Menuju konten utama

Donald Trump Tuding Korea Utara sebagai Negara Pendukung Terorisme

"Hari ini Amerika Serikat menunjuk Korea Utara sebagai negara sponsor terorisme. Seharusnya terjadi sejak lama, seharusnya terjadi bertahun-tahun yang lalu," kata Trump

Donald Trump Tuding Korea Utara sebagai Negara Pendukung Terorisme
Presiden Amerika Donald Trump . ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

tirto.id - Donald Trump menyatakan bahwa Korea Utara merupakan negara pendukung terorisme pada Senin (20/11/2017) waktu setempat.

Hal ini ditegaskan oleh Presiden Amerika Serikat tersebut, bahkan meski menteri luar negerinya mengatakan Washington masih punya harapan pada perundingan untuk mengakhiri program nuklir dengan rezim Kim Jong-un yang menemui jalan buntu.

"Hari ini Amerika Serikat menunjuk Korea Utara sebagai negara sponsor terorisme. Seharusnya terjadi sejak lama, seharusnya terjadi bertahun-tahun yang lalu," kata Trump, mengutip kematian mahasiswa Amerika Serikat yang sebelumnya dipenjara di Korea Utara dan pembunuhan kakak tiri Kim di negara asing sebagai alasan tindakan itu dilansir CNN.

Februari lalu, kakak tiri Kim Jong-un, Kim Jong-nam, tewas setelah dipapar racun syaraf di bandara Kuala Lumpur dalam pembunuhan yang dituduhkan kepada Pyongyang.

Donald Trump juga menjanjikan peningkatan sanksi segera terhadap Pyongyang setelah memasukkan Korea Utara ke dalam daftar hitam negara pendukung terorisme yang sebelumnya dipimpin oleh Iran dan Suriah.

Meski begitu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan Washington masih berharap sanksi dan diplomasi dapat menekan Kim untuk berunding mengenai perlucutan senjata nuklir Pyongyang, saat berbicara dengan para pewarta setelah pertemuan kabinet.

"Kami masih punya harapan untuk diplomasi," katanya.

Rex Tillerson mengatakan tindakan penghukuman telah berdampak signifikan pada perekonomian Pyongyang meski Cina belum menghentikan pengiriman pasokan minyak ke Korea Utara.

Terkait keputusan Amerika Serikat itu, Pyongyang sendiri belum memberi respon. Trump dan Kim sebelumnya mempunyai konflik mengenai pelarangan program nuklir Korea Utara karena saling menghina dan mengancam dengan respons militer.

Sementara, para pejabat Amerika Serikat menyatakan harapan utama mereka seperti yang digambarkan Tillerson, bahwa tekanan ekonomi dan diplomatik yang didukung Cina akan memaksa Pyongyang mundur.

"Kita tahu bahwa belakangan ada kekurangan pasokan minyak berdasarkan informasi yang kami kumpulkan secara anekdotal dan juga dari sumber-sumber intelijen tertentu," kata Tillerson.

"Kita tahu bahwa bahwa pendapatan mereka turun," katanya. "Jadi saya pikir ini ada efeknya. Bukankah ini alasan kita belum menghadapi aksi provokatif dalam 60 hari?"

Namun Trump mengatakan deklarasinya akan mengawali dua pekan periode pengumuman mulai Selasa dengan sanksi-sanksi "lebih luas" dari Departemen Keuangan Amerika Serikat yang pada akhirnya akan mencapai "tingkat tekanan maksimum." Korea Utara sudah mendapat tekanan dari paket sanksi Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Selain mengancam dunia dengan kehancuran nuklir, Korea Utara berulang kali mendukung aksi terorisme internasional termasuk pembunuhan di wilayah asing," katanya.

Baca juga artikel terkait KONFLIK KOREA atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Politik
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani