Menuju konten utama

Di Balik Manuver Mardani Ali Haramkan Tagar 2019 Ganti Presiden

Mardani Ali Sera mengharamkan tagar 2019 Ganti Presiden, padahal dialah pencetusnya. Di balik itu mungkin ada upaya untuk berpindah haluan ke kubu petahana.

Di Balik Manuver Mardani Ali Haramkan Tagar 2019 Ganti Presiden
Massa pendukung tanda pagar #2019GantiPresiden menghadiri deklarasi akbar gerakan #2019GantiPresideni di kawasan Silang Monas, Jakarta, Minggu (6/5/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera melontarkan pernyataan yang cukup kontroversial. Dia bilang tak lagi mempropagandakan tagar 2019 Ganti Presiden. Wakil Ketua Umum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga itu bahkan mengaku sudah mengharamkan teriak "ganti presiden."

"Per 13 April saya sudah mengharamkan diri tidak boleh teriak lagi ganti presiden. Sudah selesai. Kenapa? Karena itu sudah hari terakhir kampanye. Sekarang apalagi, sudah selesai kompetisinya. Kita kembali normal," ujarnya di kompleks DPR RI Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2019) lalu.

Disebut cukup kontroversial karena Mardani adalah otak di balik gerakan ini. Sekjen PKS ini bilang ide itu muncul setelah menghadiri acara Indonesia Lawyers Club di tvOne, sebuah acara temu wicara yang dipandu Karni Ilyas, yang lebih banyak berisi sensasi ketimbang substansi tapi jadi tontonan warung kopi.

"Setelah melihat banyak pihak dari kubu pemerintah memuji-muji Pak Jokowi, saya katakan: 'Pak Jokowi bisa dikalahkan.' Landasannya, kinerja yang jauh dari memuaskan. Esoknya #2019GantiPresiden dibuat dan menyebar," kata Mardani.

Untuk Apa?

Spekulasi pun bermunculan. Ketua Konstitusi dan Demokrasi Inisiatif (KoDe Inisiatif) Very Junaidi misalnya, mengatakan Mardani sedang bermanuver belaka. Manuver yang dimaksud adalah kemungkinan merapat ke koalisi Jokowi.

"Posisinya sudah kelihatan. Berdasarkan quick count paslon 01 [Jokowi-Ma'ruf] dianggap menang," kata Very kepada reporter Tirto, Minggu (5/5/20109).

Spekulasi lain adalah bahwa pernyataan Mardani itu merupakan imbauan kepada kedua kubu dan pada pendukung untuk menunggu hasil rekapitulasi suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Real count KPU per 5 Mei pukul 17.45 telah mencapai 67,25 persen atau setara 547.053 dari 813.350 TPS.

"Yang didorong [Mardani] menjaga persatuan dan kesatuan antar-partai pendukung. Tinggal menunggu saja hasilnya seperti apa," tambahnya.

Sementara menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, mungkin saja PKS ingin bergabung dengan partai penguasa karena ingin mendapatkan jabatan strategis, dari mulai pimpinan DPR hingga menteri.

"Politik itu, kan, sangat dinamis dan tidak ada yg tidak mungkin. Pilpres sudah selesai, sangat wajar kalau PKS dan Mardani Ali Sera berkomunikasi untuk melakukan deal-deal politik dengan kubu 01," katanya kepada reporter Tirto.

Mematahkan Semangat?

Terlepas dari apa maksudnya, pernyataan Mardani dianggap mematahkan semangat banyak orang, termasuk relawan yang masih menjaga suara di lapangan.

"Agar semangat dan militansi itu terjaga, teman-teman harus punya keyakinan bahwa ada semangat 2019 ganti presiden, 2019 Prabowo presiden," kata juru bicara BPN dari Gerindra, Andre Rosiade, kepada reporter Tirto.

"Karena kami semua punya keyakinan rekapitulasi dari TPS, Insya Allah mengantarkan Prabowo-Sandi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden," tambahnya.

Ia lantas meminta baik Mardani atau anggota tim lain tak mengeluarkan pernyataan yang melunturkan semangat para relawan dan tim sukses.

Berbeda dengan Andre, politikus PAN Saleh Partaonan Daulay mengatakan pernyataan Mardani tak akan mematahkan semangat tim. Sebab, katanya kepada reporter Tirto, pernyataan itu hanyalah pesan moral agar semua pihak menjaga ketertiban.

"Itu kan sangat baik, mesti diapresiasi," katanya.

Ia juga memastikan secara umum PKS masih konsisten mengawal kemenangan capres-cawapres Prabowo-Sandiaga.

Reporter Tirto telah menghubungi Mardani untuk memintanya menjelaskan lebih jauh soal ini. Namun, hingga berita ini tayang tak ada respons.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino