Menuju konten utama

Di Hadapan Sandi, Jokowi Sebut Bernegara Bukan Seperti Berbisnis

Menurut Jokowi, memimpin Indonesia tak sama dengan berbisnis atau memimpin perusahaan.

Di Hadapan Sandi, Jokowi Sebut Bernegara Bukan Seperti Berbisnis
Pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin (kanan) menunjukkan nomor urut Pemilu Presiden 2019 di Jakarta, Jumat (21/9). Pasangan calon Presiden dan Wapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin mendapatkan nomor urut 01, dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat nomor urut 02. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/kye/18

tirto.id - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menganugerahkan Presiden Joko Widodo gelar tokoh pemerataan pembangunan Indonesia. Hal itu diberikan dalam acara Syukuran dan Perayaan Ulang Tahun Kadin ke-50 di Hotel Ritz Carlton, Pasific Place, Sudirman, Jakarta Selatan.

Usai menerima gelar tersebut, Jokowi memberikan pidato di hadapan para anggota KADIN dan para tamu undangan. Salah satunya, calon wakil presiden Sandiaga Uno.

Dalam pidatonya itu, ia menyinggung bahwa memimpin Indonesia tak sama dengan berbisnis atau memimpin perusahaan. Termasuk dalam hal membangun infrastruktur.

"Kalau hitung-hitungan politik hitung-hitungan ekonomi, yang paling cepat ya bangun di Jawa saja. Buat super koridor di Jawa. Tol kurang sedikit, airport sudah cukup, pelabuhan kurang sedikit. Tapi itu hitung-hitungan ekonomi, hitung-hitungan bisnis. Ini kita mengelola negara," tegasnya, Senin (24/9/2018).

Ia lalu membandingkan bahwa infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain. Misalnya, kata dia, bendungan dan waduk di Indonesia yang baru ada sekitar 231 jumlahnya.

"Amerika memiliki 60.000 bendungan. Cina memiliki 110.000 bendungan. Ini fakta yang harus saya sampaikan. Itu fakta yang harus kita kejar," ujarnya.

Selain itu, ia juga menyinggung soal panjang jalan tol di Indonesia yang masih tertinggal dengan Cina dan Amerika. Dalam waktu 40 tahun, kata Jokowi, Indonesia hanya mampu membangun 400 kilometer jalan tol.

Sementara Cina, dalam waktu yang sama, "punya 240.000 kilometer. Berarti kita tahu harus bekerja cepat untuk mengejar ketertinggalan ini."

Usai acara tersebut, Sandiaga menyebut bahwa pembangunan infrastruktur di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak memberikan efek signifikan bagi penyerapan lapangan kerja. Sebab, proyek-proyek infrastruktur yang dikerjakan lebih banyak diambil oleh perusahaan-perusahaan plat merah atau BUMN.

"(Pembangunan infrastruktur) berefek, tapi tidak memiliki efek yang signifikan dan subtansial," ujarnya sebelum meninggalkan acara.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Politik
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto