Menuju konten utama
Denon Prawiraatmadja

"Dulu Mahal, Sekarang Harga Mudik Super Mewah Masuk Akal"

Perusahaan carter pesawat tengah mendorong jasa sewa helikopter bisa 24 jam untuk melayani lalu lintas transportasi kota.

ilustrasi Denon Prawiraatmadja

tirto.id - Mudik dengan pesawat jet dan helikopter menjadi tren bagi kalangan berduit di Indonesia, kira-kira sejak dua tahun terakhir. Tahun lalu, artis Maia Estianty bersama keluarganya mudik dengan jet pribadi ke Surabaya. Juga selebritas macam Syahrini yang memamerkan fotonya menggunakan helikopter saat mudik ke Sukabumi.

Snobisme mereka jadi buah bibir warganet dan menjelaskan bahwa mudik mewah tengah menggeliat sebagai “alternatif eksklusif” untuk menghindari macet. Tahun lalu, misalnya, para pemudik harus mengalami macet horor puluhan jam di jalur tol Brebes alias “Brexit” dan menyebabkan belasan orang meninggal.

Alternatif mewah macam ini tentu saja sebanding ongkos puluhan juta fulus. Buat menikmati jet pribadi, Anda harus punya kocek 4.000 dolar AS hingga 14.000 dolar AS, tergantung jenis pesawat dan kapasitas penumpang. Bila kampung Anda di Bandung, misalnya, Anda bisa mencoba helikopter dengan biaya Rp14 juta untuk enam orang atau Rp2,3 juta per orang.

Buat mengetahui bisnis jasa transportasi serba mewah dan bagaimana antusiasme dari konsumen, reporter Tirto Reja Hidayat mewawancarai Denon Prawiraatmadja, CEO PT Whitesky Aviation dan Ketua Penerbangan Tidak Berjadwal (INACA). Denon mengklaim bahwa peminat sewa helikopter dan jet pribadi terus melonjak. Ia menilai sewa jet pribadi dan helikopter sudah bisa menjadi altenatif untuk mudik, liburan, atau kebutuhan mendadak.

“Kalau dulu, transportasi super mewah seperti jauh di angan-angan. Sekarang harganya masuk akal,” kata Denon, pertengahan Juni lalu.

Bagaimana perkembangan bisnis carter pesawat dan helikopter di Indonesia saat ini?

Di industri airlines ada Air Operator Certificate (AOC) holder 121 dan AOC 135. AOC holder 121 untuk penerbangan yang berjadwal, sedangkan AOC 135 untuk penerbangan tidak berjadwal atau dikenal carter. Untuk penerbangan tidak berjadwal ini ada beberapa line bisnis, yang sebelumnya kontrak dengan korporasi seperti perusahaan tambang di beberapa wilayah Indonesia.

Beberapa perusahaan tambang menggunakan jasa carter ini. Kita ada beberapa jasa termasuk di Kendari. Dulu kita punya base di Balikpapan dan Nabire. Tapi karena harga minyak dan batubara turun, kontrak dari korporasi ini agak lebih slow down.

Dulu lebih banyak carter bisnis . Kalau sekarang lebih banyak dikenal dengan helikopter tansportasi kota atau heli city. Ini market baru. Individual market.

Sejak kapan bisnis sewa pesawat dengan target individu mulai marak?

Untuk helikopter, secara umum, sebenarnya sudah ada sejak 30 tahun lalu, melayani perusahaan pertambangan di wilayah seperti Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Untuk wilayah Papua apalagi. Karena minim infrastruktur sehingga helikopter di sana lebih banyak dibutuhkan. Tapi sekarang heli city transport karena di pusat kota sehingga orang lebih cepat mengenal. Mungkin dua tahun belakangan ini sejak Whitesky membuat organisasi untuk bisa melayani heli city transport.

Pada 2014 saya sudah mulai memikirkan konsep city transport. Tahun 2016 kita mulai melakukan kegiatan marketing, kerjasama untuk membangun infrastruktur heli city transport. Butuh waktu, upaya, investasi, kerja sama dengan pemangku kegiatan maupun Kementerian Perhubungan untuk bisa melakukan layanan jasa city transport.

Walaupun masih banyak challenge dari sisi aturan maupun kemitraan dengan beberapa pemilik helistop (lokasi pendaratan heli), tapi ini bukan pertama di dunia. Ada di Brasil, Kanada, Australia; mereka sudah populer dengan heli city transport.

Di Indonesia, masih ada beberapa regulasi yang harus bersama-sama dengan Kementerian Perhubungan supaya bisnis city transport ini bisa maju, tapi tetap mengedepankan keselamatan dan pelayanan publik. Contohnya, beberapa waktu lalu, jam operasi heli dari 6 pagi sampai 6 sore untuk helikopter.

Dalam mengembangkan usaha ini, PT Whitesky Aviation sedang melakukan diskusi dengan pihak Kemenhub dan Airnav Indonesia untuk menyusun jalur udara kota dilalui helikopter dengan waktu 24 jam. Kenapa perlu membuat koridor ini? Karena sebelumnya tidak ada. Koridor-koridor ini perlu disusun koordinatnya karena transportasi helikopter melalui sisi kota sehingga perlu didesain. Intinya harus diatur layaknya pesawat terbang.

Aturan pengoperasian helikopter itu ada di Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Ini terkait Civil Aviation Safety Regulations (CASR).

Apa alasan yang Anda tawarkan untuk mendukung jasa transportasi helikopter di pusat kota?

Seiring kemajuan teknologi, pabrikan bisa memproduksi helikopter VIP, layak digunakan untuk khalayak luas. Potensinya tergantung dari beberapa faktor. Pertama, dari sisi peraturan oleh Kementerian Perhubungan dan kementerian terkait, misalnya Direktorat Pajak.

Kalau dari sisi banefit sudah pasti. Masyarakat akan sangat dibantu. Contohnya, helikopter ini transportasi luxurious atau kelas mewah. Tapi di beberapa negara maju seperti Brasil, Amerika Serikat, Australia—mereka tidak menamakannya transportasi luxurious.

Mengapa transportasi helikopter ini mewah di Jakarta? Karena kita impor suku cadang dari Amerika Serikat. Dari AS ke Indonesia, butuh logistik cost, cutoms, import tax. Bersyukur pada zaman Jokowi ada kebijakan pemerintah paket 11, pembebasan pajak suku cadang terkait pesawat dan helikopter yang dikomersialkan. Jadi dari sisi perpajakan kita nol, tapi tetap biaya pengiriman ada sehingga biaya produksinya tinggi.

Kemudian, kalau satu helikopter hanya boleh digunakan dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore, jadi biaya perjamnya jauh lebih mahal karena jualannya hanya 12 jam. Tapi kalau boleh dijual 24 jam, biayanya ditanggung oleh operasional sehingga lebih murah.

Bisnis ini di bawah langsung Kemenhub. Ada heliport di Cengkareng; ini sejarah untuk industri helikopter, mungkin di Asia Tenggara baru ada heliport besar berdampingan dengan bandara besar Cengkareng. Ini disebut konektivitas transportasi dengan airlines di Cengkareng-helikopter ke tengah kota. Bagi saya, itu satu wujud konkret Kemenhub mendukung berkembangnya industri transportasi.

Selain itu, daya beli masyarakat. Sekarang ini harga helikopter relatif mahal, kemudian biaya logistik juga mahal, daya beli masyarakat masih rendah. Tapi perlu diketahui fungsi helikopter ini bukan sekadar taksi. Kalau taksi bisa digunakan tiap hari. Kalau helikopter, kelihatannya terlalu mahal kalau dipakai tiap hari, tapi jangan dilupakan ada satu kegiatan mobilisasi yang sifatnya tidak selalu digunakan. Misalnya situasi emergency, orang sakit harus di bawah ke rumah sakit. Saya pikir harga Rp3 juta per penumpang atau Rp8 juta atau Rp12 juta per trip menjadi tidak mahal. Satu, karena mampu; kedua, karena dibutuhkan kecepatan untuk menjangkau lokasi rumah sakit.

Kemarin bersama Kemenhub, beliau menyambut baik sehingga secara khusus Bandara Cengkareng pada Agustus 2017 punya moda transportasi yang mendukung seluruh kegiatan di ibu kota. Bisa dibayangkan, dua hari menjelang Lebaran, Jakarta macet, tiba-tiba ada orang sakit yang harus diberangkatkan tapi enggak ada transportasinya. Dengan jumlah penduduk Jakarta yang lebih dari 10 juta ini, bisa ada 3-4 orang yang harus dibawa secara khusus. Kalau tidak, lewat nyawanya.

Saya pikir, secara publik, service kita melayani ini juga. Jadi bukan sekadar dari sisi kemewahan.

Saya pikir, untuk layanan jasa transportasi Jakarta-Bandung, Rp2 juta per penumpang dan berempat Rp8 juta cukup mendukung. Apalagi kegiatannya bukan untuk tiap hari.

Harga Rp2 juta cukup terjangkau dan bukan di luar jangkauan masyarakat. Memang, tidak diharapkan moda transportasi ini pergi pagi pulang sore. Tapi ada kebutuhan untuk orang sakit. Dengan begitu, harapan kami, potensi bisnis ini bisa dikembangkan lebih luas.

Hal lain yang bisa mendukung berkembangnya industri ini adalah infrastruktur. Kita ada 171 titik di Jakarta untuk tempat pendaratan dan lepas landas, dan 23 titik di Bandung. Ke depan, kita akan bekerjasama untuk membangun helistop lagi, sekitar 23 lagi.

Menjelang Lebaran, apakah banyak peminat menyewa pesawat pribadi?

Sebetulnya Heli City ini launching-nya bulan Oktober dengan tipe heli empat penumpang khusus city transport. Sekarang ini baru promo. Untuk spesial mudik, kita berikan kisaran harga Rp14 juta untuk enam penumpang dengan tujuan Jakarta-Bandung. Sedangkan untuk per penumpangnya, kita kenakan biaya sekitar Rp2,3 juta.

Saya pikir, cukup ramai antusias masyarakat. Tahun lalu, kita bisa support 30 penerbangan dari 600 penelpon. Jadi karena itu tadi: waktu yang bersamaan, ketersediaan armada, ketersediaan jam terbang. Sekarang kita didukung dua helikopter lagi karena tahun lalu hanya ada empat unit helikopter. Totalnya kini enam unit helikopter.

Soal peminat mudik mewah tahun lalu dan tahun ini seperti apa?

Tahun ini sudah lebih banyak masyarakat yang tahu. Saya boleh bilang, untuk hari biasa saja, enggak ada acara khusus seperti lebaran ini, ada sekitar 20 penerbangan dalam sebulan. Misalnya dari Bintaro ke Bogor, Bogor ke Pantai Indah Kapuk. Untuk mudik tahun ini, saya belum cek, tapi tahun lalu 30 penerbangan dalam 10 hari, lumayan ramai.

Bisnis ini menyasar konsumen seperti apa?

Begitu harga promo kita terbitkan sekitar Rp14 juta, konsumennya lebih luas. Tapi lebih banyak konsumennya dari keluarga. Mungkin sekarang ini level kehidupan sosial orang Indonesia mulai naik. Pada zaman Presiden Jokowi, upah minimum regional dinaikkan sehingga orang yang berpengalaman di bidangnya diberi upah profesional, bukan sekadar UMR. Jadi, saya pikir seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita, makin banyak masyarakat masuk kelas menengah.

Dari situ saya lihat, dari sisi helikopter, biaya produksi kita turunkan sehingga punya pasar. Kita sebagai heli city provider paham bahwa ekspektasi bisnis helikopter ini tidak akan begitu besar profitnya seperti bisnis mining, tapi kita lebih mengedepankan pelayanan dulu.

Harapan tahun berikutnya, begitu heli transport ini dikenal masyarakat, baru kita bisa mendapatkan profit yang cukup. Ini adalah bisnis. Sebagai pioner, kita harus banyak promosi dan kasih banyak keuntungan bagi konsumen. Enggak langsung dapat profit besar.

Apa banyak konsumen dari kalangan artis dan pejabat?

Artis, iya. Tapi kalangan pejabat, jarang. Kalau pejabat, karena pemantauan kegiatan pejabat lebih tajam dan lebih hati-hati daripada 5-10 tahun lalu. Justru sekarang anak-anak muda, pengusaha muda, profesional muda. Untuk kebutuhan mendadak dan kebutuhan kota. Kalau dulu, transportasi super mewah seperti jauh di angan-angan, sekarang harganya masuk akal.

Siapa saja artis yang pernah menyarter jasa penerbangan di perusahaan Anda?

Tahun lalu, Syahrini sering pakai, Deddy Corbuzier. Mereka salah satu konsumen kita.

Anda tadi mengatakan, penumpang bisa naik helikopter dari rumah, bisa dijelaskan?

Iya, bisa penjemputan di dekat rumah. Misalnya, rumah Anda di Depok, nanti dikasih tahu lokasi rumahnya di mana, nanti kita cek lokasi titik pendaratannya. Ketemu dekat UI, kita ada landing pad dan limo kita menjemput penumpang. Nanti ketemu di situ dan langsung berangkat. Di Bandung mau turun di Cemulit, Dago, Ladong, kita ada.

Baca juga artikel terkait MUDIK atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Mild report
Reporter: Reja Hidayat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Fahri Salam