tirto.id - Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, mengutuk keras serangan Israel terhadap Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Palestina. Akibat serangan itu, 12 staf medis RS Indonesia meninggal dunia.
“Israel telah melanggar konvensi yang menyebut orang sakit dan terluka serta staf medis, rumah sakit, dan fasilitas medis dilindungi saat perang. Israel jelas lakukan kejahatan perang di Gaza,” kata Meutya dalam keterangan tertulis, Selasa (21/11/2023).
Politikus Golkar itu meminta Israel menghentikan aksi mereka terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Meutya mengatakan Indonesia telah berupaya melalui Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan PBB, Sidang Darurat OKI, KTT APEC, hingga pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam rangka meminta dukungan gencatan senjata di Gaza.
Namun, kata dia, Israel bergeming dan terus melakukan serangan secara membabi-buta terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Menurut Meutya, ada cara lain yang bisa dilakukan internasional dalam menekan Israel, yakni Penghentian Sistem Apartheid di Afrika Selatan pada 1990-an. Selain itu, perlu ada tekanan dari dunia internasional, seperti melarang kapal Afrika Selatan berlabuh, membekukan perdagangan, dan sebagainya.
"Indonesia bisa menjadi pencetus dan membawanya ke dunia internasional. Bila gerakan internasional menekan Israel semakin meluas, bisa terjadi game changer yang hasilnya bisa sangat positif bagi masyarakat Palestina baik di Gaza maupun di Tepi Barat," tutur Meutya.
MER-C Indonesia melaporkan terjadi penyerangan di lantai sebelah utara gedung Rumah Sakit Indonesia di Gaza pada Senin (20/11/2023). Israel Defense Force (IDF) mengepung rumah sakit tersebut.
Head of Presidium MER-C, Sarbini Abdul Murad, mengatakan IDF melakukan serangan darat dan serangan udara secara bersamaan. Tenaga kesehatan yang berada di Rumah Sakit Indonesia tidak bisa bergerak mengevakuasi pasien karena ditembaki secara langsung.
"Setiap ada pergerakan orang, baik keluar atau masuk ditembak langsung atau disekitarnya," ujar Sarbini dalam pernyataan tertulisnya.
Sarbini meminta Israel untuk tidak lagi menargetkan rumah sakit. "Kami meminta Israel untuk tidak mengubah rumah sakit sebagai zona perang," kata dia.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Gilang Ramadhan