Menuju konten utama
Periksa Data

Kok Bisa Penyakit Hepatitis A Merebak di Indonesia?

Bulan Juli 2019 dibuka dengan kejadian luar biasa wabah hepatitis A di Pacitan, Jawa Timur.

Kok Bisa Penyakit Hepatitis A Merebak di Indonesia?
Infografik Periksa data Hepatitis. tirto.id/Quita

tirto.id - Pada 1 Juli lalu, menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur, hampir seribu warga Pacitan mengidap hepatitis A. Penyebaran penyakit tersebut tergolong sangat cepat, karena kejadiannya baru pertama kali diketahui pada 28 Mei. Pemerintah juga menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto menghimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir akan kasus penyakit hepatitis A yang terjadi di Kabupaten Pacitan yang ditetapkan menjadi KLB.

Sebagai catatan, penyakit Hepatitis terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A dan E sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal-oral (feses ke mulut), biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), bersifat akut—timbul secara mendadak dan cepat memburuk. Namun, penyakit ini juga dapat sembuh dengan baik.

Sementara itu, hepatitis B, C, dan D jarang ditularkan secara parenteral atau melalui darah, dapat menjadi kronis (menahun), dan bisa menimbulkan sirosis (penyakit hati) dan lalu kanker hati.

Lantas, bagaimanakah situasi persebaran hepatitis di Indonesia?

Berapa Banyak Kasusnya?

Berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2013, jumlah orang yang didiagnosis hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala yang ada mengalami peningkatan dua kali lipat yaitu 0,6 persen pada 2007 menjadi 1,2 di tahun 2013.

Dilihat lebih jauh, peningkatan prevalensi yang cukup besar terjadi di Provinsi NTT dan Papua. Pada 2013, NTT merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit hepatitis tertinggi. Prevalensinya meningkat dari 1,9 persen pada 2007 menjadi 4,3 persen pada 2013.

Infografik Periksa data Hepatitis

Infografik Periksa data Hepatitis. tirto.id/Quita

Di Maluku, pada 2007, prevalensinya hanya 0,4 persen atau masih di bawah prevalensi penderita hepatitis Indonesia. Namun, pada 2013 prevalensinya meningkat menjadi 2,3 persen. Empat provinsi lain dengan prevalensi penyakit hepatitis tertinggi di 2013 yaitu Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Sementara itu, dilihat dari kelompok umurnya, prevalensi penyakit hepatitis pada 2007 paling banyak diderita penduduk kelompok usia di atas 55 tahun, yaitu sebanyak 0,9 persen. Pada 2013, terjadi peningkatan hampir disetiap kelompok usia. Perbedaan peningkatan proporsi kelompok usia 5-14 tahun; 25-34 tahun; 35-44 tahun; dan 45-54 tahun adalah yang tertinggi, yaitu 0,6 persen.

Infografik Periksa data Hepatitis

Infografik Periksa data Hepatitis. tirto.id/Quita

Prevalensi hepatitis di Jawa Timur pada 2007 sebesar 0,3 persen meningkat menjadi 1 persen pada 2013. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Jawa Timur, dan Pacitan khususnya, bukan kali pertama terjadi. Data Pusdatin Kemenkes mencatat ada sebanyak 287 kasus hepatitis A di Jawa Timur, kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Pasuruan dengan 110 kasus. Sementara itu, di Kabupaten Pacitan ada 66 kejadian pada 2013.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa faktor hepatitis A yang menyerang warga Pacitan, Jawa Timur diduga karena tercemarnya air bersih. Selain itu, daerah yang mengalami KLB hepatitis A secara geografis merupakan daerah pegunungan. Di musim kemarau seperti sekarang, daerah tersebut kesulitan akses air bersih.

Infografik Periksa data Hepatitis

Infografik Periksa data Hepatitis. tirto.id/Quita

Data lain dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur juga menunjukkan bahwa hepatitis A termasuk dalam daftar kejadian luar biasa pada 2017 dengan jumlah penderita sebanyak 63 orang.

Kejadian hepatitis yang berulang tentu menjadi masalah tersendiri. Pencegahannya dimulai dari menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri. Meski tidak menimbulkan kematian, kejadian ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah untuk mengupayakan penanggulangan yang tepat sasaran.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Desi Purnamasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Desi Purnamasari
Editor: Maulida Sri Handayani