Menuju konten utama
Literasi Keuangan Perempuan

Disiplin Kelola Uang, Kunci Masa Depan Lebih Terang

Tak ada kata terlambat untuk membenahi keuangan pribadi atau keuangan keluarga yang telanjur kusut. Kuncinya, perkuat literasi keuanganmu!

Disiplin Kelola Uang, Kunci Masa Depan Lebih Terang
Header diajeng Basic Literasi Keuangan. tirto.id/Quita

tirto.id - Tak terasa Lebaran tinggal menghitung hari. Hayo, kamu tentunya sudah mengantongi THR, bukan?

Seberapa oke kamu mengelola THR-mu kali ini? Berapa persen yang dialokasikan untuk angpau buat para keponakan? Adakah yang kamu sisihkan untuk membeli gadget idaman? Ataukah sebagian akan kamu investasikan di instrumen keuangan?

Kemampuan kita untuk membuat keputusan tentang penggunaan dan pengelolaan keuangan inilah yang disebut sebagai literasi keuangan—meminjam definisi menurut dokumen dari lembaga internasional World Bank atau Bank Dunia.

Dalam paparan yang sama, secara lebih detail Otoritas Jasa Keuangan Inggris menjelaskan, literasi keuangan mencakup kemampuan individu untuk hidup sesuai kemampuannya, menjaga keuangannya, memilih produk keuangan yang relevan, tetap terpapar informasi tentang masalah keuangan, dan merencanakan masa depan terutama untuk masa pensiun.

Masih disampaikan oleh Bank Dunia, memperkaya literasi keuangan sangat penting untuk memperkuat kemampuan individu dan keluarga dalam mengelola risiko yang meningkat—termasuk menghindari utang pribadi yang berlebihan, mengelola kesulitan keuangan, mengurangi risiko kebangkrutan, mempertahankan tabungan, dan memastikan kesejahteraan yang memadai pada masa pensiun.

Bagaimana dengan di Indonesia, seberapa melek masyarakat kita terhadap literasi keuangan?

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditemukan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan menjadi 49,68 persen dari 38,03 pada 2019.

Survei dilakukan di 34 provinsi yang mencakup 76 kota/ kabupaten dengan jumlah responden sebanyak 14.634 orang berusia antara 15-79 tahun.

Untuk pertama kalinya, dinyatakan bahwa indeks literasi keuangan perempuan lebih tinggi yaitu sebesar 50,33 persen dibanding laki-laki 49,05 persen.

Pencapaian ini merupakan hasil kerja keras OJK yang pada 2020-2022 menjadikan perempuan sebagai sasaran prioritas dalam arah strategis literasi keuangan.

Meskipun tren literasi keuangan masyarakat cenderung membaik, dalam kehidupan sehari-hari masih dapat kita temui kasus-kasus mereka yang kesulitan mengelola uangnya.

Diajeng Basic Literasi Keuangan

Ilustrasi perbankan online. FOTO/tirto.id

Wulan (29), seorang product manager, dan suaminya, Arya (35), mengaku sudah sering mendengar tentang literasi keuangan.

“Tapi baru belakangan paham artinya. Ternyata kami berdua sangat lack of financial literacy. Kurangnya literasi keuangan ini bikin kami seperti berada dalam jebakan. Keuangan keluarga kami kusut,” aku Wulan.

“Penyebab terbesar karena kami penganut gaya hidup YOLO—You Only Live Once. Kami sangat menikmati hidup dengan extra buying tanpa khawatir masa depan. Kami yakin uang bisa dicari dan kami juga punya safety net. Masih ada orang tua dan kakak-kakak yang siap membantu. Pemikiran yang parah banget, kan?”

Wulan dan Arya sama-sama anak bungsu. Wulan dan ketiga kakaknya dibesarkan oleh ibu tunggal, sementara Arya dan satu kakaknya lahir dari orang tua mapan.

Pendeknya, mereka sama-sama memiliki orang tua super sibuk yang tak kesampaian membekali mereka dengan cukup keterampilan spesifik seputar literasi keuangan.

“Aku hanya diajarin untuk menabung, punya uang di tabungan. Begitu pun dengan Arya. Kami memang punya tabungan, tapi sekarang semuanya ludes. Arya kena downsizing perusahaan. Ia dinilai overqualified dibanding juniornya yang tentunya bisa digaji jauh lebih murah. Tabungan kami habis nggak sampai satu tahun. Dan sekarang kami hanya punya single income dari aku yang bekerja,” cerita Wulan.

Lanjut ibu satu putra asal Jakarta ini, “Sekarang gaya hidup kami nggak bisa seluwes dulu, apa-apa harus dihemat. Mau keluarin uang mesti mikir. Kami mulai dari nol. Seperti mengurai benang kusut, harus benerin mindset kami tentang keuangan.”

Di tengah kesulitan itu semua, untungnya orang tua Arya siap membantu dengan memberikan mereka modal usaha. “Kami juga mulai banyakin pengetahuan tentang keuangan. Mulai dari yang basic.”

Menanggapi realita masih adanya perempuan dan keluarga muda di kota-kota besar belum paham pentingnya literasi keuangan, Rista Zwestika, CFP, WMI, Financial Planner Expert, Head of Advisory & Investment Operation PINA menyampaikan, “Benar, masih banyak perempuan yang belum melek atau paham tentang pentingnya literasi keuangan.”

Rista melanjutkan, “Padahal ada beberapa basic literasi keuangan yang sebaiknya wajib diketahui dan dikuasai oleh perempuan. Literasi keuangan dasar ini bisa menjadi bekal bagi perempuan agar ia tangguh dan berhasil mencapai kemandirian finansial dan financial freedom nantinya.”

Lalu, apa saja dasar-dasar literasi keuangan yang perlu kita kuasai, ya?

Rista menjabarkan, setidaknya ada lima literasi keuangan dasar yang hukumnya wajib untuk kita pahami.

Pertama, kamu wajib memahami penghasilan dan pengeluaranmu. Catat semua sumber penghasilan dan pengeluaranmu. Lalu buat anggaran dan disiplinlah dalam membelanjakan uang.

Yang tidak kalah penting, kamu harus dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Terutama saat ingin membeli sesuatu.

Kedua, menabung dan berinvestasi. Sisihkan uang untuk menabung secara rutin, minimal 10 persen dari penghasilan.

Mulai perbanyak ilmu dan informasi berbagai jenis investasi. Pahami dan pilih yang sesuai dengan profil risiko. Intinya, berinvestasi secara aman! Awali dengan nominal kecil dulu, ya.

Literasi keuangan dasar ketiga adalah bagaimana mengelola utang. Hindari utang konsumtif!

Meski begitu, apabila kamu terpaksa berutang, pastikan hanya berutang untuk kebutuhan produktif. Pahami juga bunga dan cicilan utangnya. Jangan sampai terlalu membebanimu tiap bulan. Miliki strategi untuk melunasi utang tepat waktu.

Selanjutnya, rencanakan masa depan. Bagaimana praktiknya? Di antaranya, siapkan dana darurat untuk kebutuhan mendesak. Idealnya, jumlah dana darurat sekitar 6-12 kali pemasukan bulananmu. Dengan rincian, 6 kali pemasukan bulanan bagi kamu yang single, 9 kali pemasukan bulanan bagi kamu yang sudah menikah, dan 12 kali pemasukan bulanan bagi kamu yang sudah menikah dan memiliki anak.

Kamu juga dapat membeli produk asuransi untuk melindungi diri dan keluarga dari risiko finansial. Jangan lupa, pertimbangkan juga skema dana pensiun untuk masa depan yang lebih terjamin.

Literasi keuangan dasar kelima, sebaiknya kamu juga mulai memahami berbagai jenis produk dan layanan keuangan. Contohnya, tabungan, deposito, kredit, dan investasi. Bandingkan produk dan layanan keuangan sebelum memilih yang terbaik. Sebaiknya, hindari produk dan layanan keuangan yang berisiko tinggi.

Sebagai pakar pengelola keuangan, Rista menambahkan, “Menguasai basic literasi keuangan sangat penting bagi perempuan untuk mencapai kemandirian finansial. Dengan memahami dan mengelola keuangan dengan baik, perempuan dapat mencapai masa depan yang lebih cerah dan terhindar dari kesulitan finansial.”

Diajeng Basic Literasi Keuangan

Ilustrasi Pengusaha wanita yang stres duduk di antara barang-barang pilihan dan rekreasi. FOTO/tirto.id

Sejalan dengan kemajuan teknologi digital, membangun pemahaman dan kesadaran akan pentingnya literasi keuangan dapat dilakukan sejak dini agar tidak terlambat seperti Wulan dan Arya.

Kamu bisa memperkenalkan konsep keuangan sederhana yang mudah dipahami sejak anak-anakmu berusia tiga tahun. Contohnya, belajar bentuk-bentuk uang koin dan kertas, atau menunjukkan proses pengeluaran uang di kasir saat anak ikut belanja di supermarket.

Meskipun literasi keuangan dan konsep keuangan sederhana sudah bisa dikenalkan di usia balita, seperti dilansir dari The Economic Times, waktu terbaik untuk memulai memberikan literasi keuangan dasar kepada anak adalah di usia 5-12 tahun—biasanya saat mereka sudah menerima uang saku.

Pada usia ini, anak dapat mulai mempelajari konsep dasar seperti menabung dan membelanjakan uang.

Anak juga dapat diajarkan tentang delayed gratification atau kemampuan sosial seseorang dalam mengontrol diri dengan cara menunda kepuasan demi mencapai hasil yang lebih besar di masa yang akan datang.

Di jenjang SMP dan SMA, anak diharapkan sudah mengerti literasi keuangan dasar. Secara sederhana, mereka sudah bisa diajak membahas pemakaian uang yang diberikan kepadanya. Contohnya, pemanfaatan uang saku, uang hasil house chores, uang hadiah ulang tahun, Lebaran, atau Natal.

Di usia sudah lebih besar ini, anak dapat diajak ke bank untuk membuka rekening tabungan pertamanya.

Diskusikan juga tujuan jangka panjang anak menabung. Apakah uang tabungan di bank ini mau ditabung untuk membayar angsuran mobil atau bahkan cicilan rumah.

Tidak ada kata terlambat untuk membenahi keuangan pribadi atau keuangan keluarga yang sudah telanjur kusut. Pemahaman tentang literasi keuangan akan membantu membangun fondasi yang kuat bagi kita dalam mengelola keuangan di masa depan.

Yuk, semangat selalu dalam memperkaya literasi keuanganmu!

Baca juga artikel terkait DIAJENG atau tulisan lainnya dari Glenny Levina

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Glenny Levina
Penulis: Glenny Levina
Editor: Sekar Kinasih