tirto.id - Mulai 1 April nanti, Google akan mematikan layanan Google Site Search. Google Site Search merupakan layanan dari Google yang ditujukan bagi publisher atau penerbit situsweb yang ingin teknologi pencarian kelas wahid ala Google dipasang di situsweb milik publisher.
Google, memasing tarif layanan Google Site Search berdasarkan jumlah dari pencarian yang dilakukan di dalam suatu situsweb per tahun. Suatu situsweb memperoleh 20.000 pencarian memanfaatkan Google Site Search, harus membayar sekitar $100 per tahun. Semakin besar pencarian yang dilakukan situsweb, semakin mahal tarif yang harus dibayarkan pada Google.
Google tidak akan menjual lisensi baru Site Search dan tidak akan memberikan perpanjangan pada pelanggan terdahulu mereka setelah lisensi para pelanggan habis. Secara otomatis, Google akan mengalihkan Google Site Search yang digunakan pelanggannya, pada layanan Google Custom Search Engine atau disingkat CSE.
Juru bicara Google mengungkapkan, “(kami akan) menghentikan Google Site Search selama setahun ke depan, tapi kami akan melayani pelanggan dan bantuan teknis dalam durasi persetujuan lisensi.”
Dihentikannya Google Site Search, menambah panjang deretan produk atau layanan Google yang dimatikan oleh raksasa teknologi asal Menlo Park, California, AS tersebut. Beberapa produk atau layanan, termasuk yang cukup populer yang dihentikan oleh Google adalah Google Reader, Google Talk, Google Labs, dan Picasa.
Langkah mematikan layanan ini bukan berarti layanan sejenis benar-benar sirna dari Google. Mayoritas, Google menghentikan produk atau layanannya adalah karena mereka memiliki portofolio yang baru. Sebagian produk atau layanan dihentikan oleh Google, karena produk atau layanan tersebut tidak cukup bagus.
Google Reader merupakan salah satu produk populer yang dihentikan oleh Google. Dalam keterangan di blog resmi Google, Reader ditujukan untuk membuat orang-orang mudah menjelajah situsweb favorit pengguna. Google Reader merupakan layanan pembaca RSS milik Google yang diluncurkan di 2005.
RSS adalah suatu pengantar berita atau konten dari sekumpulan situsweb. RSS mengusung konsep desentralisasi berbagai situsweb dan menghadirkannya hanya melalui satu pintu. Reader merupakan alat memudahkan membaca RSS.
Sebagaimana diwartakan Forbes, Google menghentikan Google Reader pada Juli 2013 lalu. Google menganggap, Reader tidak cukup bagus, dengan alasan tersebut, Google menghentikannya.
Namun sejatinya, secara umum konsep RSS memang berada di ujung tanduk. Pengguna internet kini, lebih memilih memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Twitter untuk memperoleh konten dan berita dari berbagai situsweb.
Selanjutnya, Google Talk juga bernasib sama. Google Talk adalah produk atau layanan lain dari Google yang dihentikan perusahaan besutan Serge Brin dan Larry Page tersebut.
Google menghentikan Google Talk atau dikenal pula dengan sebutan Gchat karena mereka menggantinya dengan produk baru bernama Hangout di 2013 lalu. Hangout, adalah versi penyempurnaan dari Google Talk. Secara umum, Hangout maupun Talk berada di sisi kiri bawah tampiilan Gmail, layanan email populer dari Google.
Sama dengan apa yang dialami Talk, Picasa, aplikasi pengolah foto dari Google juga pada akhirnya dimatikan. Picasa dimatikan karena Google telah membuat layanan pengolah foto yang lebih baik, Google Photos. Google mengungkapkan bahwa kematian Picasa adalah cara mereka untuk lebih fokus pada satu produk alih-alih mempertahankan produk lain yang memiliki fungsi mirip.
“Kami percaya kami dapat membuat pengalaman lebih baik dengan fokus pada satu layanan yang menyajikan lebih banyak fungsionalitas dan (bisa) dijalankan di mobile dan desktop, alih-alih membagi tenaga kami untuk dua produk berbeda.”
Picasa merupakan produk Google hasil modifikasi atas pembelian perusahaan Lifescape pada 2004 lampau. Pada akhirnya, Picasa resmi ditutup oleh Google mulai 15 Maret 2016.
Yang cukup mengejutkan dari berbagai produk atau layanan Google yang dimatikan adalah apa yang dialami Google Labs. Labs memungkinkan orang-orang untuk menengok “Next Big Thing” yang mungkin dilahirkan oleh Google. Tanpa Google Labs, tidak akan pernah ada produk-produk seperti Maps, Reader, Trends, Alerts, dan Groups. Produk atau layanan tersebut, lahir dari kawah candradimuka Labs. Sayang, di Juli 2011 Google menghentikan langkah Labs.
“Kami memprioritaskan (energi bagi) produk kami,” kata Bill Coughran, salah seorang petinggi Google.
Testimoni tersebut, konon berhubungan dengan upaya Google mengembangkan Google+, layanan media sosial milik Google yang bersaing dengan Facebook. Selain itu, Google Labs bukanlah produk atau layanan yang seksi bagi Google. Labs adalah ruang belajar, yang tentu tidak bisa diharapkan untuk memperoleh pendapatan.
Coughran mengungkapkan bahwa Google akan terus berinovasi meskipun Labs ditutup. "Kami akan melanjutkan untuk mendorong kecepatan dan inovasi – (seperti) yang menggerakkan Google Labs – pada seluruh produk kami,” jelasnya.
Beberapa produk atau layanan terdahulu yang diluncurkan Google tanpa melewati Labs, menunjukkan hasil sebaliknya. Salah satunya adalah Google Buzz. Layanan tersebut langsung diluncurkan Google tanpa masuk Labs, hasilnya Buzz keok di pasaran.
Adanya jejak Google menghentikan produk atau layanannya, bukanlah hal yang aneh bahwa di kemudian hari, Google akan juga menyuntik mati layanan lainnya. Setidaknya ada satu layanan yang cukup populer dari Google yang mungkin akan menyusul. Layanan tersebut bernama Blogger atau Blogspot dan lainnya.
Blogger atau Blogspot, adalah layanan weblog yang dimiliki oleh Google. Awalnya, Blogger dikembangkan oleh Evan Williams pada 1999. Tujuh tahun sebelum ia ikut membangun salah satu media sosial paling populer hari ini, yakni Twitter. Google mengakuisisi Blogger pada 2003.
Namun, kini zaman telah berubah. Cara orang-orang mempublikasikan konten-konten buatannya, tidak melulu harus menggunakan blog. Dan juga, blog telah berkembang dengan berbagai fitur yang sayangnya, tidak dimiliki Blogger. Kini, orang-orang jauh lebih memilih Tumblr atau Wordpress untuk membuat blog. Kedua layanan tersebut, jauh lebih bisa diotak-atik sesuai keinginan pengguna.
Memang, sejatinya tidak ada yang abadi di jagat teknologi yang saban hari ada penemuan-penemuan baru atau inovasi tiada henti yang membawa perubahan. Selanjutnya Search Engine yang menjadi nyawa dari Google juga suatu saat bisa saja akan disuntik mati oleh Google.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra