tirto.id - Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengatakan kemampuan vaksin Inavac dalam menghadapi varian baru COVID-19 akan tergantung pada hasil uji klinis fase ketiga.
“Semua tergantung hasil uji klinis,” kata dia kepada Tirto, Senin (29/8/2022).
Pandu menjelaskan, jika vaksin Inavac lolos uji klinis fase ketiga dan mendapatkan emergency use authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), maka perlu diuji kembali apakah bermanfaat atau tidaknya jika digunakan untuk vaksinasi COVID-19 dosis penguat (booster) dan bagi anak usia 3-6 tahun.
“Kalau diizinkan, harus diuji kembali apakah bermanfaat untuk booster dan sebagainya. Kecuali prosedur saintifik ditinggalkan karena kepentingan lain,” tutur dia.
Maka dari itu, Pandu belum bisa memprediksi apakah vaksin Inavac dapat menghadapi varian baru COVID-19 atau tidak. Hal ini dikarenakan efektivitas atau tingkat kemanjuran belum teruji.
“Saya tidak klaim efektif, uji klinis fase ketiga yang mengukur efektivitas vaksin kan belum selesai. Efektivitas dengan varian yang sekarang ada saja belum bisa dibuktikan,” pungkas dia.
Sebelumnya, mengutip kantor berita ANTARA pada Minggu, 28 Agustus 2022, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) sudah memberikan nama pada dua produk vaksin dalam negeri, yaitu vaksin Inavac dan Indovac. Kedua vaksin tersebut telah memasuki uji klinis fase ketiga.
“Saya ikut bangga untuk Indonesia. Vaksin pertama Indovac untuk vaksin BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan kedua adala vaksin Merah Putih dengan platform inactived virus, namanya Inovac dan sudah disetujui presiden juga,” ujar Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito dalam agenda Lokakarya Pengembangan Obat Dalam Negeri di Hotel Ayana MidPlaza Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Dia menerangkan bahwa vaksin Indovac berplatform protein rekombinan sub-unit, yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bersama PT Bio Farma dan Baylor College of Medicine.
Sementara, vaksin Inavac berplatform inactived virus, yang dikembangkan oleh Tim Peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) dan bekerja sama dengan penyedia fasilitas produksi PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
Penny pun menargetkan vaksin Indovac dan Inovac memperoleh EUA dari BPOM pada bulan September 2022 mendatang.
“Fase dua sudah dilewati dan hasilnya bagus bisa meningkatkan sistem imunitas dan hasilnya tidak kalah dengan vaksin yang sudah dapat EUA dengan teknologi yang sama. Harapannya, September 2022 selesai dan keluar EUA sesuai standar internasional,” kata dia.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri