tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan memiliki keraguan bilamana dirinya dapat tetap berada dalam jajaran kabinet Presiden Joko Widodo di periode kedua.
Keraguan ini muncul saat ia memberi penjelasan mengenai asumsi dasar anggaran Kementerian ESDM untuk tahun 2020 pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR Ri.
“Saya belum tentu di kabinet,” ucap Jonan mengawali penjelasan asumsi dasar anggaran kementeriannya di Gedung DPR pada Kamis (20/6/2019).
Jonan mengatakan bahwa ia merasa perlu berhati-hati merumuskan anggaran tahun 2020. Sebabnya, ia merasa ada kemungkinan besar bahwa kursi panas di Kementerian ESDM akan diisi oleh orang lain.
Alhasil ia menilai agak kurang pas jika seandainya anggaran ini dikerjakan olehnya, tetapi tidak mempertimbangkan situasi yang akan dihadapi oleh orang yang akan menjabat selanjutnya.
“Ini harus hati-hati mungkin yang akan lanjutkan [Menteri ESDM] orang lain,” ucap Jonan.
Adapun pada tahun 2020 nanti, pagu anggaran Kementerian ESDM naik dua kali lipat menjadi Rp 9,67 triliun. Jumlah ini lebih besar dari pada anggaran 2019 di kisaran Rp 4,99 triliun.
Beberapa asumsi yang diletakkan Kementerian ESDM diantaranya adalah antisipasi nilai Indonesia Crude Price (ICP) yang ditetapkan berada di kisaran 60-70 dolar per barel. Pertimbangannya adalah harga minyak dunia yang bergantung pada kondusivitas situasi Timur Tengah.
“Kadang-kadang ada tokoh internasional kirim Twitter berubah lagi harganya. Ini ada beban geopolitik di Timteng,” ucap Jonan.
Sementara itu, lifting migas diusulkan berada di kisaran 695-840 barel setara minyak per hari dengan titik tengah di angka 734.
Di samping itu, Kementerian ESDM juga mengajukan kenaikan volume BBM Solar bersubsidi menjadi 15,54 juta kilo liter pada 2020. Jumlah ini menunjukkan adanya kenaikan dari volume subsidi BBM di tahun 2019 yang hanya berkisar 14,5 juta kilo liter.
Lalu bagi subsidi listrik Subsidi di angka Rp 58,32 triliun turun dari tahun 2019 di angka Rp 59,32 triliun. Bagi subsidi LPG diajukan tetap berada volume yang sama yaitu 6.978 juta Mton.
“Kami usulkan sama seperti 2020 volume subsidi LPG," ucap Jonan.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri