Menuju konten utama

Diskusi Mike Tyson dan Susi Pudjiastuti di Mola TV Tayang 2 Oktober

Edisi perdana Mola Living Live menghadirkan Mike Tyson. Acara yang bakal dipandu Susi Pudjiastuti itu akan tayang di Mola TV pada Jumat (2/10/2020).

Diskusi Mike Tyson dan Susi Pudjiastuti di Mola TV Tayang 2 Oktober
Mike Tyson dan Evander Holyfield bertukar pukulan selama pertandingan kelas berat WBA mereka Sabtu, 28 Juni 1997, di MGM Grand di Las Vegas. (Foto AP / Lenny Ignelzi)

tirto.id - Masyarakat Indonesia akan berkesempatan mengikuti diskusi sekaligus tanya-jawab bareng legenda tinju berjuluk Si Leher Beton, Mike Tyson, dalam edisi perdana Mola Living Live yang akan tayang di Mola TV pada Jumat malam, 2 Oktober 2020.

Acara diskusi bareng Tyson di Mola TV tersebut bakal dipandu oleh mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti. Mola TV akan menayangkan acara ini pada Jumat malam, mulai pukul 22.00 WIB.

"Acara perdana Mola Living Live bertajuk "Life Lessons From The Champ" menghadirkan legenda tinju dunia, Mike Tyson yang dipandu Susi Pudjiastuti. Selain itu, kamu juga punya kesempatan berdiskusi dan tanya jawab langsung melalui fitur interaktif yang akan disediakan selama berjalannya acara," demikian pengumuman di akun instagram Mola TV.

Mola Living Live adalah program baru Mola TV dengan kemasan diskusi disertai tanya-jawab langsung bersama para tokoh level dunia. Dalam acara yang tayang secara eksklusif di Mola TV di setiap bulan ini, bintang tamu seperti Mike Tyson akan berbagi pengalaman dan pendapat dengan masyarakat di tanah air.

Perwakilan Mola TV, Mirwan Suwarso mengatakan Mola Living Live dihadirkan dengan pertimbangan bahwa masyarakat Indonesia memerlukan cara pandang baru dalam menyikapi situasi serba tak pasti selama pandemi Covid-19. Mola TV, kata dia, menyajikan program tersebut sebagai bentuk hiburan yang dapat memperluas wawasan dan memberikan inspirasi.

"Di era globalisasi, teknologi sudah membuat dunia 'semakin kecil', dan lewat acara Mola Living Live kami bertekad untuk menghadirkan tokoh-tokoh dunia untuk secara langsung berdiskusi dengan warga Indonesia," ujar dia dalam siaran pers Mola TV yang diterima Tirto.

Mola TV menghadirkan Mike Tyson di episode perdana Mola Living Live dengan pertimbangan bahwa sosok petinju yang pernah begitu ditakuti lawan di atas ring tersebut telah menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan ujian. Dalam teaser edisi perdana Mola Living Live, Tyson mengatakan akan berbagi cerita mengenai bagaimana ia menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya.

"Saya akan berusaha menjawab pertanyaan kalian. Semoga pelajaran hidup yang saya peroleh juga bisa membantumu," kata Tyson.

Riwayat Singkat Perjalanan Hidup Mike Tyson

Mike Tyson mulai menarik perhatian media massa setelah menjalani 27 pertandingan tinju profesional dengan 25 di antaranya menang KO, mayoritas di ronde pertama. Pada November 1986, namanya melejit sebagai juara tinju kelas berat dunia termuda, yakni 20 tahun. Tyson merebut gelar itu setelah merobohkan Trevor Berbick dalam laga untuk perebutan gelar tinju dunia versi WBC yang membuat namanya melegenda.

Dalam pertandingan itu, Tyson menjadi favorit banyak orang. Mayoritas dari 8.500 penonton di Las Vegas in Paradise, termasuk legenda tinju dunia Muhammad Ali, mendukung Tyson untuk menang.

Momen yang ditunggu lalu datang saat hook kiri Tyson yang amat bertenaga menghantam rahang Berbick. Pukulan itu membuat Berbick, yang berstatus sebagai juara bertahan, ambruk tiga kali dalam waktu berdekatan.

"Berbick meronta di atas kanvas seperti ikan yang baru keluar dari dalam air. Tyson benar-benar menghancurkan keseimbangannya," tulis William F. McNeil dalam buku The Rise of Mike Tyson, Heavyweight (2014).

Belasan tahun sebelum pertandingan itu terjadi, Tyson hanya salah satu di antara banyak anak kulit hitam di AS yang tidak beruntung. Lahir di kawasan pabrik KIIC Bronx, New York City, pada 30 Juni 1966, Tyson tumbuh jadi anak yang bengal. Beberapa kali ia dijebloskan ke penjara anak-anak dan dikeluarkan dari sekolah.

Beruntung, seorang pelatih tinju dengan insting tajam, Cus D'Amato melihat bakat sosok bernama asli Michael Gerard Tyson tersebut. Sentuhan tangan dingin Cus D'Amato membuat Tyson tumbuh menjadi petinju dengan pukulan yang kerap mengakhiri pertandingan dalam waktu singkat.

Dalam buku otobiografinya, Undisputed Truth (2013), Tyson bercerita bahwa ibunya seorang pecandu alkohol yang kerap menitipkannya dari rumah ke rumah di salah satu lingkungan paling suram di Brooklyn, Brownsville. Karena hidup tanpa perhatian orang tua itu, Tyson sudah malas bersekolah sejak usia 7 tahun.

Setelah itu, Tyson cepat berkembang menjadi bocah yang akrab dengan aksi kriminal, seperti mencopet, mebobol apartemen, hingga menggunakan senjata. Pada usia 12 tahun, Tyson yang masih buta huruf sudah ditangkap polisi sebanyak 38 kali.

Dia juga kerap berkelahi melawan anak-anak perundung berusia lebih tua. Memukul orang bukan suatu yang aneh bagi dia. Kekuatan dan kecepatan pukulan Tyson menarik perhatian D’Amato saat usia si Leher Beton baru 13 tahun.

Bagi Tyson, D’Amato tak sekadar sebagai pelatih tinju, melainkan juga orang yang meredam sikap brutalnya. Tyson pernah bilang, salah satu nasihat D’Amato bagi dirinya adalah: "Jika kamu tidak menghadapi setan dalam dirimu, mereka akan menghantuimu sampai mati." Sayangnya, D’Amato meninggal setahun sebelum Tyson menjadi juara dunia tinju termuda.

Setelah merobohkan Trevor Berbick, karier Tyson terus menanjak. Secara mendadak, ia menjadi atlet yang populer sekaligus kaya raya. Namun, Tyson muda juga memiliki kehidupan kelam. Meski sempat menjadi petinju yang dinilai hampir tidak terkalahkan, beragam masalah pribadi hingga pelanggaran hukum membikin prestasinya meredup.

Setelah mencapai puncak kejayaannya dalam usia muda, ia lantas kehilangan banyak hal di tengah pergulatan melawan sisi buruk dirinya.Tyson pernah kehilangan izin naik ring, terjerat narkoba, hingga divonis bersalah sebagai pemerkosa dan dijebloskan ke penjara pada 1992.

Setelah keluar dari penjara, berupaya bangkit dan kembali naik ring, Tyson pun tidak terlepas dari kontroversi. Salah satu yang mungkin susah dilupakan adalah saat ia menggigit telinga Evander Holyfield dalam pertandingan tinju pada Juni, 1997 silam.

Meski begitu, Tyson bangkit dari keterpurukan dan kini menjalankan sejumlah perusahaan yang sedang berkembang. Ia juga masih memiliki semangat untuk naik ring dalam usia yang sudah 54. Dalam twitnya pada 23 September lalu, Tyson mengaku untuk pertama kalinya akan memberikan suara dalam pemilihan presiden AS.

Bagaimana Tyson melewati banyak kegagalan dan berusaha bangkit? Jawabannya bisa dicari tahu dalam acara Mola Living Live pada 2 Oktober mendatang.

Baca juga artikel terkait MIKE TYSON atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH