinan bakal kembali mengalami defisit hingga 700 juta dolar AS.

Hal ini menyebabkan pelaku pasar masih menahan untuk berinvestasi. Investor asing pun cenderung memilih opsi aman dengan membeli dolar Amerika.

Nilai tukar rupiah tercatat berada di posisi Rp14.741 per dolar AS pada Senin (12/11/2018) pagi. Rupiah menunjukkan pelemahan mengingat posisinya pada penutupan Jumat (9/11/2018) lalu berada di Rp14.677 per dolar AS.

Mengacu pada pergerakannya sampai dengan saat ini, mata uang rupiah tercatat melemah hingga 0,41 persen. Sejumlah mata uang negara lain pun ikut mengalami pelemahan. Kendati demikian, tingkat pelemahannya tidak sebesar rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang won melemah 0,18 persen, peso Filipina melemah 0,16 persen, mata uang ringgit melemah 0,14 persen, yen Jepang melemah 0,13 persen, dan mata uang baht melemah 0,05 persen.

Meski menunjukkan pelemahan, namun analis senior dari CSA Research Institute Reza Priyambada memproyeksikan mata uang rupiah pada pekan ini bakal berada di kisaran Rp14.600 hingga Rp14.725 per dolar AS.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto