Menuju konten utama
Periksa Fakta

Di Manakah Lokasi Buka Puasa Massal yang Viral di Twitter?

Beberapa akun Twitter mengunggah foto yang disebut sebagai acara buka puasa massal di Jerman. Penelusuran kami menemukan unggahan itu keliru.

Di Manakah Lokasi Buka Puasa Massal yang Viral di Twitter?
Fact Check perdebatan dimanakah sebenarnya lokasi dari sebuah foto viral. FOTO/Jerami.info

tirto.id - Kehebohan berawal dari 3 ciutan akun Twitter. Pada 24 Mei 2018, akun Twitter @mbelgedez mengunggah sebuah foto situasi orang-orang beramai-ramai makan pada meja panjang berjejer di sebuah kota. Akun itu menuliskan keterangan:

"Buka puasa terpanjang di dunia, di Hannover, jerman. Sepanjang 10.2 km, dihadiri 42.000 org. Semoga bkn hoax"

Tercatat hingga pukul 10.00 WIB, 28 Mei 2018, unggahan @mbelgedez itu hanya mendapatkan satu respons mention. Pada 25 Mei 2018, akun Twitter @AsFairus memasang foto yang sama, tapi dengan keterangan teks berbeda:

"Luar biasa....Buka puasa terpanjang didunia di Hanover, Jerman, 10.2 km, jumlah meja 10.200 bh [buah] dan dihadiri oleh 42.100 orang yg berbuka puasa, masuk Guiness Book World Record... #RamadhanKareem"

Unggahan @AsFairus itu hingga pukul 10.00 WIB, 28 Mei 2018 direspons dengan 421 ciutan ulang (retweets) dan 768 yang suka (likes).

Kemudian, keesokan harinya, akun Twitter @gm_gm pada 26 Mei 2018 turut memajang foto yang sama dengan keterangan teks berbeda. "Carilah ilmu sampai ke negeri Cina dan gak ada salahnya belajar toleransi dari negeri Jerman. Dlm bangsa yg mayoritasnya Kristen itu, buka puasa dilakukan terbuka. Di Hannover, deretan meja makan sampai sepanjang 10 km lebih."

Unggahan @gm_gm itu hingga pukul 10.00 WIB, 28 Mei 2018, telah mendapatkan 1.096 ciutan ulang (retweets) dan 2.055 yang suka (likes). Amplifikasi yang paling besar dibandingkan akun-akun lainnya.

Namun, benarkah foto yang diunggah itu berlokasi di kota Hannover, Jerman?

Jerami.info Mencoba Ungkap Fakta

Situsweb jerami.info pada 26 Mei 2018 lantas menurunkan artikel berjudul "Beredar Foto Buka Puasa di Hanover, Jerman yang Disebut-sebut Terpanjang di Dunia. Ini Lokasi Sebenarnya!" Artikel ini mencoba memberi penjelasan lokasi sebenarnya dari foto viral itu.

Artikel jerami.info menyatakan bahwa foto dengan keterangan lokasi di kota Hannover, Jerman adalah hoax, tidak benar. Dengan mengambil rujukan dari laporan berita media di Pakistan, Daily Pakistan, jerami.info "memastikan" bahwa lokasi foto bukan di Hannover, Jerman, melainkan di distrik Stanley, Alexandria, Mesir. Kejadiannya disebut sebagai acara pemecahan rekor berbuka puasa bersama (iftar) pada 27 Juni 2015.

"Setelah ditelusuri oleh jerami.info mendapatkan kepastian bahwa berita tersebut adalah Hoax atau kabar yang tak benar. [...] Kemudian dipastikan bahwa berita yang valid adalah berita dengan judul 'Egypt sets new record for longest Ramazan iftar table' yang diposting oleh en.dailypakistan.com.pk. Berita itupun sebenarnya berita 3 tahun yang lalu atau tepatnya 27 Juni 2015. Dan panjangnya pun tidak sepanjang 10,2 km, melainkan 4,3 km. Terjadi di Kota Mesir utara Alexandria yang menjadikannya rekor dunia meja makanan terpanjang yang memberi makan ribuan umat Islam berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan," demikian isi artikel jerami.info.

Hal yang sama dilakukan juga oleh situs Detik.com. Dengan mencocokkan foto yang beredar di media sosial dan yang termuat dalam berita dailypakistan.com.pk, kegiatan dalam foto itu disebut berlangsung di Alexandria, Mesir, pada 2015.

Acaranya dinyatakan sebagai kegiatan buka puasa terpanjang di dunia yang bertujuan dicatatkan di Guinness World Record. Sebanyak 800 relawan disebutkan telah menyiapkan meja sepanjang 4,3 km untuk buka puasa bersama. Meja berjajar dari Distrik Al-Mahrousa di sisi barat ke Sidi Gaber di timur.

Melalui sumber lainnya, Ahram Online, artikel Detik.com menambahkan informasi bahwa ada "sebanyak 7.000 partisipan terdaftar untuk mengikuti kegiatan. Meski begitu, meja bisa menampung 10.000 orang untuk buka puasa".

Pertanyaannya kemudian, tepatkah lokasi informasi itu? Masalahnya, foto yang dipergunakan tidak diberikan keterangan lebih lanjut. Atau, ada kemungkinkan, Detik.com menggunakan foto tersebut sebagai ilustrasi saja.

Situs Lain Bicara Lokasi Berbeda

Sementara itu, portal-islam.id turut pula berupaya memberi penjelasan. Pada 27 Mei 2018, situsweb itu memuat sebuah artikel berjudul "Tercyduk! Akun @gm-gm Sebar HOAX foto buka puasa bersama di Hannover, Padahal itu di Istanbul Turki".

Judulnya sendiri cukup tendensius. Namun, artikel beri penjelasan atas temuannya. Dengan menggunakan sumber berita dari milliyet.com.tr, portal-islam.id menyebut lokasi atas foto viral beredar adalah di Istanbul, Turki, pada 2010. Disebutkan pula bahwa acara itu adalah buka puasa yang masuk dalam catatan buku rekor dunia.

"Setelah ditelusuri portal-islam.id, foto ini sebenarnya adalah BUKA PUASA yang berlokasi di Istanbul, Turki tahun 2010 yang masuk Guinness Book World Record saat itu," demikian ditulis portal-islam.id.

Melihat tiga versi itu, di mana sesungguhnya lokasi kegiatan di dalam foto tersebut? Jerman, Mesir, atau Turki?

Fakta Ihwal Gambar

Sebenarnya dalam mencari informasi fakta sebuah gambar di internet, orang dapat menggunakan Google Reserve Image. Mesin pencari google akan membantu mencarikan gambar yang sama, atau dengan kemiripan visual.

Setelah mencoba memasukannya ke Google Reserve Image; hasilnya merujuk ke situs Haberdukkani. Dalam sebuah foto artikel dari situs itu, ditemukan foto yang sama persis dengan yang dibagikan ketiga akun Twitter yang disebut di muka. Artinya, ditemukan pula sumber awal foto berasal.

Verifikasi dengan teknik berbeda dapat dilakukan, baik sebagai pembanding, ataupun menguatkan hasil temuan pertama tadi. Situsweb lain, NTV Turki, hasil dari telusur reserve image, dapat sebagai bahan verifikasi dengan teknik kedua.

Jika dilihat foto dalam situs tersebut, foto nomor dua dapat dijadikan bahan penelusuran. Foto sepintas menunjukkan jalan yang sama seperti foto yang dibagikan ketiga akun Twitter di atas, tapi dengan angle berbeda. Namun, acaranya adalah acara yang sama, yakni buka puasa bersama untuk memecahkan rekor. Demikian ditulis situsweb tersebut.

Melalui bahan foto kedua itulah dapat dilihat beberapa detail papan nama gedung. Salah satunya adalah tulisan "Tomurcuk" pada papan merah dari sebuah gedung di sisi kanan. Melalui petunjuk ini, lokasi gedung dapat dipastikan lewat Google Street View. Orang hanya perlu melakukan penelusuran berdasarkan kata kunci yang sudah ditemukan, misalnya "Tomurcuk", “Istanbul”, dan “Turki”. Lewat penelusuran arsip Google Street View, ditemukan bahwa lokasi jalan raya depan dari gedung dengan tulisan "Tomurcuk" pada papan merah adalah Jalan Raya Atışalanı Cd, Istanbul Turki.

Artikel Haberdukkani juga memberitahu bahwa ada 41.120 orang yang berbuka puasa di bersama dan bertujuan untuk memecahkan rekor Guinness Record Book. Kegiatan itu diselenggarakan oleh Esenler, salah satu distrik di Istanbul, Turki. Disebutkan bahwa pada 21 Agustus 2010, ada 7 ribu meja yang berjajar pada sekurang-kurangnya 10 kilometer jalanan.

Selain itu, ada 10 ton nasi, 8 ton daging, 100 ribu air minum, 45 ribu lembar jus buah dan ayran [minuman tradisional Turki yang terbuat dari Yoghurt, air dan garam], 500 ribu baki baklava [kudapan manis dari adonan kulit tepung dengan isian kacang-kacangan] dibawa untuk warga yang tidak membawa makanan. Ada pula informasi sekitar 2.900 petugas relawan yang turut membantu dalam kegiatan, termasuk 50 orang petugas pencatat rekor.

Artikel lainnya di Worldbulletin.net menyatakan bahwa catatan acara itu akan dikirimkan ke Inggris untuk mendapatkan rekor. Namun, hingga saat ini, acara tersebut belum masuk ke dalam database Guinness Record Book. Dalam laman guinnessworldrecords.com untuk kategori “Largest iftar dinner (multiple venues)” dan “Largest iftar dinner (single venues)”, terdapat keterangan: “There is no current record holder for this title”.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi yang dibagikan oleh ketiga akun Twitter (@mbelgedez; @AsFairus dan @gm_gm) adalah informasi yang keliru (false), khususnya dalam penyebutan lokasi kegiatan. Begitu pula informasi dalam artikel Jerami.info dan Detik.com. Kedua artikel tersebut tidak melakukan upaya pembanding ataupun pengecekan kembali atas sebuah artikel media/situsweb asing yang mereka rujuk.

Sementara itu, artikel portal-islam.id sekalipun benar soal lokasi, tidak menunjukkan soal belum jelasnya acara tersebut dicatat dalam database Guinness Record Book, atau benar-tidaknya acara itu memecahkan rekor. Artinya, artikel portal-islam.id ini masuk dalam kategori sebagian benar, sebagian salah (mixture).

Informasi yang semestinya diberikan terkait foto tersebut adalah kegiatan buka puasa bersama di beberapa jalan di Esenler, Istanbul, Turki.

Tentu akan berbeda maknanya jika itu ditulis sebagai buka puasa bersama di Hannover, Jerman. Satu informasi bicara berita faktualnya saja, sementara informasi lain, soal lokasi di Hannover, Jerman, akan bicara di luar konteks puasa, misalnya akan dilihat sebagai pengejawantahan toleransi. Memberi informasi yang salah seperti itu termasuk kategori penyebaran disinformasi.

Masalahnya, informasi yang salah itu mudah menjadi bahan kampanye sekaligus perdebatan masyarakat. Apalagi jika penyebar disinformasi adalah akun-akun media sosial yang berpengikut massif dan cukup berpengaruh dalam mengamplifikasi sebuah informasi.

======

Tirto mendapatkan akses pada aplikasi CrowdTangle yang memungkinkan mengetahui sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan bagian dari realisasi penunjukan Tirto sebagai pihak ketiga dalam proyek periksa fakta.

News Partnership Lead Facebook Indonesia, Alice Budisatrijo, mengatakan, alasan pihaknya menggandeng Tirto dalam program third party fact checking karena Tirtomerupakan satu-satunya media di Indonesia yang telah terakreditasi oleh International Fact Cheking Network sebagai pemeriksa fakta.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Frendy Kurniawan

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Frendy Kurniawan
Editor: Maulida Sri Handayani