tirto.id - Desain Tol Jogja-Solo yang semula akan dibangun melayang di atas ringroad mengalami perubahan. Di Perempatan Monumen Jogja Kembali (Monjali) jalur tol tidak dibangun melayang.
Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Provinsi DI. Yogyakarta Krido Suprayitno mengatakan adanya perubahan desain ini merupakan arahan dari Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Sesuai dengan arahan Bapak Gubernur sudah direvisi desainnya oleh Bina Marga. Sudah mendapatkan arahan dari Ngarso Dalem [Sri Sultan] kan yang di perempat Monjali itu kan [Jalur Jalan Tol Jogja-Solo] lewat bawah ya, jadi at great," kata Krido kepada wartawan di Yogyakarta, Senin,(3/2/2020).
Semula desain tol Jogja-Solo sebagian akan dibangun melayang di atas Jalan Ringroad Utara atau Jalan Padjadjaran. Namun karena dikhawatirkan merusak sumbu imajiner dan mengubah fungsi perempatan Monjali, maka desainnya diubah.
Sehingga, kata Krido, Jalur Tol yang melintasi Jalan Padjadjaran tidak sepenuhnya melayang. Saat sampai di perempatan Monjali, jalur tol akan dibangun at grade atau tidak melayang.
"Jadi nanti kurang lebih jalan Ringroad ini bisa jadi jalan tol khusus di perempatan Monjali dengan diameter kurang lebih secara konstruksi ke barat 700 meter, ke timur sekitar 300 meter," kata dia.
Dengan demikian, secara fungsional perempatan Monjali tidak berubah. Hanya saja bagi pengendara yang melintas dari arah timur menuju selatan maupun sebaliknya harus memutar di bahwa jalur tol.
Krido memastikan hanya sekitar satu kilometer saja jalur tol yang melawati Jalan Jogja-Solo yang tidak melayang. Selebihnya akan dibangun melayang termasuk saat melewati flyover Jombor, karena akan jalur akan dibangun pada sisi selatan flyover.
"[Perubahan desain] tidak banyak pengaruhnya, meskipun ada penambahan luas lahan, itu sebuah konsekuensi logis di perempatan itu. Itu sebuah hal yang wajar secara konstruksi," kata dia.
Terkait rencana pembangunan termasuk adanya perubahan desain, kata Krido, akan segera dirampungkan sosialisasi kepada masyarakat. Setelah melakukan sosialisasi, pada pertengahan Februari 2020 dilakukan konsultasi publik.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz